photo by domy kamsyah |
Belakangan, mendaki gunung sedang menjadi trend yang sangat populer di kalangan kaum muda Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi yang memudahkan penyebaran informasi menjadi salah satu penyebab populernya kegiatan mendaki ini. Gambar-gambar cantik disertai cerita perjalanan menarik yang banyak diunggah para pendaki, telah berhasil meningkatkan minat masyarakat (khususnya para remaja) untuk turut serta mencoba mencicipi rasanya mendaki gunung yang terkenal sebagai salah satu olahraga yang cukup ekstrim. Siapa yang tak kesengsem jika disuguhi foto-foto pemandangan bentang alam nan indah, momen sunrise yang sangat mempesona, atau lautan awan yang begitu menggoda.
Alam tak akan pernah bisa diterka..
Tujuan setiap orang saat melakukan pendakian gunung tentunya berbeda-beda, namun bisa diperkirakan jika mayoritas tujuan para pendaki khususnya para pemula pastinya tak jauh dari menikmati pemandangan bentang alam, menikmati sunrise, atau mengagumi keindahan lautan awan yang hanya bisa dinikmati dari atas gunung tinggi. Menetapkan tujuan seperti itu sebetulnya sah-sah saja, namun perlu untuk diingat, jika gunung bukanlah sebuah lukisan pemandangan yang tak akan pernah berubah, tak ada kepastian jika sunrise di sebuah gunung akan selalu seindah dalam foto yang kamu kagumi, lautan awan pun tak setiap waktu akan terjadi dan bisa selalu kamu nikmati.Dari pengalaman saya saat beberapa kali melakukan pendakian gunung, momen-momen indah tersebut tak selalu bisa kita nikmati di setiap kesempatan, jadi alangkah baiknya untuk mengesampingkan tujuan tersebut sebagai bonus tambahan yang bisa didapat dari pendakian yang kita lakukan.
Ditengah kepungan kabut dan gerombolan pendaki |
***
Ada lagi cerita lain saat mendaki Gunung Guntur di Kota Garut. Kala itu saya bersama 3 orang teman mendaki bersama untuk menjajal medan gunung Guntur yang terkenal tandus, dan sedikit berharap akan dapat menikmati pemandangan bagus yang banyak diceritakan kawan pendaki lain yang pernah menyambangi gunung ini. Kali ini yang menjadi korban adalah salah seorang teman saya, sejak awal berencana, hingga sepanjang perjalanan pendakian, ia terlihat sangat bersemangat, dan berkali-kali bercerita tentang tujuannya untuk menikmati panorama indah dari puncak Gunung Guntur yang telah banyak ia lihat di Instagram.
Gunung Guntur yang berkabut |
Tinggalkan ekspektasimu saat mendaki!
Dari kedua pendakian itu, saya akhirnya mengambil pelajaran berharga, bahwa ambisi dan ekspektasi tinggi bukanlah hal yang bagus untuk dibawa mendaki. Yang namanya gunung itu pasti merupakan bentang alam dengan posisi ketinggian yang cukup menonjol dibanding dataran rendah yang banyak dihuni manusia, jadi wajar saja jika cuaca di gunung sangat mudah sekali berubah-ubah, kadang berkabut, kadang cerah ceria, atau malah tak jarang badai menerjang. Perlu sedikit keberuntungan untuk dapat memperoleh pemandangan indah yang kita idam-idamkan. Dengan fakta tersebut, alangkah baiknya jika kita bisa meredam ekspektasi tinggi saat hendak mendaki, agar di akhir perjalanan tak ada penyesalan dan kekecewaan yang terpendam dalam hati.Cobalah untuk menikmati perjalanan panjang yang kita lakukan, cobalah untuk mengambil pelajaran berharga dari pendakian yang sangat melelahkan, dan cobalah untuk menikmati alam tanpa mengharapkan kondisi ideal tertentu yang ada dalam pikiran.Jika dinikmati dengan ikhlas, seburuk apapun cuacanya dan sejelek apapun pemandangannya, alam pegunungan tetap merupakan satu hal yang sangat berharga untuk dinikmati, karena tak setiap hari kita bisa datang ke sana, dan tak setiap orang bisa menginjakkan kaki serta menghirup udara segar di atas sana. Biarlah keindahan-keindahan semacam golden sunrise atau pemandangan lautan awan yang megah menjadi bonus tersendiri atas pendakian penuh pengorbanan yang telah kita lakukan. Perjalanan pendakian yang kita lakukan dengan penuh pengorbanan terlalu berharga untuk diisi dengan kekecewaan dan penyesalan. Salam lestari!
0 komentar:
Posting Komentar