Jumat, 30 Oktober 2015

7 Dasar Susur Gua yang Perlu Kamu Tahu

via blog.kenmoreair.com

Disaat mendaki gunung menjadi petualangan yang semakin mainstream dan mulai membosankan untuk dilakukan, rafting di sungai dan susur pantai juga terlalu biasa untuk kamu jajal, rasanya kamu harus coba jenis petualangan lain yang benar-benar baru dan jarang orang tahu.

Susur gua  bisa kamu coba sebagai alternatif kegiatan alam bebas. Apanya yang menarik dan menantang dari susur gua? Paling kita cuma jalan-jalan menelusuri lorong gelap yang sudah diberi penerangan oleh pihak pengelola, sambil melihat-lihat stalaktit dan stalakmit yang indah. Atau kalau kebetulan gua yang dikunjungi cukup bersejarah, mungkin kita bakal bertemu arca-arca batu atau lukisan dinding kuno peninggalan manusia prasejarah.

Kalau kamu berpikir demikian, mungkin kegiatan yang kamu maksud adalah wisata gua-gua cantik yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas pembantu untuk memudahkan turis berkeliling di dalam gua.

Susur gua yang saya maksud di sini, yang seperti di film “Sanctum” itu lo, yang ceritanya mengekplorasi dan memetakan sistem gua vertikal yang sangat dalam, kamu yang sudah pernah nonton pasti tahu sensasi petualangan menantang yang ada dalam film tersebut, dan minimal sudah terbayang sedikit gambaran tentang petualangan susur gua yang saya maksud.

Bagi yang sama sekali belum tahu tentang susur gua, 7 hal di bawah ini mungkin akan memberikan sedikit pencerahan tentang kegiatan alam bebas yang cukup ekstrim ini.

1. Menikmati keindahan perut bumi dan merasakan kegelapan abadi


Caving bukan petualangan alam bebas populer yang terkenal di kalangan masyarakat umum layaknya kegiatan mendaki gunung atau panjat tebing. Jika daki gunung atau panjat tebing membawa kamu untuk melihat pemandangan indah dari tempat-tempat tinggi, caving akan membawamu menelusuri lorong-lorong sempit di bawah tanah untuk menikmati keindahan alam yang berbeda dengan kegelapan abadi yang tersimpan di dalam perut bumi. Kenapa disebut kegelapan abadi, chamber-chamber dalam gua yang berada jauh di bawah tanah tak pernah mendapat paparan cahaya mentari secara langsung, sehingga sepanjang waktu hanya kegelapan lah yang ada di sana.

Apa yang bisa kita lakukan dalam gelap? Nyaris tak ada, kegelapan akan membuat pergerakan kita terbatas, maka dari itu, untuk melakukan aktivitas susur gua, kamu perlu headlamp sebagai alat bantu penerangan. Selain itu, kamu juga butuh banyak perlengkapan safety seperti pelindung kepala (helm), pakaian sesuai yang tahan air atau mudah kering (biasanya ada wearpack khusus), sepatu khusus, peralatan P3K, dll.

2. Dua tipe gua yang memberikan sensasi berbeda saat dijelajahi


Ada 2 tipe gua yang biasanya dijelajahi para penelusur gua, yakni gua horizontal dan gua vertikal. Kegiatan wisata gua seperti yang tadi telah dibahas memang termasuk juga ke dalam aktivitas caving, gua-gua yang jadi tempat wisata biasanya bertipe gua horizontal yang cukup mudah untuk dijelajahi oleh para pemula sekalipun. Namun banyak juga gua-gua horizontal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, misalnya gua yang memiliki celah-celah sempit atau gua yang memiliki aliran air yang memerlukan peralatan diving untuk bisa masuk kedalamnya.

Berikutnya ada tipe gua vertical yang menjadi primadona dalam dunia caving. Gua tipe ini biasanya berupa lubang vertikal yang masuk cukup dalam ke bawah tanah, untuk dapat menjelajahi gua seperti ini, kamu harus punya peralatan SRT (Single Rope Technique) dan menguasai teknik penggunaannya. Maka dari itu, penelusuran gua vertical tidak bisa dilakukan sembarang orang, jika kamu masih pemula dalam dunia susur gua, kamu perlu mengikuti pelatihan khusus terlebih dahulu dari para penelusur gua professional. Catatan : gua vertikal terdalam di dunia adalah Krubera Cave (-2.197 m) yang ada di Georgia.

3. Bergelantungan di ketinggian dan menitipkan keselamatan kita hanya pada seutas tali di tengah kegelapan


Bagi yang belum pernah mencoba aktivitas susur gua, istilah SRT ini pastinya bakal terdengar asing di telinga. Deskripsi singkatnya mungkin seperti ini, SRT atau Single Rope Technique adalah satu cara atau teknik yang biasa digunakan untuk kebutuhan naik dan turun saat melakukan aktivitas alam bebas dengan hanya menggunakan satu tali saja (dibantu dengan peralatan lain tentunya). Bukan hanya dalam kegiatan caving saja, teknik ini juga sering digunakan dalam aktivitas alam bebas lainnya seperti canyoning, panjat tebing, panjat pohon, ataupun untuk kebutuhan pekerjaan bangunan tingkat tinggi. Peralatan yang dibutuhkan untuk SRT meski nampak serupa dengan peralatan rock climbing, namun kenyataannya sangat jauh berbeda. SRT set antara lain terdiri dari seat dan chest harness, peralatan ascender (untuk naik) seperti chest ascender atau croll dan jummar, peralatan descender (untuk turun) seperti figure of eight, kemudian ada mailon rapide (MR), cows tail, foot loop, serta peralatan kelompok seperti tali kernmantle, ladder, padding, dan carabiner. Untuk informasi lebih lengkap tentang peralatan SRT silahkan kunjungi halaman ini.

Ribet ya? Tapi inilah yang menjadi salah satu keseruan dari kegiatan penelusuran gua, bisa bergelantungan di ketinggian dan menitipkan keselamatan kita hanya pada seutas tali di tengah kegelapan pastinya bakal memberikan pengalaman menarik yang jarang orang punya.  Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana praktek dari SRT ini, bisa dilihat dari video berikut ini.

4. Indonesia punya banyak destinasi untuk Susur Gua


Sudah bukan rahasia lagi jika negara kita tercinta ini punya beragam kekayaan dan keindahan alam yang super banyak, tak terkecuali gua-gua indah yang tersembunyi di dalam perut bumi Ibu pertiwi. Gua-gua di Indonesia biasanya terdapat di daerah karst seperti yang terdapat di kawasan Gunung Sewu dengan Gua Jomblang-nya yang begitu terkenal, atau di kabupaten Maros dengan gua Leang Pute yang merupakan salah satu gua terdalam di Indonesia. Selain 2 destinasi tersebut, masih banyak gua-gua lainnya yang bisa kamu jelajahi, bahkan banyak sekali diantaranya yang belum terjamah dan terpetakan.

5. Hewan yang ditemui dalam gua seringkali punya bentuk unik


Dengan karakteristik habitat yang berbeda dari permukaan, ditambah tak adanya sinar matahari, pemandangan alam di dalam gua pastinya merupakan sesuatu yang berbeda dibanding dengan pemandangan sehari-hari yang kita lihat. Maka dari itu, jangan heran jika saat melakukan penelusuran gua, kamu bertemu dengan hewan-hewan aneh dengan bentuk yang unik dan tak biasa.

6. Termasuk salah satu olahraga paling ekstrim di dunia


Kadangkala, beberapa gua bisa merupakan sebuah system aliran air atau sungai bawah tanah, maka dari itu para penelusur gua seringkali harus melakukan penyelaman untuk terus mengeksplore dan memetakan seluruh system gua tersebut. Penyelaman dalam gua (atau lebih dikenal dengan istilah cave diving) merupakan salah satu aktivitas alam bebas yang paling berbahaya di dunia. Banyak sekali resiko mematikan yang sering mengintai para penyelam gua, lihat saja dalam film Sanctum, salah satu adegan kematian dalam film tersebut terjadi saat tengah melakukan penyelaman. Dalam cave diving, kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian, maka dari itu, kegiatan ini tak bisa dilakukan sembarang orang.

7. Aturan penting Susur Gua


Seperti kegiatan alam bebas lainnya, susur gua juga punya aturan penting yang harus dipatuhi oleh para caver di seluruh dunia. Aturan ini kurang lebih dimaksudkan sebagai upaya menjaga kelestarian kondisi alam di dalam gua, karena ekosistem di dalam gua merupakan lingkungan yang sangat sensitive terhadap perubahan dan gangguan yang dibawa oleh para penelusur gua. Maka dari itu, jika kamu berniat untuk mencoba susur gua, pahami dulu aturan ini:

Take nothing but picture
Leave nothing but footprint
Kill nothing but time
Itu saja bahasan yang bisa saya berikan, tertarik untuk mencoba susur gua? Jika belum, cobalah tonton video di bawah ini. Semoga bermanfaat, salam lestari!


Senin, 26 Oktober 2015

9 Aplikasi Smartphone yang Berguna untuk Pendaki Gunung

foto dari Pixabay.com
Teknologi sudah semakin maju, kini hampir setiap orang pasti punya ponsel pintar atau smartphone yang selalu dibawa kemanapun mereka pergi. Beragam aplikasi smartphone seringkali sangat berguna sebagai alat bantu mempermudah pekerjaan ataupun sebagai penolong saat menghadapi kesulitan. Berikut ini The Bluetripper merangkum beberapa aplikasi smartphone yang akan sangat berguna untuk para pendaki gunung.

Panduan Mendaki Gunung


Meski terkesan cukup sederhana dengan masih banyak kekurangan, aplikasi ini akan sangat berguna terutama bagi kawan-kawan pendaki yang masih pemula. Banyak informasi bagus tentang persiapan, perlengkapan, danbeberapa hal penting lainnya yang harus diperhatikan saat melakukan pendakian. Ada juga informasi gunung  beserta peta dan gambaran singkat jalur pendakian yang tentunya sangat bermanfaat untuk bahan referensi.

Kekurangan dari aplikasi ini adalah belum lengkapnya informasi gunung-gunung yang tersedia, lalu tampilan yang terlalu sederhana, serta tidak banyak fitur-fitur yang akan memudahkan para pengguna. Hal ini sebenarnya sangat wajar, mengingat aplikasi ini dibuat untuk memenuhi Tugas Akhir oleh seorang mahasiswa UIN Bandung bernama Muhamad Supenda Griana. Mari berharap semoga sang pembuat akan segera mengupgrade aplikasi buatannya tersebut agar menjadi lebih baik.

Jika tak suka dengan aplikasi ini, masih ada alternative aplikasi lain bernama “Aplikasi Panduan Pendakian Gunung”. Kedua aplikasi tersebut bisa diunduh secara gratis di playstore.

Kompas


Kamu seharusnya membawa kompas yang asli sebagai alat navigasi darat, namun tidak ada salahnya untuk mengunduh aplikasi kompas dalam smartphone milikmu, siapa tahu bisa berguna di saat-saat tertentu. Untuk aplikasi kompas, banyak sekali pilihan yang tersedia di playstore, silahkan pilih saja mana yang terbaik dan paling nyaman untuk digunakan. Jika tersedia, pilihlah aplikasi kompas yang bisa digunakan dalam mode offline.

Altimeter


Aplikasi ini sangat berguna untuk mengetahui berapa ketinggian posisi kita saat sedang mendaki gunung. Selain itu, aplikasi ini biasanya juga dilengkapi akses untuk melihat peta (altimeter di smartphone saya bisa digunakan untuk mengakses peta di Google maps). Aplikasi ini juga sempat membantu saya saat tersesat di belantara Gunung Sawal beberapa bulan lalu.

Perkiraan Cuaca


Kondisi cuaca adalah salah satu factor penting yang harus selalu jadi pertimbangan saat merencanakan kegiatan pendakian. Untuk itu, saya sering menggunakan aplikasi Accu Weather untuk mengetahui informasi perkiraan cuaca terbaru. Aplikasi ini memberikan banyak kemudahan untuk mengetahui perkiraan cuaca untuk beberapa jam atau hari kedepan dari suatu kawasan lokasi. Memang kadangkala perkiraan cuaca yang dibuat aplikasi ini tidak 100% akurat, tapi lumayan lah untuk bahan referensi.
Untuk produk lokal, ada aplikasi “Info Gempa dan Cuaca BMKG” yang cukup bagus juga, namun saat dulu saya gunakan, informasi yang tersedia terbatas hanya pada perkiraan cuaca hari ini saja, tidak ada perkiraan untuk beberapa hari kedepan.

PMI - First Aid


Aplikasi ini bakal sangat berguna  sekali untuk para pendaki ketika sewaktu-waktu harus berhadapan dengan kondisi sulit, seperti mengalami kecelakaan atau terserang penyakit. Informasi tentang beragam jenis penyakit, atau cedera, beserta langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan, sangat lengkap tersedia dalam aplikasi ini. Banyak juga fitur lain seperti uji kemampuan yang bakal sangat bermanfaat untuk melatih skill serta kesiapan kita dalam menghadapi situasi darurat. Keunggulan lainnya, aplikasi ini punya tampilan yang sangat keren serta sangat mudah dan nyaman untuk digunakan.

SAS Survival Guide


Setiap petualang pastinya harus selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi-situasi terburuk yang bisa terjadi. SAS Survival Guide akan sangat berguna sebagai bahan panduan untuk meningkatkan kemampuan kita ketika dipaksa harus bisa bertahan hidup di alam bebas. Informasi yang tersedia cukup lengkap, dab banyak juga fitur-fitur tambahan yang memudahkan penggunaan aplikasi ini. Sayangnya, aplikasi ini menggunakan bahasa inggris, karena memang dibuat oleh orang Amerika.

Untuk saat ini, saya belum menemukan aplikasi sejenis yang dibuat oleh orang Indonesia. Mudah-mudahan kedepannya akan ada aplikasi sejenis yang dibuat dalam bahasa Indonesia, karena perannya yang sangat berguna menyangkut kondisi hidup mati di alam liar.

LED Torch


Sering lupa membawa senter, headlamp, atau alat penerangan lainnya? Lebih baik kamu segera mengunduh aplikasi ini sebagai alternative cadangan. Saat lupa membawa senter, atau mungkin senter yang dibawa tiba-tiba rusak ditengah jalan, aplikasi ini bisa jadi penolong yang sangat membantu. Ada banyak sekali aplikasi sejenis yang tersedia di playstore, silahkan pilih mana yang paling bagus dan nyaman untuk digunakan.

Music Player


Mendengarkan music saat mendaki kadangkala bisa jadi solusi bagus untuk mengusir rasa lelah, jenuh, dan bête saat sedang melewati medan terjal atau jalur yang monoton. Dewasa ini, dengan berbagai aplikasi yang tersedia, hampir semua smartphone bisa digunakan sebagai pemutar music.

Games


Karena sebab-sebab tertentu, misalnya hujan deras atau udara dingin, kadangkala kita terpaksa harus berdiam diri berlama-lama di dalamtenda. Hal ini tentunya bakal sangat membosankan jika hanya berdiam diri berjam-jam tanpa ada hal yang bisa kita kerjakan. Mau ngemil, semua cemilan sudah habis termakan, mau chattingan, sinyal tak ada, mau foto-foto di luar, hujan belum juga reda, lalu apa yang bisa kita lakukan? Aplikasi-aplikasi game smartphone seperti Angry Bird dan game offline lainnya bisa jadi solusi yang sangat membantu untuk mengusir kebosanan.

Mengandalkan alat elektronik (khususnya smartphone) saat melakukan aktivitas di alam bebas tentunya tidak bisa selalu kita lakukan. Masalah utamanya adalah soal keterbatasan daya, maka dari itu, cobalah untuk sebisa mungkin menghemat daya dengan menggunakan smartphone hanya pada kondisi yang benar-benar dibutuhkan, atau jika tersedia, bawalah powerbank sebanyak-banyaknya.

Segitu saja informasi yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat..

Baca juga :
7 gunung terindah di Indonesia
7 larangan saat mendaki gunung
film Indonesia bertema pendakian gunung
7 kemampuan yang harus dimiliki pendaki gunung
daftar perlengkapan mendaki gunung

Rabu, 21 Oktober 2015

10 Pelajaran Berharga yang Bisa didapat saat Mendaki Sendirian


Mencoba mendaki sendirian memang sebuah keputusan yang bisa dibilang sangat nekad untuk dilakukan. Butuh tekad dan keberanian yang sangat besar untuk dapat melakukannya, mengingat bahaya dan resiko yang mungkin dihadapi akan menjadi lebih besar tanpa adanya bantuan teman seperjalanan. Namun, lewat pendakian seorang diri, kamu bakal menemukan cerita dan pengalaman baru yang tak bisa didapatkan saat mendaki secara berkelompok, kamu juga bakal belajar banyak hal baru yang bakal membuat dirimu menjadi pribadi yang lebih baik. Berikut ini 10 pelajaran berharga yang bisa dipetik dari pendakian seorang diri.

Melakukan Perencanaan dan Persiapan dengan Lebih Matang

Saat mendaki secara berkelompok, kamu bisa lebih bersantai saat melakukan persiapan pendakian, karena persiapan yang dilakukan bisa dilakukan secara bersama-sama dengan pembagian tugas kepada setiap anggota kelompok. Berbeda saat kamu akan mendaki sendirian, kamu harus melakukan segala perencanaan dan persiapan seorang diri. Kamu harus memperhitungkan segalanya dengan lebih matang, karena sebuah kesalahan kecil saat melakukan persiapan, bisa berakibat fatal bagi pendakian yang dilakukan. Dan saat itu terjadi, dirimu sendirilah yang bakal menanggung segala kerugian.

Membentuk Pribadi jadi Lebih Mandiri


Seperti dalam melakukan persiapan dan perencanaan yang telah dibahas di atas, pendakian seorang diri bakal mengajarkan untuk bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri. Tanpa adanya teman seperjalanan, otomatis kamu tak bisa lagi mengandalkan bantuan orang lain, semuanya bakal tergantung pada kemampuanmu sendiri. Dengan begitu, kamu bakal terpacu untuk belajar lebih banyak untuk memperdalam ilmu pendakian, agar siap menghadapi berbagai kondisi yang mungkin bakal terjadi.  

Belajar untuk Lebih Menikmati dan Menghargai Alam

Tak ada teman seperjalanan yang bisa diajak ngobrol, hanya ada kamu dan alam raya. Dengan mendaki sendirian, mungkin kamu bakal merasa kesepian, namun akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dan berbagi waktu dengan alam. Pemandangan hijau pepohonan, hembusan angin yang bertiup pelan, atau suara alam yang memberikan kedamaian akan menjadi teman setia sepanjang perjalanan. Banyak berinteraksi dengan alam akan membuat kamu lebih menghargai dan mensyukuri keindahan-keindahan yang diciptakan Tuhan, sehingga kamu jadi lebih peduli dan berusaha untuk tidak merusaknya.

Mengenal Batas Kemampuan Diri


Dengan mendaki sendirian, kamu bakal tahu sampai mana batas kemampuan fisik dan mentalmu. Tak bakal ada orang yang membantu saat kamu sudah terlalu lelah, dan bakal ada teman yang bisa memberikan motivasi saat semangat mulai padam. Saat itu terjadi, kamu mungkin hanya bisa menyerah, dan pulang lebih cepat, karena hanya sejauh itulah batas kemampuan fisik dan mental yang kamu miliki.

Bebas Mendaki dengan Cara Sendiri

Kamu tak perlu takut tertinggal dari rombongan, tak perlu khawatir terlalu jauh meninggalkan teman seperjalanan, tak perlu juga menyesuaikan diri dengan ritme pendakian kelompok, kamu bebas melakukan pendakian dengan caramu sendiri. Dengan begitu, kamu bakal lebih rileks dan menikmati perjalanan pendakian yang kamu lakukan.

Memacu Diri untuk Menjadi Lebih Kreatif

Setiap pengalaman baru yang kita rasakan pastinya bakal memberikan sudut pandang baru yang sangat berbeda dari yang biasa kita lihat. Hal-hal baru selalu menimbulkan sensasi tersendiri yang bakal meningkatkan kreativitas yang dimiliki oleh seseorang. Dengan mencoba mendaki seorang diri, kamu bakal menemukan banyak pengalaman baru yang pastinya bakal membuat dirimu menjadi pribadi yang lebih kreatif.

Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan


Tak akan ada kritik, saran dan masukan yang bisa kamu minta dari teman seperjalanan saat kamu bimbang menentukan pilihan. Kamulah satu-satunya orang yang harus mengambil semua keputusan. Dengan begitu, kamu bakal belajar untuk mempertimbangkan segala kemungkinan dengan lebih bijak dan hati-hati, karena jika salah mengambil keputusan, dirimu sendirilah yang bakal dirugikan.

Belajar Menghadapi dan Mengatasi Rasa Takut

Takut bertemu hewan liar, takut kegelapan, takut ketinggian, takut cuaca buruk, takut kesepian, dan masih banyak ketakutan lain bakal datang menhadang saat kamu mendaki sendirian. Dari situlah kamu bakal belajar bagaimana cara mengontrol dan mengatasi semua rasa takut yang datang, agar tidak menimbulkan kepanikan yang bisa mencelakakan.

Bersikap Lebih Bersahabat dengan Pendaki Lain yang Baru Ditemui

Setiap pendaki lain yang kamu temui bisa jadi satu-satunya penyelamat jika sewaktu-waktu kamu menghadapi kesulitan yang tidak bisa kamu atasi sendirian. Untuk itu, kamu perlu berinteraksi dengan mereka. Cobalah untuk selalu bersikap baik dan lebih bersahabat, agar saat dibutuhkan, mereka tak akan segan untuk segera membantu mengatasi kesulitan yang kamu hadapi. Selain itu, dengan sering berinteraksi, bukan tak mungkin kamu bakal menemukan teman baru yang sewaktu-waktu bisa diajak nanjak bareng.

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Karena mendaki sendirian merupakan sebuah tantangan yang sulit untuk dilakukan, dan tak banyak orang bisa melakukannya, saat kamu berani dan sukses melakukannya, akan ada kebanggaan tersendiri yang bakal meningkatkan rasa percaya diri.

Jangan memaksa mencoba jika merasa belum siap untuk mendaki sendirian, obsesi berlebihan bisa jadi satu hal yang dapat mencelakakan. Selalu utamakan keselamatan dalam melakukan setiap pendakian, dan selalu ingat untuk tidak meninggalkan apapu selain jejak, tidak mengambil apapun selain foto, dan tidak membunuh apapun selain waktu. Semoga bermanfaat, salam lestari!

Mau mendaki sendiri? Baca tipsnya disini!

Senin, 19 Oktober 2015

Kabar Duka (Lagi), Gunung Lawu Memakan Korban

evakuasi korban tewas di Gunung Lawu via metrotvnews.com
Ada pendaki yang mati, kabar duka (lagi) untuk dunia pendakian, kali ini Gunung Lawu yang memakan korban. Sebab kematian pun lebih tragis dan mengerikan, yakni terjebak kebakaran hutan yang belakangan memang sedang sering terjadi di tanah air. Kabar terakhir mengatakan korban tewas kini sudah mencapai 7 orang, dan 2 survivor dirawat di Rumah Sakit karena mengalami luka bakar. Evakuasi masih terus dilanjutkan oleh berbagai pihak, potensi bertambahnya korban masih sangat mungkin terjadi. Dugaan sementara penyebab kebakaran diakibatkan karena bekas api unggun yang dibuat pendaki.

Berita ini harus jadi pelajaran dan peringatan untuk kita semua agar jangan sekali-kali meremehkan kekuatan alam, karena mereka bukan lawan yang sepadan untuk kita. Bagi kawan-kawan yang akan mendaki dalam waktu dekat, persiapkan dengan baik segala keperluan untuk mendaki di musim kemarau seperti sekarang ini. Observasi dulu kondisi terkini gunung yang akan dituju, jika ada bahaya kebakaran, sebaiknya urungkan niat, tunda dulu perjalanan yang akan dilakukan hingga kondisinya benar-benar aman, jangan memaksakan diri, keselamatan harus selalu diutamakan.

2 tulisan di bawah ini buat mungkin bisa membantu sebagai tambahan bekal untuk mendaki di musim kemarau.

Tips Mendaki saat Musim Kebakaran
Tips Membuat Api Unggun saat Pendakian

Semoga kawan-kawan korban meninggal di Gunung Lawu bisa beristirahat dalam damai, dan diterima di tempat terbaik di sisi-Nya. Salam lestari!

Jumat, 16 Oktober 2015

Tips Mendaki saat Musim Kebakaran

photo from pixabay.com
Musim kemarau bisa berarti cuaca bakal cerah dan panas, potensi hujan di gunung menjadi berkurang, pendakian pun bisa dilakukan dengan lebih menyenangkan tanpa gangguan guyuran hujan yang seringkali memberi banyak hambatan. Tapi tunggu dulu, saat memasuki musim kemarau (panjang) berarti pula kita telah sampai di musim kebakaran, yang mana sekarang ini sedang sering-seringnya terjadi di gunung-gunung yang ada di negara kita tercinta.  Merbabu, Sumbing, Lawu, Ciremai, Papandayan, Guntur dan masih banyak lagi daftar gunung yang belakangan telah menjadi korban dari keganasan si jago merah. Meski bahaya kerap mengintai, namun kadangkala hasrat untuk berpetualang tetap saja selalu membara, apalagi bagi mereka para petualang sejati yang jiwanya selalu terpanggil untuk menapaki puncak-puncak tertinggi. Jika kamu akan memaksa pergi mendaki saat musim kebakaran sedang berada pada puncaknya seperti belakangan ini, beberapa tips berikut ini mungkin bisa bermanfaat buat pendakian yang akan kamu lakukan.

Persiapan yang Harus Dilakukan

foto oleh Septian Hadi Saputra

Pilih destinasi gunung yang tidak terlalu rawan kebakaran

Demi keselamatan, kamu perlu menepikan sedikit egomu dalam memilih destinasi pendakian yang akan kamu tuju. Lihat track record-nya selama beberapa tahun belakangan, apakah gunung tersebut rutin mengalami kebakaran setiap tahunnya? Jika ya, lebih baik pertimbangkan destinasi lainnya yang mungkin cukup aman dan tak terlalu rawan kebakaran.

Observasi kondisi terkini gunung yang akan dituju

Sehari atau 2 hari sebelum waktu keberangkatan, cari info sebanyak-banyaknya tentang kondisi terkini dari destinasi gunung yang akan kamu tuju. Bila ada pengelola resmi, akan lebih baik jika kamu menghubungi langsung pihak pengelola, agar kamu dapat memastikan aman atu tidaknya gunung yang akan kamu daki. Jika pihak pengelola menyatakan gunung tersebut masih dibuka untuk pendakian, tanyakan lebih jauh tentang titik-titik kebakaran yang sering muncul.

Minta nomor darurat yang bisa dihubungi

Jangan lupa untuk meminta nomor-nomor pihak berwenang yang bisa dihubungi jika tiba-tiba kamu harus berhadapan dengan kebakaran hebat di tengah pendakian. Kamu bisa meminta nomor pihak pengelola gunung ataupun nomor kantor polisi terdekat. Simpan nomor tersebut di daftar teratas panggilan darurat dalam ponselmu.

Siapkan peralatan navigasi

Bawa peta topografi dan kompas sebagai alat bantu saat harus mencari jalur alternative untuk evakuasi. Pastikan juga kamu paham dan menguasai tata cara penggunaannya. Pelajaran tentang ilmu medan peta kompas akan sangat membantu dalam hal ini.

Jangan Melakukan Aktivitas yang Bisa Menyulut Kebakaran

Amankan puntung rokok yang kamu buang! foto oleh Septian Hadi Saputra
Kebanyakan kasus kebakaran hutan yang melibatkan pendaki biasanya terjadi karena kelalaian saat membuat api unggun untuk menghangatkan badan. Jika tak terlalu perlu dan bukan untuk kebutuhan darurat, usahakan untuk tidak membuat api unggun. Jika terpaksa harus membuat api unggun untuk melawan serangan hipotermia, pastikan api tetap aman terkendali. Selengkapnya tentang api unggun dalam pendakian, bisa dibaca di artikel “Tips Penting Membuat Api Unggun dalam Pendakian”. Jika kamu seorang perokok, hati-hati juga dengan punting rokok yang kamu hasilkan, jangan buang sembarangan, apalagi jika rokok tersebut masih menyala.

Bagaimana Menghadapi Tititk Api Ditengah Pendakian?

Jika memungkinkan, lakukanlah upaya pemadaman sederhana

Pertimbangkan dengan logis untuk mengambil keputusan terbaik

Tetap tenang dan cobalah untuk mengukur skala besar api kebakaran, pikirkan dengan logis apakah kebakaran tersebut masih berada dalam taraf aman atau sangat berbahaya. Perhatikan juga kontur tanah sekitar titik api, keadaan vegetasi, dan arah angin yang berhembus sebagai bahan pertimbangan keputusan yang bakal kamu ambil.

Lakukan upaya pemadaman

Jika kebakaran tersebut masih dalam skala kecil dan masih cukup terkendali, cobalah untuk melakukan upaya pemadaman, potong jalur rambatan yang mungkin akan dilahap api dengan membuat cincin tanah di sekitar titik api, agar api tidak menyebar, kemudian padamkan hingga tak ada lagi bara api yang tersisa.

Laporkan titik api pada pihak yang berwenang

Jika dirasa cukup berbahaya dan perlu untuk dilaporkan kepada pihak pengelola, ambil beberapa gambar dengan kamera sebagai bukti laporan kebakaran yang akan kamu buat.
Gunakan peta dan kompas untuk mencari jalur alternatif
Jika kondisinya lebih parah, yakni kamu terjebak di tengah kebakaran yang menutup jalur lanjut naik dan jalur kembali, gunakan peta topografi untuk mencari jalur alternative yang aman untuk evakuasi diri.

Pelajari tentang Prilaku Api dalam Kebakaran

Menurut para ahli, kebakaran hutan akan lebih cepat merambat saat melewati lereng-lereng yang curam dengan vegetasi yang mudah terbakar seperti padang rumput, hutan yang penuh ranting kering, saat siang hari yang panas dengan kelembaban rendah, serta angin berhembus kencang. Arah laju api biasanya akan mengikuti kemana arah angin berhembus.

Tempat-Tempat Aman untuk Lari dari Kebakaran

Puncak dengan kondisi tanah berbatu bisa jadi tempat aman dari kebakaran

Tempat yang punya banyak air

Setiap orang pasti tahu jika air adalah musuh alami dari api, maka dari itu, tak heran jika tempat-tempat yang paling aman untuk menghindari kebakaran adalah tempat yang punya banyak air seperti sungai, danau, rawa, dan tempat sejenis lainnya.

Tempat terbuka tanpa vegetasi

Pada dasarnya, kebakaran di gunung menjadi sangat cepat membesar dan meluas dikarenakan banyak sekali bahan bakar seperti dedaunan kering, rumput ilalang, dan pohon berkayu yang tersedia sebagai media rambatan api. Nah, untuk menghindari api kebakaran, kamu perlu menuju ke tempat-tempat terbuka yang tak memiliki bahan yang bisa terbakar oleh api, misalnya tanah berbatu yang banyak ditemukan di sekitar puncak-puncak gunung tinggi di Indonesia. Disana kamu bakal aman terhindar dari kejaran api kebakaran.

Area bekas kebakaran

Api kebakaran pastinya merambat secara perlahan menghanguskan segala bahan mudah terbakar yang telah dilewatinya, dan bakal terus merambat menuju area lain yang masih belum terbakar, so, area yang sudah ditinggalkan si api pasti bakal sangat aman untuk kamu diami.

Laporkan Semua Titik Api yang Kamu Temukan

Sepanjang jalur pendakian yang kamu lewati, tak ditemukan satu pun titik api yang menghalangi dan membahayakan kegiatan pendakian yang kamu lakukan, namun jauh di sisi gunung seberang, kamu melihat beberapa titik api yang berpotensi menghasilkan kebakaran, apa hal ini perlu dilaporkan pada pihak petugas pengelola gunung? Tentu saja perlu, meski kecil dan tak terlihat berbahaya saat kamu temukan, titik-titik api tersebut sewaktu-waktu dapat berubah jadi kebakaran hebat dan membahayakan. Dengan adanya laporan yang kamu berikan, pihak petugas dapat menetapkan langkah-langkah penanganan yang diperlukan, dan saat benar-benar berpotensi menjadi kebakaran hebat, pihak petugas kemudian bisa segera menutup jalur pendakian demi keselamatan semua pihak.

Jangan Ragu untuk Kembali Pulang

Jika kondisinya sangat buruk, jangan memaksakan diri, lebih baik kembali pulang!
Kamu perlu ingat bahwa keselamatan diri harus selalu diutamakan dalam setiap pendakian. Jika di tengah pendakian tiba-tiba keadaan menjadi sangat buruk dan berbahaya, lebih baik segera balik kanan dan langkahkan kaki dengan pasti untuk kembali turun menuju tempat aman. Jangan nekat memaksakan diri menghadapi kondisi yang membahayakan keselamatanmu, gunakan logika dan akal sehatmu untuk berpikir, mengikuti nafsu dan emosi sesaat kadangkala bisa sangat mencelakakan. Uang yang telah kamu korbankan bisa dicari kembali, pendakian yang telah kamu rencanakan dengan matang bisa dilakukan lagi di lain hari, namun jika nyawa yang melayang, ceritamu bakal berakhir sudah sampai disini. Jangan ragu untuk kembali pulang, ada jiwa-jiwa hangat yang selalu berharap kamu kembali pulang dengan selamat.

Tulisan ini dibuat bukan untuk menggurui, namun sebagai bahan pembelajaran bersama agar kita bisa menjadi pendaki yang lebih baik. Bila ada tips lain yang ingin kamu tambahkan, jangan ragu untuk menuliskan ide yang kamu punya di kolom komentar. Semoga bermanfaat, salam lestari!

Baca tips-tips lainnya disini!


Kamis, 15 Oktober 2015

Tips Membuat Api Unggun saat Pendakian

pahami tips membuat api unggun saat pendakian!
Udara gunung memang sangat dingin, apalagi di musim kemarau seperti saat ini, saat malam menjelang, dinginnya bisa bertambah lebih hebat. Untuk melawannya, para pendaki tentunya butuh kehangatan yang tak jarang dilakukan dengan cara membuat api unggun. Nah soal api unggun ini, saat ini sedang ramai menjadi  pembicaraan para pendaki Indonesia, terutama setelah banyak terjadi kebakaran hutan yang (diduga) disebabkan api unggun yang dibuat para pendaki gunung. Ada banyak pendaki senior yang paham dan bertanggungjawab saat harus membuat api unggun dalam sebuah pendakian, namun banyak juga oknum pendaki yang seenaknya membuat api unggun tanpa peduli dengan berbagai masalah yang bisa ditimbulkan. Untuk itu, saya akan mencoba memberikan beberapa tips tentang keamanan api unggun yang perlu kamu tahu agar bisa lebih bertanggungjawab saat terpaksa harus membuat api unggun dalam pendakian.

Jangan buat api unggun kecuali untuk kebutuhan darurat

Pro kontra yang timbul tentang api unggun berkisar tentang masalah kerusakan dan bahaya yang bisa ditimbulkan manakala si pembuat api unggun tidak bertanggungjawab sepenuhnya terhadap bara api yang telah ia buat. Tak jarang para pendaki melakukan pengrusakan hutan dengan menebang pohon untuk bahan bakar api yang akan dibuat.

Hal ini menjadi perhatian para pecinta alam dan lingkungan yang sering meng-kampanye-kan perlindungan hutan-hutan Indonesia (khususnya di kawasan peguungan) yang keadaannya memang sudah cukup rusak.

Maka dari itu, di beberapa tempat pendakian dan camping ground kini telah banyak aturan-aturan soal larangan pembuatan api unggun (baik secara tertulis ataupun tidak). Para pendaki masih diperbolehkan membuat api unggun hanya jika terdesak oleh keadaan yang sifatnya darurat, seperti misalnya ada anggota kelompok yang terserang hipotermia.

(Baca juga tentang hipotermia saat mendaki gunung)

Pelajari dan patuhi aturan yang berlaku

Aturan dibuat untuk dilanggar, ungkapan ini rasanya sangat sering saya dengar dari oknum-oknum tak bertanggungjawab, seolah mereka mendapatkan kebanggaan tertentu saat dengan sengaja mendobrak beragam aturan yang dibuat oleh pihak-pihak yang berwenang.  Padahal aturan tersebut dibuat semata-mata untuk keselamatan diri mereka sendiri. Cobalah untuk bersikap lebih dewasa dan menjadi pendaki bertanggungjawab yang selalu patuh pada aturan.

Jika tak ada aturan tertulis yang tertera, tanyalah pada petugas yang berwenang sebelum kamu mulai mendaki, bolehkah membuat api unggun. Setelah tahu, patuhi aturan tersebut!

Tentukan tempat yang tepat untuk membuat api unggun

Jika tersedia, gunakanlah tempat yang memang biasa digunakan untuk membuat api unggun. Sadarilah jika api dapat merambat dengan sangat cepat, perhatikan keadaan sekitar tempat dimana kamu akan membuat api, pastikan tempat yang kamu pilih terbebas dari berbagai hal yang bisa memicu timbulnya kebakaran, seperti rumput kering, akar pepohonan, atau cabang pohon yang menggantung rendah. Jika punya banyak persediaan air, siramlah daerah sekitar api unggun untuk mencegah ternyadinya penyebaran api ke wilayah yang tak diinginkan.

Usahakan untuk membuat api unggun dengan jarak yang cukup jauh dari tenda yang kamu dirikan atau dari peralatan apapun yang mudah terbakar. Perhatikan juga faktor alam lainnya seperti angin yang berhembus kencang. Persiapkan segalanya dengan baik, cek kembali keamanan tempat yang kamu pilih sebelum menyulut api, pastikan kamu yakin semuanya telah aman dan jauh dari potensi kebakaran.

Jangan gunakan bahan bakar cair!

Jangan gunakan bahan bakar cair seperti minyak tanah, bensin, solar, ataupun spirtus untuk menjaga api tetap menyala. Bahan bakar seperti ini sangat rentan menimbulkan kecelakaan api yang bisa membahayakan dirimu sendiri ataupun menyulut kebakaran yang bisa mengancam nyawa banyak orang.

Pastikan api tetap kecil dan aman

Jangan pernah bermain-main dengan api, karena kamu bukan bangsa pengendali api seperti dalam serial kartun avatar.
Sekecil apapun api yang kamu buat akan selalu ada potensi kebakaran yang bisa ditimbulkan. Maka dari itu, buatlah api unggun sesuai dengan kebutuhan, jangan berlebihan, lebih kecil akan lebih aman dan akan memudahkan untuk dipadamkan.

Jangan pernah tinggalkan api unggunmu!

Jaga selalu api yang kamu buat, pastikan selalu ada orang yang mengawasi di sekitar api unggun. Dengan begitu, jika ada kejadian yang tak diinginkan, langkah penanganan yang tepat bisa dilakukan dengan segera sebelum api benar-benar menyebar dan menimbukan kebakaran.

Pastikan api benar-benar padam saat hendak kamu tinggalkan

Jika kamu telah sering mendaki gunung-gunung yang notabene punya karakteristik yang rawan terkena dampak kebakaran, pasti kamu pernah membaca kalimat tersebut tertulis di papan-papan peringatan sekitar jalur pendakian.

Peringatan tersebut tentunya dibuat bukan tanpa alasan, bisa jadi karena telah banyak kasus kebakaran yang timbul akibat kelalaian pendaki yang meninggalkan api unggun tanpa memastikan api tersebut telah benar-benar padam. Kadang kala kita hanya memadamkan permukaannya saja, padahal bara api didalamnya masih menyala dan sewaktu-waktu bisa kembali membesar setelah jauh kita tinggalkan. Untuk itu, kamu perlu benar-benar memastikan api yang kamu buat telah padam sepenuhnya, demi menghindari bahaya kebakaran yang bisa ditimbulkan.

***

Sejak zaman dulu, membuat api unggun memang sudah menjadi tradisi yang melekat erat dalam dunia pendakian, namun jika tradisi tersebut ternyata bersifat destruktif terhadap kelestarian hutan dan bisa menyebabkan bencana yang membahayakan, alangkah baiknya hal tersebut tidak perlu lagi kita lakukan. Masih banyak cara untuk menghangatkan badan, misalnya dengan memakai pakaian yang sesuai, banyak makan, atau minum minuman hangat.

Demikian tips membuat api unggun dari kami, semoga bermanfaat, salam lestari!


Kamis, 08 Oktober 2015

4 Ancaman Mematikan yang Sering Diabaikan Para Pendaki



Ancaman Bahaya Mendaki Gunung - Semua orang paham dan sadar jika aktivitas luar ruangan seperti mendaki gunung punya beragam resiko bahaya, bahkan bisa sampai merenggut nyawa. Banyak contoh cerita kematian yang sering terjadi pada beberapa pendaki saat sedang asyik beraktivitas di alam bebas. Berbagai faktor menjadi penyebab kematian mereka, ada yang jatuh dari tebing tinggi, ada yang terkena serangan hipotermia, atau yang terbaru karena kecelakaan tertimpa batu besar di jalur pendakian. Kejadian tersebut semestinya harus menjadi alarm bahaya agar kita lebih waspada dan kemudian belajar untuk menghindari kejadian-kejadian serupa. Sayang, pada kenyataannya masih ada saja pendaki-pendaki yang sering mengabaikan resiko-resiko bahaya tersebut.

Agar kamu lebih waspada, berikut ini, saya rangkum 4 resiko bahaya mematikan yang sering diabaikan para pendaki:

Longsoran Batu dan Pohon Tumbang

pohon tumbang bisa jadi ancaman mematikan
Di salah satu jalur pendakian Gunung Ciremai, saya pernah mendengar cerita kejadian mengerikan tentang kematian pendaki yang tertimpa pohon tumbang saat sedang beristirahat di sekitar jalur pendakian.

Sementara beberapa waktu lalu, media kita diramaikan dengan berita kematian seorang pendaki wanita yang tertimpa longsoran batu saat sedang melakukan pendakian menuju Mahameru.

Dari 2 cerita tersebut, bisa diambil pelajaran bahwa pohon tumbang dan longsoran batu bisa jadi ancaman yang sangat mematikan, yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa kita dalam pendakian. Kecelakaan seperti ini memang sulit untuk dihindari, mengingat tak ada seorang pun yang tahu persis kapan sebuah batu besar akan menimbulkan sebuah longsoran mematikan, dan tak ada yang tahu juga kapan sebuah pohon besar akan tumbang. Hal yang mungkin bisa kita lakukan hanya dengan berusaha untuk lebih waspada dan lebih peka memperhatikan lingkungan sekitar tempat dimana kita akan beristirahat ataupun mendirikan tenda untuk bermalam. Jangan beristirahat atau mendirikan tenda di dekat pohon besar yang nampak tua dan lapuk, dan jauhi juga tebing-tebing yang bebatuannya nampak tidak kokoh dan mudah lepas.

Serangan Hipotermia

jaga suhu tubuh agar terhindar dari serangan hipotermia
Pernah dengar berita kematian seorang pendaki muda bernama Shizuko Rizmadhani di Gunung Gede-Pangrango? Ia meninggal dunia karena serangan Hipotermia.

Beberapa pendaki kerap menyepelekan serangan hipotermia ini, padahal korban yang tewas karena hipotermia sudah cukup banyak jumlahnya. Atau parahnya, ada saja pendaki yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hipotermia. Hal ini berbahaya. Kita tak bisa mengantisipasi ketika gejala-gejala hipotermia ini muncul.

Salah satunya jika penderita mulai mengigau dan berbicara melantur. Bagi yang tak paham, teman-temannya malah sering menganggap temannya kesurupan. Padahal itu merupakan salah satu gejala hipotermia. Penanganan korban kemudian menjadi terlambat hingga akhirnya harus meninggal dunia.
Berkaca dari kisah-kisah menyedihkan yang sudah sering terjadi, alangkah baiknya mulai sekarang kita perlu tahu apa itu hipotermia, apa saja penyebabnya, seperti apa gejalanya, dan bagaimana langkah penanganannya, agar tak ada lagi kejadian serupa yang menewaskan pendaki lainnya. (Baca "Hipotermia saat Mendaki, Pelajari Cara Mencegah dan Menanganinya".)

Terpeleset atau Jatuh

tetapkan batas aman saat berdiri di dekat tebing curam
Untuk yang ini, kisahnya nyatanya bisa kamu cari di google tentang pendaki yang jatuh ke kawah Gunung Merapi beberapa waktu lalu, atau pendaki yang tewas karena jatuh dari puncak Gunung Batu di Bekasi.

Kecelakaan seperti ini tentunya tak perlu terjadi jika para pendaki lebih mengutamakan keselamatannya dibanding beberapa hal lain yang sebenarnya tak begitu penting.  Jangan terlalu berlebihan hanya untuk sekadar berfoto. Taatilah segala aturan yang dibuat pihak yang berwenang, karena aturan tersebut dibuat untuk keselamatan kita para pendaki. Mendaki gunung itu bukan untuk gaya-gayaan, bukan juga untuk menunjukkan seberapa hebat diri kita. Tak ada yang lebih penting dibanding bisa kembali pulang dengan selamat.

Obsesi Menggapai Puncak

puncak bukan segalanya, yang paling penting adalah bisa pulang dengan selamat
Hampir semua pendaki gunung pasti punya tujuan yang sama dalam setiap pendakian, yakni menggapai puncak tertinggi. Namun kadangkala tujuan ini bisa sangat mencelakakan jika tidak disikapi dengan bijaksana.

Pada sebagian orang, pikiran untuk menggapai puncak telah menjerumus menjadi obsesi yang wajib untuk dipenuhi, dan inilah yang bisa menjadi hal yang sangat berbahaya. Jika sudah terobsesi seperti itu, pengambilan keputusan secara rasional bakal sulit dilakukan, resiko bahaya kadangkala diabaikan, karena pikiran yang hanya fokus pada pencapaian target, hingga akhirnya bisa menimbulkan kecelakaan yang tak diharapkan.

Cobalah untuk meredam obsesi seperti itu dengan menetapkan batas bagi diri sendiri maupun anggota kelompok, jika telah mencapai batas tersebut, jangan memaksakan diri demi menghindari resiko-resiko bahaya yang mungkin terjadi. Utamakanlah keselamatan, karena seperti yang sudah banyak dibahas, jika pendakian gunung itu tak hanya sekadar menggapai puncak.

Itulah beberapa resiko bahaya yang sering diabaikan para pendaki gunung, jika ada resiko bahaya lain yang belum tercantum dalam tulisan ini, silakan anda tambahkan di kolom komentar.

Semoga bermanfaat, salam lestari!

Baca juga tentang tips-tips mendaki gunung di sini!

Rabu, 07 Oktober 2015

Tips untuk Para Pendaki Cantik

tips untuk para pendaki cantik
Tips untuk Pendaki Wanita - Belakangan ini, kegiatan mendaki gunung tidak hanya menjadi milik kaum pria saja, tetapi para wanita (yang tidak ikut organisasi pecinta alam) pun kini telah mulai eksis dan gemar bertualang di gunung. Dengan fakta ini, tak heran jika kini para pendaki wanita tidak lagi menjadi fenomena yang jarang ditemukan di gunung. Para pendaki cantik kini telah meramaikan dunia pendakian Indonesia, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki pria, terutama bagi mereka yang sedang mencari jodoh, wkwkwk.

Setiap harinya, banyak sekali wanita yang sebelumnya awam dengan dunia pendakian, kini mulai merasa tertarik untuk mencoba kegiatan ini. Alasannya beragam, entah karena ajakan dari teman yang sudah menjadi pendaki, atau mungkin karena tergiur foto-foto cantik yang banyak tersebar di media sosial. Jika kamu termasuk salah satu wanita yang mau mulai mendaki gunung, coba baca dulu beberapa tips berikut ini yang mungkin akan berguna sebagai tambahan ilmu untuk bekal melakukan pendakian.

Latih Fisik dengan Rutin Berolahraga Minimal 2 Minggu Sebelum Pendakian

photo from pixabay.com
Kekuatan fisik itu sangat penting, dan merupakan modal utama untuk menghadapi pendakian. Maka dari itu, kamu perlu bersiap-siap dengan melakukan olahraga rutin minimal 2 minggu sebelum pendakian. Jangan coba-coba mendaki tanpa persiapan fisik ya, karena resikonya bisa sangat fatal. Tanpa persiapan fisik, otot-otot kamu yang tiba-tiba dipaksa melakukan aktivitas berat akan sangat mudah mengalami cedera. Cara latihan yang dilakukan bisa bervariasi, seperti jogging atau yoga. (Baca "Latihan Yoga yang Bagus untuk Pendaki Gunung")

Siapkan Mental

Selain fisik, mental kamu juga harus kuat, karena saat mendaki gunung, kamu butuh mental baja yang tak gampang menyerah. Pada saat merencanakan pendakian, coba tanya dulu pada diri sendiri, apakah kamu sudah siap untuk berlelah-lelah jalan kaki melewati medan terjal sambil bawa beban berat? Jika masih ragu, lebih baik tunda dulu perjalanan yang akan kamu lakukan. Untuk membangun sikap mental yang baik, cobalah perdalam wawasan dan ilmu tentang mendaki gunung, siapa tahu dengan cara ini kamu bakal lebih yakin dan percaya diri untuk menghadapi segala tantangan yang akan dihadapi dalam perjalanan pendakian yang telah kamu rencanakan.

Jangan Malu Bertanya pada Teman Wanita yang Cukup Berpengalaman

Hal ini penting dilakukan terutama bagi para wanita yang baru akan menjalani pendakian pertamanya. Para pendaki wanita yang sudah berpengalaman juga dulunya sama seperti kamu, mereka pasti pernah merasakan menjadi pendaki pemula, maka dari itu ajaklah mereka berdiskusi untuk berbagi pengalaman mereka saat dulu mulai mendaki. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal di hati, jangan malu-malu meski pertanyaan kamu terkesan konyol dan sepele. Maksimalkan waktu persiapan dengan banyak bertanya, agar kamu tidak menyesal setelah benar-benar memulai pendakian.

Menstruasi Harus jadi Perhatian

Banyak mitos yang beredar soal menstruasi, beberapa diantaranya bahkan hingga melarang para wanita yang sedang menstruasi untuk mendaki gunung. Apa alasannya? Entahlah, mungkin berkaitan dengan kisah-kisah misteri yang banyak beredar di masyarakat. Jika kamu takut dan percaya dengan mitos tersebut, lebih baik tunda dulu waktu pendakianmu. Namun jika kamu cuek dan tak peduli, persiapkan saja segala kebutuhan untuk mengatasi kondisi tersebut, salah satunya dengan membawa persediaan pembalut yang cukup dan obat pereda nyeri haid. Jika kamu kebetulan sedang haid, beritahu teman perjalananmu, terutama teman wanita, agar mereka mengerti dan memberikan ruang jika tiba-tiba kamu perlu mengganti pembalut ditengah perjalanan. Amankan sampah pembalut dalam plastik khusus, simpan di tempat aman dalam tas yang kamu bawa untuk nanti dibuang setelah turun gunung. Ingat, jangan sekali-kali meninggalkan dan membuang sembarangan bekas pembalut di gunung! 

Jangan Sampai Salah Kostum!

photo from naturemoms.com
Jangan samakan mendaki gunung dengan wisata ke pantai apalagi jalan-jalan ke mall. Gunakan pakaian khusus mendaki yang sesuai, tidak berlebihan, dan yang paling penting nyaman dipakai. Hindari memakai celana jeans, karena akan menyusahkan pergerakan kaki dan bahannya sangat sulit kering saat terkena air. Gunakan pakaian yang agak longgar, agar tubuhmu lebih bebas bergerak saat menghadapi medan terjal di jalur pendakian.

Usahakan untuk Memakai Peralatan Mendaki Khusus Wanita

photo from eligiblemagazine.com
Jika memang tersedia, gunakanlah carrier, sepatu gunung, jaket dan peralatan mendaki lainnya yang didesain khusus untuk wanita. Peralatan mendaki khusus wanita pastinya bakal memberikan kenyamanan yang lebih baik saat kamu pakai sepanjang pendakian.

Bawa Pakaian Cadangan untuk Tidur dan Bergaya

Kebanyakan wanita biasanya sangat memperhatikan kebersihan dan membenci bau-bau tak sedap. Pakaian yang dipakai seharian untuk mendaki pastinya bakal penuh keringat dan sangat tak nyaman dipakai tidur, untuk itu, kamu perlu membawa pakaian cadangan khusus untuk tidur. Satu hal lagi, jika kamu doyan selfie dan ingin selalu terlihat cantik saat berfoto, tak ada salahnya untuk membawa pakaian lain khusus untuk berfoto, hihi.

Jangan Lupa Bawa Topi, Kacamata Hitam, dan Sunblock

photo by btonevibes
Saat beraktivitas di luar ruangan seperti mendaki gunung, otomatis kita harus mengakrabkan diri dengan paparan langsung sinar mentari, maka dari itu kamu harus bersiap dengan membawa berbagai persenjataan untuk melindungi kulit agar tidak terbakar panasnya mentari. Topi bisa melindungi bagian rambut dan kepala, serta mengurangi efek dehidrasi akibat panas. Kacamata hitam bisa jadi pelindung mata sekaligus properti untuk bergaya, dan sunblock adalah senjata utama untuk menghidari kulit terbakar. Simpan barang-barang ini di tempat yang mudah dijangkau.

Gunakan Slayer/Buff dan Sarung Tangan untuk Perlindungan dari Debu 

Barang-barang ini wajib kamu bawa, terutama jika kamu mendaki saat musim kemarau. Jalur pendakian gunung itu biasanya didominasi trek tanah atau pasir yang pastinya bakal sangat berdebu, apalagi jika aktivitas pendakian sedang ramai, siap-siap saja kamu sesak napas karena terlalu banyak menghisap debu. Untuk itu, gunakan slayer, buff atau masker untuk melindungi wajah dan hidungmu dari debu-debu yang berterbangan. Gunakan juga sarung tangan agar kulit tanganmu tetap halus dan tak rusak. 

Hindari Pemakaian Parfum yang Berlebihan

photo from pixabay.com
Kamu mungkin tak suka dengan bau-bauan tak sedap, tapi saat mendaki, jangan seenaknya menyemprotkan parfum secara berlebihan. Wewangian yang dihasilkan parfum bisa mengundang berbagai hewan liar, terutama bangsa serangga seperti kumbang-kumbang nakal.

Gunakan Deodorant agar Terhindar dari Bau Badan

Setiap sebelum memulai perjalanan, jangan lupa untuk memakai deodoran, agar selama perjalanan berlangsung. ketiakmu tidak menyebarkan bau tak sedap yang bisa mengganggu ketentraman dan kedamaian suasana pendakian.

Tissue adalah Barang Wajib yang Harus Kamu Bawa

Di kebanyakan gunung, sumber air bersih akan sangat jarang untuk ditemukan. Selain itu, meski banyak sumber air, kamu dilarang menggunakannya untuk mandi dan membersihkan diri, apalagi jika menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun dkk. Tapi tenang saja, untuk soal bersih-bersih, kamu mengandalkan bisa mengandalkan barang super penting bernama tissue. Jangan lupa untuk membawa banyak persediaan tissue, baik itu tissue kering ataupun tissue basah. 

Usahakan Kamu Punya Teman Sesama Wanita

photo by nathmart
Sebaik-baiknya teman lelaki, teman sesama perempuan pastinya bakal lebih mengerti segala permasalahan yang dihadapi kamu sebagai pendaki wanita. Apalagi untuk soal berdempet-dempetan tidur dalam tenda, pria dan wanita yang bukan muhrim tak boleh dipersatukan. Jika ada teman wanita, kamu bisa kompak menempati tenda terpisah. Jika kamu terpaksa mendaki dengan menjadi satu-satunya pendaki wanita dalam tim, cobalah berdiskusi dengan para pria, jika mereka pria baik-baik, mereka pasti akan mengerti dan memberikan ruang dan perlindungan yang kamu butuhkan.

Tak Perlu Takut jika ingin Buang Air

Yang ini biasanya jadi salah satu hal menakutkan untuk para wanita yang ingin mendaki gunung. Tapi tenang saja, karena ada banyak solusi yang bisa kamu lakukan. Yang pertama, cari teman sesama wanita yang sama-sama kebelet ingin buang air. Kemudian, cari tempat yang cukup tersembunyi untuk melakukan aktivitas ini, lakukan secara bergantian, agar seorang diantara kalian bisa bertugas mengawasi keadaan sekitar. Jika masih ragu dan takut ada yang melihat, gunakan sarung atau ponco sebagai penghalang. Jangan lupa untuk mematuhi aturan dasar buang air di gunung. (Baca "Tips BAB saat Mendaki Gunung")

Lupakan Program Dietmu!

photo from pixabay.com
Jika sehari-hari kamu gemar menerapkan program diet untuk menjaga tubuh tetap langsing, saat sedang mendaki gunung, lupakan sejenak program tersebut. Kamu butuh asupan nutrisi yang banyak demi menghasilkan energi yang dibutuhkan selam perjalanan pendakian. Untuk itu, jangan ragu untuk banyak makan makanan bergizi. Ngemil sepanjang perjalanan juga sangat dianjurkan, karena hal itu bisa membantu menjaga stamina. (Baca "Tips Menjaga Stamina saat Mendaki Gunung")

Jangan Malu Meminta Waktu untuk Break ditengah Perjalanan

Jangan so' kuat, jika memang fisikmu sudah mulai kepayahan, katakan saja dengan jujur kepada leader kelompok pendakianmu. Jangan malu dibilang lemah, jika teman-temanmu baik hati, mereka pasti akan mengerti, semua orang tahu kalu batas kekuatan fisik pria dan wanita itu beda. Jika kamu terlalu memaksakan, akibatnya malah bisa lebih fatal lho, misalnya kamu malah jatuh sakit atau beberapa bagian tubuhmu mengalami cedera.

Jangan terlalu Manja, Tunjukkan Kalau Kamu Bisa Diandalkan

Dari segi kekuatan fisik, kamu mungkin lebih lemah jika dibandingkan dengan para pria, namun hal tersebut jangan kamu jadikan alasan untuk bersikap manja dan enak-enakan tanpa ikut membantu aktivitas kelompok. Cobalah untuk ikut berkontribusi terhadap tim, agar kamu punya peran dan tak sekadar numpang ikut jadi beban pendakian. Banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya dengan jadi koki yang bisa diandalkan untuk urusan masak memasak atau jadi pengatur urusan ransum perbekalan.

Jadilah pendaki cantik yang tangguh, berani, sederhana, baik hati, dan terutama menghargai dan mencintai alam. Utamakan keselamatan dalam setiap pendakian, ingat selalu 3 aturan utama pendakian, "jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki, jangan mengambil apapun selain gambar, dan jangan membunuh apapun selain waktu". Semoga bermanfaat, salam lestari!

Senin, 05 Oktober 2015

Tips Memilih Kompor untuk Mendaki Gunung


Tips Memilih Kompor - Saat mendaki gunung (terutama pendakian yang butuh waktu berhari-hari), kompor lapangan merupakan salah satu peralatan wajib yang harus dibawa, karena perannya yang sangat vital terkait dengan pemenuhan kebutuhan asupan makanan untuk tubuh. Tanpa kompor, proses memasak makanan akan sangat sulit untuk dilakukan, terutama saat cuaca buruk datang menghadang.
Ada beragam jenis kompor lapangan yang banyak tersedia di toko-toko perlengkapan outdoor. Kompor berbahan bakar gas tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, mulai dari yang berbentuk simple dengan ukuran yang sangat kecil sehingga mudah untuk dibawa, sampai ada kompor gas portable yang berat namun sangat berguna jika butuh memasak untuk banyak orang. Ada juga kompor berbahan bakar cair (alkohol, spertus, dkk), dengan desain ringkas dan ringan yang sering dipilih para pendaki penyuka gaya ultralight hiking. Dengan banyaknya pilihan, kadangkala banyak orang yang bingung menentukan jenis kompor seperti apa yang harus dipilih untuk dibawa dalam pendakian, beberapa tips di bawah ini mungkin dapat membantu kamu dalam menentukan pilihan.

Kondisi Pendakian sebagai Acuan untuk Memilih Kompor

Jenis Medan dan Pemilihan Waktu Pendakian

Jika menghadapi jenis medan pendakian yang terbuka, kamu harus memilih tipe kompor yang memiliki pelindung dari hembusan angin. Angin gunung biasanya berhembus sangat kencang, apalagi jika di medan pendakian terbuka yang tidak memiliki kerapatan vegetasi pepohonan. Untuk medan pendakian khusus seperti daerah bersalju atau medan dengan tinggi diatas 4.000 mdpl, kompor berbahan bakar gas akan sulit untuk digunakan dalam tekanan udara dan suhu yang sangat rendah, sehingga kamu harus mencari solusi untuk memilih kompor yang tepat.

Jumlah Anggota Kelompok

Banyak orang yang ikut dalam kelompok pendakianmu juga patut dijadikan acuan untuk pemilihan kompor lapangan. Hal ini berkaitan dengan jumlah makanan yang harus dimasak, serta efisiensi waktu yang dibutuhkan untuk memasak. Untuk jumlah anggota kelompok yang besar, hindari pemakaian kompor yang tidak didesain untuk memasak dalam jumlah banyak. Lebih baik pilih kompor gas karena punya keunggulan efisiensi waktu yang cepat serta api yang dihasilkan juga cukup stabil.

Lama Waktu Pendakian

Pendakian dalam jangka waktu yang cukup panjang menuntut kita untuk melakukan efisiensi dalam berbagai hal, termasuk soal pemilihan kompor. Pemilihan tipe bahan bakar yang digunakan juga sangat penting, mengingat beban dan efisiensi penggunaan harus kita atur dengan cermat. Hindari pemilihan kompor yang boros bahan bakar, agar kita dapat berhemat dan bisa bertahan hidup sepanjang waktu pendakian yang dilakukan. Pilihlah kompor dengan desain cukup ringkas dan ringan, agar kamu bisa menghemat ruang dan berat kompor yang dibawa tidak menambah beban pendakian yang harus ditanggung. Ingat, dalam pendakian yang butuh waktu lama, setiap harinya kondisi fisikmu akan semakin melemah, jangan heran jika di hari pertama carrier bakal terasa ringan dan nyaman untuk digendong, namun saat menjelang akhir perjalanan, tiba-tiba carrier tersebut menjadi lebih berat dan menyulitkan, padahal beban yang dibawa tidak banyak berubah.

Rekomendasi Kompor untuk Pendakian

Kompor Gas Portable

photo from isirumah.co.id
Keunggulan : Kompor portable seperti gambar diatas sangat mudah sekali untuk digunakan, keamanan cukup terjamin karena posisi gas terpisah dari api yang keluar serta punya cover pelindung. Seperti umumnya kompor berbahan bakar gas, kompor ini sangat bisa diandalkan untuk kebutuhan memasak dalam waktu cepat. Besar kecil api yang dibutuhkan juga dapat diatur dengan sangat mudah. Kompor jenis ini sangat cocok untuk diandalkan dalam pendakian kelompok dengan banyak jumlah personil.
Kekurangan : Desain yang tak ringkas (utuh tidak bisa dilipat atau dibongkar) membuat kompor ini akan menghabiskan banyak ruang dalam carrier. Selain itu, kompor seperti ini juga cukup berat untuk dibawa, sehingga akan menambah beban pendakian yang harus kamu pikul. Menurut kabar yang beredar, kompor berbahan bakar gas juga tak dapat digunakan di tempat dengan elevasi diatas 4.000 mdpl dan tempat dengan suhu udara sangat rendah (belum pasti kebenarannya). Jika angin bertiup kencang, nyala api akan terganggu, sehingga butuh perlindungan tambahan dari hembusan angin.

Kompor Gas Mini

photo from tokopedia.com
Keunggulan : Desain sangat simple dengan ukuran kecil dari kompor satu ini akan memudahkan kamu untuk membawanya. Dengan ukuran yang kecil, kompor ini akan sangat menghemat ruang. Untuk beberapa tipe desain, kompor seperti ini juga dapat dibongkar pasang, sehingga bisa disimpan di tempat terpisah.
Kekurangan : Posisi gas yang sangat berdekatan dengan output api rentan dengan bahaya kecelakaan. Dari pengalaman yang pernah saya alami, kompor jenis ini juga kadang sulit dipasang, terutama jika di beberapa bagian yang bisa dilipat telah muncul banyak karat. Input gasnya juga kadang tidak cocok atau sulit dipasangkan dengan beberapa jenis tabung gas yang biasa dijual dipasaran. Kompor ini juga tidak tahan dengan hembusan angin.

photo from teknindogas.wordpress.com
Keunggulan : Kompor jenis ini hampir sama dengan jenis yang sudah dibahas di atas, sehingga keunggulannya hampir sama. Satu keunggulan yang berbeda hanya karena kompor jenis ini menggunakan selang sebagai penyalur gas, sehingga tabung gas bisa diposisikan agak jauh dari output api untuk meminimalisir bahaya kecelakaan.
Kelemahan : Cukup mudah rusak, terutama bagian selang yang sering tersumbat. Kompor ini juga tidak tahan dengan hembusan angin kencang.

Kompor Gas Mini anti Badai

photo from bukalapak.com
Keunggulan : Kompor gas jenis ini sebenarnya hampir sama dengan kompor gas mini yang telah dibahas di atas. Desainnya yang simple dan ringan, akan sangat memudahkan untuk dibawa. Satu keunggulan lain yang dimiliki kompor ini adalah tersedianya cover pelindung output api dari angin kencang yang kerap terjadi di pegunungan, sehingga aktivitas memasak kamu akan tetap berjalan lancar meski cuaca tak mendukung.
Kekurangan : posisi gas yang dekat dengan nyala api cukup berbahaya dan rawan kecelakaan. Jika tak dirawat dengan baik, kompor jenis ini juga cukup mudah rusak.

Trangia

photo from bushmanswildhiking.blogspot.co.id
Keunggulan : Trangia merupakan jenis kompor yang sangat disukai oleh para pendaki, terutama para pendaki yang suka dengan teknik ultralight hiking. Desainnya yang sangat ringkas, serta telah dilengkapi dengan cooking set, membuat kompor ini akan menghemat banyak ruang dalam carrier. Beratnya yang sangat ringan turut menambah nilai spesial kompor buatan Swedia ini. Jumlah bahan bakar juga mudah diatur, desain kompornya juga sangat aman dari hembusan angin, sehingga bisa digunakan dalam segala kondisi. Tersedia juga botol khusus untuk bahan bakar cair agar lebih aman dan nyaman saat digunakan.
Kekurangan : Tidak didesain untuk memenuhi kebutuhan memasak bagi banyak orang. Api yang dihasilkan bahan bakar cair tidak secepat dan sestabil api dari gas, sehingga tak bisa diandalkan untuk kebutuhan memasak dalam waktu cepat. Cukup sulit mengontrol besar kecil api yang dibutuhkan.

Setiap jenis kompor lapangan memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing, jadi kamu harus pintar-pintar memilih dengan memperhatikan berbagai aspek terutama soal kebutuhan dan kenyamanan penggunaan. Jika kamu punya tips lain yang bisa menambahkan dan melengkapi tulisan ini, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar, semoga bermanfaat, salam lestari!