Selasa, 08 Desember 2009

09.15.00
Gunung Raung, gunung berketinggian 3332mdpl terletak di kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Gunung ini berada dalam kawasan komplek pegunungan ijen bersama Gn.Suket (2.950mdpl), Gn.Pendil (2.338), Gn.Rante (2.664), Gn.Merapi (2.800), Gn.Remuk (2.092), dan Kawah Ijen. Salah satu yang menarik dari gunung raung adalah puncak sejatinya, meski belum banyak yang pendaki yang berhasil menjejakkan kakinya di puncak sejati ini. Salah seorang kawan kita, Dipurnama, yang beberapa waktu lalu berkesempatan melakukan pendakian ke gunung Raung melalui jalur normal, sumber wringin, berbaik hati mengisahkan catatan perjalanannya untuk berbagi bersama kita, selamat menikmati..


Catper Pendakian Gunung Raung
Oleh : Dipurnama

Baru sehari datang dari Kalimantan, seorang teman mengajakku naik ke Gunung Raung. Yah meski rasa capek itu belum hilang sepenuhnya, saya ikuti saja ajakan dia. Siang itu sepulang kuliah saya persiapkan segala macam perlengkapan yang akan saya bawa ke raung. Karena di sepanjang jalur pendakian Gunung Raung tidak tersedia sumber air, maka disarankan masing-masing pendaki untuk membawa 5 liter air. Setelah semuanya fix, akhirnya kami berempat yaitu saya, candra, yoga dan mat lim akhirnya yang berangkat ke Gunung Raung.

Rencana awal yang berangkat jam 5 sore molor hingga selepas maghrib kami baru berangkat dari Jember. Sekitar jam 8 malam kami sampai di kecamatan Sumber Wringin, disana kami harus mengurus ijin pendakian di sebuah rumah peninggalan Belanda yang terlihat antik. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke desa terakhir. Setelah menitipkan sepeda motor, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Pondok Motor. Sepanjang perjalanan kami tidak dapat melihat apapun karena gelap. Sekitar jam ½ 11 malam kami tiba di pertigaan sebelum Pondok Motor. Dari pertigaan itu untuk ke pondok motor masih sekitar 45 menit lagi. Sekitar jam ½ 12 kami sampai di Pondok Motor (sekitar 1100 mdpl). Istirahat sejenak lalu perjalanan kami lanjutkan kembali. Karena malam sudah semakin larut, kami putuskan untuk mendirikan tenda (jarak dari pondok motor sekitar ½ jam).

Jum’at 20 maret 2009
Bangun pagi, packing perlengkapan, tenaga telah pulih kembali. Pagi yang cerah membuat puncak gunung raung terlihat dari kejauhan. Jam 5 kami mulai pendakian melewati semak belukar setinggi dada orang dewasa. Tak lama kemudian kami mulai memasuki kawasan hutan hujan lereng raung yang sangat lebat. Setelah berjalan beberapa saat, kami tiba di persimpangan, ke kiri untuk ke Gunung Suket dan ke kanan untuk ke Gunung Raung. Semakin masuk ke hutan jalur semakin lebat oleh semak belukar dan pohon-pohon tumbang, sehingga kami terkadang harus merangkak untuk melewatinya. Sempat istirahat beberapa kali untuk memulihkan tenaga dan nafas. Sampai di daerah agak terbuka, kami masak makanan untuk sarapan pagi. Nasi + sarden cukup mengembalikan stamina kami yang agak terkuras habis. Panjangnya jalur membuat kami sempat putus asa karena tidak kunjung menemukan pondok sumur.

Tapi sekitar jam 11.50 kami tiba di pondok sumur (sekitar 1800 mdpl). Huffh,….kabut sudah mulai turun, hujan gerimis serta stamina yang sudah hampir habis membuat saya tidak kuat untuk berjalan lagi. Karena hujan semakin lebat dan kabut sudah turun, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di jalur antara pondok sumur dengan pondok tonyok. Tempatnya cukup datar meski tidak terlalu luas. Dirikan tenda, menyiapkan roti dan susu untuk mengganjal perut. Saya yang sudah terlalu capek karena belum sempat istirahat setelah tiba dari kalimantan tertidur hingga menjelang jam 7 malam. Setelah makan malam, kami briefing apakah perjalanan dilanjutkan malam ini atau besok pagi. Karena senter yang ada tidak cukup terang, maka diputuskan bahwa perjalanan dilanjutkan besok pagi.

sabtu 21 maret 2009
Jam 4 pagi kami mulai membereskan tenda dan segala perlengkapan ke dalam tas untuk melanjutkan perjalanan kembali. Setelah matahari agak menyingsing perjalanan kami lanjutkan. Jalur masih berupa hutan yang lebat dengan jalur yang semakin menanjak. Setelah berjalan sekitar 1 ½ jam, tibalah kami di pondok tonyok. Pondok tonyok adalah tanah agak lapang dengan pohon agak besar di pinggirnya. Istirahat dulu sebentar disini. Setelah capeknya agak berkurang, perjalanan kami lanjutkan kembali. Dari sini puncak gunung raung sudah mulai terlihat semakin dekat. Semakin menambah semangat kami untuk mencapainya. Dari pondok tonyok ke pondok demit jalannya semakin menanjak dan lebat dengan semak belukar dan pohon-pohon tumbang. Jarak pondok tonyok ke pondok demit relatif dekat.

Hanya sekitar 1 jam, kami sampai di pondok demit sekitar jam 7. Istirahat sebentar disini sambil minum 3 sloki air. Pondok demit merupakan tanah agak lapang dengan gubuk reyot diatasnya. Setelah dirasa cukup, perjalanan kami lanjutkan kembali ke pondok mayit. Dari pondok demit jalurnya semakin menanjak dan menguras tenaga. Kami yang menghemat air menggunakan kanebo untuk meresap air embun dari dedaunan yang nantinya dapat kami minum. Keluar dari hutan hujan, kami disambut dengan hutan cemara yang tanaman disekitarnya telah terbakar (entah karena ulah manusia atau tersambar petir). Jalur di hutan cemara ini antara 30-45 derajat.

Perjalanan yang melelahkan sehingga mengharuskan kami untuk sering beristirahat. Seperti kata ibu penjaga pos pendaftaran di bawah, dimana jalur ke pondok mayit tertutup pohon tumbang karena badai maka kami harus berjalan memutar dan tidak mampir ke pondok mayit, langsung ke pondok angin. Kabut yang turun membuat kami terbuai dan mengantuk. Setelah berjalan selama 3 jam, sampailah kami di pos terakhir sebelum puncak, Pondok angin (2900 mdpl). Di pondok angin kami mendirikan tenda untuk bermalam, karena kami akan naik ke puncak besok pagi jam 4. Seperti biasa, di pondok angin kami masak nasi, mi, sarden untuk bahan makan kami. Mengembalikan stamina wajib buat kami.

Minggu 22 maret 2009
Setelah menyiapkan bawaan yang akan kami bawa ke puncak, kami mulai meninggalkan tenda dan barang lainnya di pondok angin. Sesaat setelah melewati batas vegetasi, kami berdoa di memorial saudara kami deden hidayat. Beberapa saat kemudian jalur semakin ekstrim dengan jurang puluhan di kiri dan kanan serta jalan yang sempit, menanjak dan gelap. Menjelang puncak jalur semakin sempit dan mengharuskan kami harus merangkak dengan hati-hati agar tidak terpeleset.

Akhirnya jam 5 ¼ kami telah mencapai puncak raung (3100 mdpl). Sangat mengagumkan!! Puncak raung dengan kalderanya yang seluas hampir 1 km persegi dan kedalamannya sekitar 100 m dari tempat yang kami pijak. Di tengah kaldera terdapat kawah yang mengeluarkan asap putih. Arti raung sendiri adalah suara dari dalam kawah yang terdengar seperti meraung-raung. Pagi yang cerah dan tidak panas membuat kami puas berada di puncak di atas awan ini. Setelah puas jeprat-jepret foto, kami pun bersiap untuk turun.

Beban yang telah berkurang membuat perjalanan turun ini menjadi cepat. Jam 8 kami tiba kembali di pondok angin dan memasak nasi untuk sarapan. Setelah membereskan semuanya, jam ½ 10 kami memulai perjalanan turun kembali. Gerimis mulai turun saat kami tiba di pondok tonyok dan semakin lebat saat kami melewati pondok sumur. Setelah berjalan sekitar 5 jam dari puncak, akhirnya kami sampai di pondok motor.

Dari pondok motor ke desa terakhir tempat kami menitipkan sepeda motor, kami menumpang mobil pengangkut sayur. Setelah pamit ke ibu penjaga pendaftaran, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota jember......PUAS SETELAH MENCAPAI PUNCAK PERTAMA SAYA!!!


0 komentar:

Posting Komentar