Dengan trek yang sangat bersahabat, serta pemandangan alam yang luar biasa spesial, belakangan ini Gunung Papandayan makin ramai dikunjungi banyak orang. Para pengunjung yang kebanyakan adalah para pendaki, setiap harinya berbondong-bondong berwisata ke gunung nan indah ini, terlebih lagi saat akhir pekan datang, hampir dapat dipastikan, keramaian di gunung ini makin meningkat pesat sampai-sampai kamu bakal kesulitan buat bernapas, hihi. Pesona Papandayan memang terlalu manis untuk dilewatkan, di gunung ini, banyak sekali spot-spot menarik dengan pemandangan yang luar biasa aduhai untuk jadi latar belakang foto-foto selfie kamu. Ada Hutan Mati dengan pohon-pohon keringnya, dan juga ada Tegal Alun dengan hamparan bunga edelweiss yang super megah. 2 tempat ini dijamin bakal membuat kamu betah berlama-lama di sana untuk hanya sekedar menikmati keindahan alam ataupun untuk berfoto ria sepuas-puasnya. Pokoknya Papandayan adalah surga buat para penikmat alam dan pecinta selfie. Karena fakta-fakta tersebutlah, akhirnya saya mencoba sukses kembali mengunjungi Gunung Papandayan.
Garut memang salah satu kota paling wajib untuk dikunjungi para pendaki. Banyak gunung-gunung menarik yang sangat layak untuk kamu daki jika mengunjungi kota indah ini. Jika kamu tipe pendaki yang senang dengan tantangan, ada Gunung Cikuray dan Gunung Guntur dengan trek yang super kejam, namun jika passion-mu lebih ke arah penikmat alam atau pecinta fotografi, ada Gunung Papandayan yang siap memanjakan matamu dengan segala keindahannya. Pokoknya, bagi kamu yang belum pernah ke Garut, kota ini wajib ada dalam wishlist destinasi petualanganmu.
Ya, sesuai dengan judulnya, dan seperti yang telah saya sampaikan di awal, kali ini saya bakal kembali mengunjungi salah satu Gunung terindah yang ada di Indonesia, dia adalah Papandayan. Kenapa Papandayan lagi? Pertama, karena lokasinya yang tak terlalu jauh dari kota tempat saya bermukim, kedua, karena cukup dekat, budget perjalanan pun jadi lebih bersahabat, ketiga, karena Papandayan memang spesial, siapapun sepertinya ngga bakal bosan untuk bertamu ke gunung ini walau sudah berkali-kali hiking dan camping di gunung ini, keempat, apa lagi ya? Langsung saja ke TKP lah..
Pondok Seladah kalo lagi rame, via muhdhito.me
Berhubung Gunung Papandayan kini popularitasnya makin meroket, banyak berita dari kawan yang menerangkan, bahwa kalau lagi weekend gunung ini selalu padat pengunjung, pondok seladah bakalan penuh sama tenda pendaki yang baris-berbaris memenuhi ruang, di toliet bakalan ada antrian super panjang mirip antrian orang-orang yang nagih BLT, dan semak-semak bakalan dipenuhi tissue-tissue bernoda kuning keemasan, widiih lebay banget, haha, jadi ngeri ngebayanginnya juga. Karena berita-berita itu tadi, lalu pengalaman ngecamp rame-rame di Gunung Prau, dan berhubung saya juga pengangguran, hehe, alhasil saya memilih untuk memundurkan jadwal keberangkatan dari hari sabtu ke hari minggu guna menghindari keramaian dan kegalauan yang dibawa para pendaki di hari libur. Dan alhamdulillah, berangkat minggu adalah keputusan yang sangat tepat, saat berangkat ke sana, saya berpapasan dengan banyak sekali pendaki yang berbondong-bondong mau pulang ke rumahnya, bye-bye.
Arus balik pendaki Papandayan
Lewat kawah, jalur sepi ceria, yeah!
Niat awalnya mengejar momen sunset di hutan mati, tapi berhubung cuaca sepertinya tak terlalu mendukung, dengan kabut yang semakin menggunung, akhirnya kita jalan santai saja menuju pondok seladah. Buat kamu yang belum tahu betapa bersahabatnya gunung ini, sedikit info kalau di pondok seladah ada sejenis toilet umum yang siap memanjakan aktivitas buang hajat kamu, selain itu banyak sumber air bersih yang membuat kamu ngga perlu bersusah payah membawa banyak air dari titik awal pendakian, plus ada warung-warung cantik yang menyediakan banyak jajanan mewah (untuk ukuran jajan di gunung tentunya), cukup bawa saja air dan makanan secukupnya sebagai bekal di perjalanan menuju pondok seladah. Tapi, untuk soal peralatan, kamu tetep kudu full armor, terutama untuk pakaian hangat dan peralatan tidur, karena gunung ini dinginnya bukan main, bos! Kalo ngeremehin, bisa-bisa kamu kena hipotermia yang bahaya banget. Tentang hipotermia, silahkan baca disini. Kapan pun dan di manapun kamu mendaki gunung, jangan sekali-sekali kamu meremehkan keselamatan, always safety first guys!
Pondok Seladah malam terang bulan
Sampai di Pondok Seladah yang masih sedikit ramai, kami langsung mendirikan tenda, karena hari sudah mulai beranjak gelap, dan udara dingin mulai menusuk-nusuk tulang. Pondok Seladah malam saat cuaca cerah ternyata sangat indah, saat kabut tersingkap, bintang-bintang bertaburan mengeroyok bulan yang menggantung dengan anggunnya di langit malam. Sayangnya kamera saya terlalu payah untuk mengambil gambar keindahan langit malam, jadinya ngga ada bahan untuk pamer deh, hehe. Setelah memasak dan puas menikmati keindahan langit malam, karena udara malam yang semakin dingin menusuk tulang, kami pun bergegas masuk tenda, dan segera bersembunyi dalam sleeping bag hingga terlelap dalam tidur pulas.
Ting tong ting tong, bunyi alarm buyarkan mimpi, saatnya berburu sunrise! Bergegaslah kami menuju hutan mati menembus dingin yang masih menyelimuti udara pagi. Tak terlalu banyak orang di hutan mati, hanya ada beberapa gelintir rombongan sedang menunggu mentari yang masih bersembunyi di balik awan. Meski datang terlambat karena terhalang awan, mentari pagi ini tetap muncul membawa pesona dan kehangatan. Sunrise di gunung memang tak pernah mengecewakan, selalu megah dengan segala keindahannya.
Berburu Sunrise
Menanti mentari yang terhalang awan
Sunrise akhirnya tiba
Sinarnya memberi terang dan kehangatan
Hutan mati saja sudah sangat keren dan megah, ini ditambahin lagi sama sunrise yang indah, lengkaplah sudah mahakarya Tuhan yang tersaji pagi itu. Kamera kami cuma bisa mengabadikan keindahan sampai kualitas itu saja, kamu harus coba sendiri melihat dengan kedua mata telanjang dan rasakan betapa dahsyatnya keindahan alam Indonesia di Gunung Papandayan ini, saya jamin kamu bakalan ngga berenti buat bersyukur sama Tuhan, karena telah dilahirkan di Indonesia yang indah ini.
Karena takut kepanjangan, cukup sampai disitu saja cerita kali ini, nanti dilanjut ke chapter berikutnya, hehe. Jangan lupa untuk tidak mengambil apapun selain gambar, tidak meninggalkan apapun selain jejak, dan tidak membunuh apapun selain waktu, salam lestari!
Lanjut ke chapter 2..
0 komentar:
Posting Komentar