Kamis, 24 Maret 2016

MISTERI DI BALIK KEINDAHAN GUNUNG CIREMAI

Gunung Ciremai, Jawa Barat, Istimewa
Traveler Istimewa - Gunung Ciremai di Jawa Barat ini mempunyai nuansa mistik yang sangat kuat. Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Tingginya mencapai 3.078 m di atas permukaan laut (dpl). Ketika berada di puncak Gunung Ciremai, Anda akan disuguhkan pemandangan spektakuler Kota Majalengka, Bandung, dan Laut Jawa. Keindahan tersebut sama sekali berbanding terbalik dengan cerita misteri Gunung Ciremai yang beredar di masyarakat.

Tak hanya itu, bagi sebagian masyarakat Kuningan dan sekitarnya, Gunung Ciremai diyakini sebagai asal muasal nenek moyang orang Jawa Barat. Keyakinan ini semakin kuat ketika para ahli arkeolog menemukan beberapa perkakas dari Zaman Batu Besar (Megalithikum) yang ditaksir berusia sekitar 3.000 tahun SM. Gunung Ciremai menjulang membelah beberapa kabupaten karena bentuk undakkannya. Gunung Ciremai berada di antara dua kabupaten yaitu Kuningan sebelah timur dan Majalengka sebelah barat. Jika Anda tertarik mendakinya, puncak Ciremai bisa dicapai melalui tiga jalur. Yaitu jalur pendakian Palutungan dari arah selatan, Majalengka dari arah barat, dan Linggarjati dari arah timur.

Gunung Ciremai memiliki jalan pendakian yang berkelok. Pintar-pintar memilih jalur pada Gunung Ciremai ini menjadi hal yang harus diperhatikan. Pilihlah jalur yang aman, yaitu jalur Palutungan atau Majalengka. Jangan dari Linggarjati, karena jalur ini terkenal terjal dan curam dengan sudut kemiringan antara 70 sampai 80 derajat. Apalagi bagi Anda yang masih amatir.

Tikungan tajam yang dimiliki jalur menuju Gunung Ciremai ini semakin menambah kental kesan misteri Gunung Ciremai itu sendiri. Jalur Linggarjati tak hanya menguras tenaga, pendakinya rentan mengalami mountsickness (penyakit gunung). Ditandai dengan gejala mual, pusing, sedikit ngilu pada persendian, disertai halusinasi dan mengigau. Jalur ini mungkin justru akan menantang adrenalin Anda. Terutama bagi Anda yang memang menantikan bagaimana sensasi menyeramkan dari Gunung Ciremai tersebut.


Jalur Menuju Puncak Gunung Ciremai, Istimewa
Ditilik dari kriteria ketinggiannya, Gunung Ciremai memang tidak terlalu tinggi. Bandingkan dengan Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Slamet (3.432 m), atau Gunung Arjuna (3.339 m). Ketinggian Gunung Ciremai di antara tiga gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, memang tidak ada apa-apanya. Tetapi misteri Gunung Ciremai layak untuk diperhitungkan.

Ketinggian Gunung Ciremai yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu tidak mengurangi minat para pendaki untuk menaklukkannya. Gunung Ciremai dinilai sebagai salah satu gunung paling sukar di tanah Jawa. Gunung maut. Karena untuk mencapai puncaknya, butuh waktu dan tenaga ekstra. Belum lagi dengan kondisi alam yang tergolong berbahaya. Kehati-hatian menjadi syarat utama. Jika ceroboh, nyawa taruhannya. Hal itu seperti menjadi warna tersendiri dalam cerita misteri Gunung Ciremai Jika kita memulai pendakian dari Linggarjati, perjalanan akan dimulai dari ketinggian sekitar 750 mdpl. Akibatnya, waktu tempuh untuk mencapai puncak menjadi cukup lama. Rata-rata 12 sampai 16 jam perjalanan. Dan di antara semua gunung yang ada di Jawa, hanya Gunung Ciremai yang memulai pendakian dari ketinggian seperti itu.

Masuk akal jika tantangan alam seperti ini yang menyebabkan banyak pendaki meninggal dunia. Karena kelelahan, minim atau habisnya persediaan makanan, hingga tersesat dari jalur pendakian. Cerita hilangnya nyawa pendaki di Gunung Ciremai itu semakin menambah cerita tentang misteri Gunung tertinggi di Jawa Barat yang terkesan mencekam itu. Gunung Ciremai dengan jalur mautnya dan seringnya jatuh korban dari para pendaki, ternyata menimbulkan berbagai cerita rakyat. Salah satunya, beberapa kawasan di Gunung Ciremai diceritakan memiliki aura mistik yang kental. Lahirnya cerita misteri Gunung Ciremai pun tidak bisa dihindarkan.

Beberapa kawasan di Gunung Ciremai bahkan dianggap memiliki aura mistik yang kental. Sehingga ungkapan misteri yang menjadi kisah rakyat di bacakan dalam bisik ke bisik, pun marak terlahir dari daerah-daerah itu. Misalnya, beberapa situs (tempat) yang dianggap angker dan keramat. Penuh misteri. Seperti situs Kuburan Kuda. Konon, di area ini terdapat kuburan kuda milik tentara Jepang di masa penjajahan. Kuda tersebut digunakan para tentara Jepang untuk mengawasi para pekerja rodi. Jika melewati daerah ini, sering terdengar ringkikan kuda tanpa pernah terlihat jelas wujudnya. Cerita misteri Gunung Ciremai ini juga disuguhkan oleh sebuah situs bernama situs Papa Tere. Situs ini dianggap angker karena pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak oleh ayah tirinya.

Situs Sangga Buana dan Pengasungan atau Pengasinan, juga dikabarkan tak kalah angker. Di situs Pengasungan terdapat ladang yang tanamannya tak pernah layu, yaitu edelweiss. Keindahan alam di kedua situs tersebut, kalah pamor dengan nuansa keangkerannya.


Situs Sangga Buana dan Pengasungan. Hutan Mengerikan di Dunia
Cerita misteri Gunung Ciremai yang datang dari daerah Pengasungan cukup menyeramkan. Pada malam-malam tertentu, sering terdengar jeritan atau derap langkah kaki para serdadu Jepang. Menurut catatan sejarah, pada masa penjajahan Jepang, Pengasungan adalah tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.

Cerita misteri Gunung Ciremai tersebut lahir dari banyak cerita menyeramkan. Kejadian-kejadian mengerikan yang menumpuk selama berpuluh- puluh tahun menjadi penyebab angkernya Gunung Ciremai.

Tidak bisa dipungkiri jika berbagai cerita menyeramkan yang menjadi misteri Gunung Ciremai tersebut hadir akibat perilaku manusia itu sendiri. Kejahatan dan perilaku yang tidak menyenangkan pada masa lampau meninggalkan keangkeran yang tidak bisa dijelaskan oleh nalar manusia. Di antara situs-situs yang sudah disebutkan tadi, situs Batu Lingga lah yang menjadi tempat paling sakral.

Misteri Gunung Ciremai pun dipercaya terpusat di kawasan ini. Tempat ini dipercaya bahwa pada masa lalu Sunan Gunung Jati (salah satu dari wali songo) pernah menyendiri dan berkhotbah kepada para pengikutnya. Sehingga, hingga sekarang Batu Lingga sering jadi tempat ngalap berkah dan dipercaya membantu mereka yang sedang dalam kesulitan.Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di situs Batu Lingga ini dijaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet. Penampakannya berbentuk sepasang macan tutul jadi-jadian. Kisah menyeramkan mengenai Gunung Ciremai yang terjadi di kawasan ini benar-benar membuat siapapun merasa ketakutan.

Persebaran kisah mengenai hal hal misterius pada Gunung Ciremai ternyata tak hanya kawasan-kawasan tertentu yang dianggap memiliki aura supranatural. Beberapa hewan juga diyakini mempunyai kekuatan mistik. Ada Ayam Alas dengan bulunya yang bersih mengkilat. Ada pula Jalak Hitam dan Tawon Hitam. Dua binatang yang sering terlihat mengikuti para pendaki Gunung Ciremai.


 
Ayam alas, Istimewa

Siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai rumah diharuskan membawa ikan asin. Entah apa maksudnya. Tidak ada yang tahu. Cerita dari mulut ke mulut ini, memang sukar diuji kebenarannya. Misteri Gunung Ciremai mungkin selamanya akan tetap tak terungkap. Tapi, tidak ada salahnya kita mengetahui cerita- cerita tersebut. Bukan untuk diyakini, apalagi ditakuti, tetapi dapat dianggap sebagai kekayaan tradisi suatu masyarakat.

Kepercayaan masyarakat setempat menjadi warna tersendiri ketika berkaitan dengan beredarnya cerita misteri Gunung Ciremai. Mereka, selaku masyarakat setempat, memiliki peranan yang cukup besar dalam tersebarnya cerita-cerita tersebut di masyarakat secara luas. Bagaimanapun keadaannya, percaya atau tidak semua itu kembali kepada pemikiran dan penilaian masing-masing. Satu hal yang harus dihargai dari cerita misteri Gunung Ciremai ini adalah posisinya sebagai salah satu kekayaan cerita rakyat di Jawa Barat. Sebuah kekayaan cerita atau budaya lisan yang tetap harus dihargai.


Sumber Artikel : http://didiandrytea.heck.in

Gunung Parang Purwakarta, Destinasi Wisata Sejuta Impian

Traveler Istimewa - Suasana di area wisata alam Badega Gunung Parang, Kampung Cihuni Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terlihat begitu asri dan menentramkan.

Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung yang boleh dicoba para pengunjung.

Seperti apa destinasi yang ditawarkan di balik rahasia keindahan Gunung Parang? Berikut ulasannya.

1. Nginap di Rumah Adat Suku Baduy

Suasana di area wisata alam Badega Gunung Parang

Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung kepada pengunjung.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan akan membangun 40 rumah dengan gaya arsitektur rumah adat suku Baduy di kaki Gunung Parang. Rumah-rumah tersebut nantinya bisa menjadi destinasi wisata untuk keluarga saat berkunjung ke Purwakarta.

"Seiring dengan penataan infrastruktur di sana (Gunung Parang), saya mau siapkan kampung wisatanya," kata Dedi di sela kesibukannya di Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Rabu (2/3/2016).
Ia mengatakan rumah-rumah bergaya kampung adat suku Baduy tersebut bisa digunakan untuk tempat menginap wisatawan. Konsep penginapannya di kaki Gunung Parang, lanjut Dedi, akan berbasis lingkungan.

Ia mengatakan rencana pembangunan 40 rumah berkonsep rumah adat suku Baduy akan dimulai tahun ini. Dedi berharap, wisatawan dapat memiliki pilihan lain untuk berwisata di Purwakarta.
"Di sana kan banyak sawah, jadi saat menginap bisa menikmati pemandangan area persawahan," jelas Dedi.

2. Destinasi Wisata Akhir Pekan

Anak-anak memanjat via ferrata di Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat.
Gunung Parang di Purwakarta rupanya juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata akhir pekan untuk para wisatawan. Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung kepada pengunjung.

Untuk dapat mencapai Gunung Parang, berbagai pilihan transportasi dapat digunakan oleh para wisatawan.

Di sekitar Gunung Parang, wisatawan dapat mencoba atraksi wisata seperti menelusuri area persawahan, memanjat tebing, mendaki gunung batu, hingga sekedar menikmati kuliner khas Sunda.

3. Cara Menuju Gunung Parang

Gunung Parang, Kampung Cihuni, Desa Sukamulya,Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Jika membawa kendaraan pribadi dari Jakarta, arahkan masuk ke jalan Tol Cipularang. Setelah menyusuri jalan tol, jangan sampai terlewat untuk keluar di pintu tol Ciganea Jati Luhur.
Setelah keluar, Anda akan bertemu pertigaan jalan, belokan kemudi mobil ke arah Plered, Purwakarta. Setelah berada di jalan menuju Plered, terdapat dua pilihan jalan untuk dapat tiba di Gunung Parang. Yang pertama adalah melewati Cilalawi, Pasar Warung Panjang dan yang kedua adalah Pasar Plered.

Pilihan jalur pertama terdapat di persimpangan pasar Warung Panjang melewati medan yang berkelok-kelok sejauh hampir 15-16 kilometer dengan medan yang menanjak dan berkelok-kelok di perbukitan.

Sementara jalur kedua adalah melewati Pasar Plered dan kemudian melewati penambangan batu hingga tiba di Gunung Parang.
Jalur kedua ini dapat ditemui sekitar lima kilometer setelah jalur persimpangan Pasar Warung Panjang.

Untuk keadaan jalur yang ditempuh jika melewati jalur Cilalawi, para wisatawan akan melewati perkampungan dengan jalan yang kecil dan banyak persimpangan. Setelah melewati Pasar Plered sekitar 4-5 kilometer, para wisatawan harus berbelok ke kanan dan mulai memasuki medan yang menanjak.

Sumber Artikel : http://www.headlinejabar.com

Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Tengger

Gunung Bromo, Istimewa
Traveler Istimewa - Kali ini Traveler Istimewa akan menceritakan sejarah gunung bromo dan legenda tengger. Konon pada jaman dahulu kala, ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal, hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian, yang pertama menuju ke gunung Bromo dan kedua menuju Bali. Ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu sama – sama menganut kepercayaan beragama Hindu.

Disebut suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.

Di sebuah kisah tentang Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger beginilah asal – usul legenda Gunung Bromo.

Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, karenanya bayi tersebut diberi nama ” JOKO SEGER “.
Upacara adat suku Tengger.
Masyarakat suku Tengger menganut agama dan aturan Hindhu. Istimewa
Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik juga elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai Rara Anteng.

Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger.

Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut.

Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung (batok kelapa) sehingga pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu.
Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.

Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi, pada akhirnya Tempurung (Batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok.

Dengan kegagalan Bajak itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.
Ilustrasi, Jaka Seger dan Rara Anteng, Istimewa
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya, kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata tentang Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api kemudian masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib: ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Begitulah Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan, hingga sampai sekarang Gunung Bromo menjadi tempat begitu indah juga menjadi lokasi Wisata Bromo meski di selimuti banyak misteri.

Artikel By : http://wisatabromo.com