Foto : Sumber www.kitasatu.com
Traveler Istimewa - Gunung Parang yang terletak di wilayah kabupaten Purwakarta, Jawa barat, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari sebuah intrusi, yaitu magma (bahan gunung api) yang menerobos menuju ke permukaan, namun membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api. Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung. Sejauh ini masih belum ada penelitian resmi ataupun tidak resmi yang mendalam Gunung Parang ini.
Gunung Parang sendiri memiliki ketinggian total 963 meter dari permukaan laut, dengan diapit oleh dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata. Secara administrasi Gunung Parang terletak di Kecamatan Tegalwaru dan menjadi perbatasan antara dua desa yaitu Desa Sukamulya dan Desa Pasanggrahan.
Mitos dan Legenda
Foto : Sumber log.viva.co.id
Sampai saat inipun dibalik keindahan Gunung Parang, masih tersimpan beberapa mitos dan legenda yang beredar di Gunung Parang.
Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat antara lain; Nyai Ronggeng, Ki Pat Tinggi, Ki Jonggrang dan Mbah Jambrong, dan beberapa lainnya. Masing-masing legenda tersebut saling terkait dan akhirnya berujung pada Kerajaan Padjajaran.
Sudah menjadi hal yang wajar jika masyarakat sekitar masih mempercayai hal-hal di luar nalar yang terjadi seperti teluh (santet), pesugihan, dan lain sebagainya.
Masih diperlukan pendalaman sejarah dan budaya, karena biasanya di balik sebuah legenda, ada sebuah kearifan adi luhung dari nenek moyang sebelumnya.
Sejarah yang hilang
Foto : Sumber video.kompas.com
Dirunut dari asal usul nenek moyang, kebanyakan berasal dari wilayah Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Namun hal ini masih perlu penelitian lebih jauh tentang asal usul masyarakat yang pertama kali mendiami lingkar gunung ini.
Dari sisi budaya, banyak masyarakat terutama generasi muda yang sudah tidak mengenal adat dan budaya sunda yang menjadi dasar kehidupan mereka saat ini. Ini bisa dimaklumi, karena kakek nenek bahkan orangtua mereka tidak menurunkan atau mengajarkan adat dan budaya secara langsung kepada mereka.
Bahkan dari sisi bahasa pun, masing-masing kampung di lingkar Gunung Parang memiliki aksen bahasa sunda yang berbeda satu sama lain, meski hanya terpisah 2-3 km jaraknya. Begitu pula dengan karakter dan kehidupan dimasing-masing kampung yang memiliki keunikan dan menambah kekayaan budaya di lingkar Gunung Parang.
Sumber >> Badega Gunung Parang
0 komentar:
Posting Komentar