Jumat, 20 Mei 2016

Menikmati Akhir Pekan di Timur Purwakarta


Traveler Istimewa - PARIWISATA di Purwakarta terus menggeliat. Setelah Taman Sri Baduga yang mampu menyedot ribuan masyarakat setiap minggunya, ada destinasi yang bisa dikunjungi para traveler ke Purwakarta, yaitu kawasan wisata dikaki Gunung Burangrang yang meliputi Kecamatan Wanayasa dan Kiara pedes yang berada disebelah timur dari pusat kota Purwakarta.

Traveler bisa merasakan sensasi berbeda ketika berakhir pekan ke Wanayasa, disana ada beberapa destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

Mata air cibulakan dan mata air loji bisa dinikmati masyarakat untuk berakhir pekan, disana ada mata air yang jernih bahkan traveler bisa berenang, bahkan karena kejernihannya bisa dijadikan spot untuk foto dibawah air yang tentu akan menjadi sensasi tersendiri.

Air Mata Cibulakan berada tepat dekat alun - alun wanayasa, selain itu ada alternatif lain yaitu mata air loji yang berada di kecamatan Kiarapedes mata air ini hampir sama bahkan dasar mata air bisa dilihat dengan mata telanjang.

Bagi traveler yang hobi main disungai ada aliran sungai Cidomas, bahkan uniknya aliran sungai ini terkadang suka berubah warna bahkan aliran sungai ini memiliki mata air yang terus mengalir, aliran Sungai Cidomas di Desa Garokgek Kecamatan Kiarapedes yang sama-sama di kaki Gunung Burangrang juga bisa jadi referensi wisata. Lokasinya berada di perbatasan Kabupaten Purwakarta dan Subang.

Bagi yang hobi camping traveler bisa merasakan perkemahan Bumi Panyawangan di Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes. Pohon pinus menjulang tinggi dengan kesejukkan udara gunung bisa melepas penat para warga kota. Ditambah lagi, jalur tracking menuju Gua Jepang dan dua air terjun di kawasan itu yang bisa dijadikan alternatif baik menguji adrenalin dan kesejukan cuaca disana.

Kawasan wisata tersebut dikelola oleh warga setempat dan perum perhutani  yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Selain wisata alam, ada juga hasil karya seni pelukis MK Lesmana, yang lokasinya masih berada di Desa Garokgek, bahkan kediamannya bak sebuah museum, dimana terpajang 2500 koleksi lukisan yang terpajang.


Selain wisata alam, tidak lengkap dengan kuliner, salah satunya sentra kuliner Sate Maranggi yang memiliki citra rasa berbeda dengan sate maranggi lainnya di Kabupaten Purwakarta, bahkan sambil menikmati sate maranggi traveler juga akan disuguhi pemandangan cantik dari situ wanayasa yang sudah menjadi ciri khas kecamatan yang menjadi salah satu penghasil manggis tersebut.

Sumber : www.headlinejabar.com
Rabu, 04 Mei 2016

Selalu Ada Pelangi

Traveler Istimewa - Ada yang ingat asal-usul terjadinya pelangi? Bagaimana mungkin seusai hujan yang dimuntahkan awan lantas terbentuk lengkung serupa busur terdiri atas tujuh warna? Tentu ada teori tentang terjadinya pelangi yang berhasil dirumuskan oleh mereka yang pintar. Namun yang kuingat dari cerita masa sekolah mingguku dulu, pelangi timbul pertama kali usai hujan berkepanjangan yang menimpa dunia masa Nabi Nuh. Kala Sang Penguasa memilih untuk membentuk ulang bumi ini dengan memusnahkan seluruh penghuninya, terkecuali orang-orang pilihannya; keluarga Nabi Nuh beserta satwa sepasang dari tiap jenis. Lalu, setelah hari yang ditentukan usai, Tuhan membuat tanda perjanjian bahwa peristiwa serupa itu tak akan terjadi lagi. Dan materai perjanjian itu diwujudkan lewat hal yang indah. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pelangi.

Maka terciptalah suatu kebiasaan, bahwa sehabis hujan akan muncul sebusur pelangi. Sayangnya, aku tak selalu beruntung. Sering, usai hujan, aku akan terpaku menatapi sudut langit-langit—ya, seolah-olah langit memiliki sudut saja—dan berharap akan dapat melihat warna-warna indah itu. Tidak, aku tak selalu menjumpainya. Hingga aku lupa untuk mencarinya, dan terkadang tahu-tahu dia menampakkan dirinya sendiri. Kadang kutatapi dengan takjub, kadang aku memandang sambil lalu.

Hari itu, katakanlah, aku sedang beruntung. Bagaimana tidak, aku dapat mencapai Selebes[1] hanya dengan tiket penerbangan seharga kurang dari seratus lima puluh ribu rupiah, pulang-pergi! Berkat merespons cepat pada penawaran promo sebuah maskapai penerbangan yang baru membuka rute Jakarta-Makassar, aku mendapatkannya. Cita-citaku untuk menjejak setiap pulau besar di negeri ini terwujud selangkah lagi. Kalimantan sudah terwujud kala mengunjungi Balikpapan di tahun 2012, lalu Sumatra di awal tahun 2013 dengan mengunjungi beberapa kota di Provinsi Sumatra Barat. Dan kini, Juni 2013, Pulau Sulawesi akhirnya kujumpai. Sebuah keberuntungan yang menuju pada keberuntungan lain. Menjumpainya.:)

Ada beberapa tempat yang kusinggahi kala berada di ibu kota Sulawesi Selatan. Dan salah satunya, adalah Fort Rotterdam. Kawasan bersejarah yang namanya memiliki nuansa negara yang pernah menjajah Indonesia selama tiga setengah abad. Menjumpai bangunan-bangunan tua sebagai salah satu warisan sejarah Kesultanan Gowa, dengan area nan sejuk karena pepohonan yang menaungi. Karena sendiri saja, maka aku memiliki waktu bebasku sendiri di sini. Asyik memotreti bangunan-bangunan yang mengelilingiku, pun mengabadikan tanaman-tanaman yang tertata asri. Saking asyiknya, hingga aku baru menyadari ada tetesan tipis menghampiri ragaku. Hujan. Aku bergegas, berteduh di bawah atap bangunan, di salah satu sudut. Aku melirik jam tangan sambil berharap hujan tak akan terlalu deras dan tidak lama, karena aku memiliki janji bersama beberapa kawan yang akan mengiringi perjalananku selama empat hari ke depan.

Dan sembari menunggu kepastian alam berpihak padaku, mataku mengedari kawasan tua nan terawat ini. Sejarah berkaitan erat dengan kenangan. Faktanya, benteng ini merupakan benteng paling megah di antara tujuh belas benteng yang dimiliki Sultan Gowa pada abad ketujuh belas. Benteng yang dibangun pada tahun 1545 ini pernah hancur karena penyerangan tentara Belanda. Mereka yang menghancurkan, mereka pulalah yang membangunnya kembali. Makanya namanya kemudian menjadi Fort Rotterdam. Pada awalnya, tentu tak begitu. Benteng Jumpandang, demikian nama asli benteng ini kala dibangun pertama kali oleh Kesultanan Gowa.

Selalu ada pengharapan usai keputusasaan. Selalu ada penghiburan usai kedukaan. Dan aku tersenyum kala Tuhan mengabulkan harapku. Hujan berhenti, karena ketika kutengadahkan tanganku untuk memastikan, rintik itu hampir tak terasa. Merasa tak mau menyiakan waktu, aku kembali melangkah, kali ini lebih masuk ke area belakang kawasan yang menjadi kebanggaan warga Makassar ini. Mungkin karena jalanan aspal yang menanjak, atau beban yang ditanggung punggungku karena menyangga ransel besar berukuran lima puluh liter; aku pun mulai terengah. Dengan napas yang tak seprima sebelumnya, aku berhenti, melepas beban itu dan membiarkannya di aspal, lalu kuletakkan tubuhku sendiri di sebuah dudukan. Menengadah dan, Puji Tuhan, sungguh aku beruntung hari ini! Di sana kulihat lengkung warna-warni itu. Meski tidak tebal benar penampakannya, tipis, tapi cukup jelas terlihat. Hei, tak hanya doaku terkabul karena telah sampai di pulau indah ini tanpa merogoh kantong terlalu dalam, juga cuaca yang bersahabat, tetapi bonus yang ada jauh di atas kepalaku ini sungguh membuatku terhibur!

“Sungguhkah? Haa!”

Aku bergumam sendiri. Tak mengapa, karena tak ada pengunjung lain di dekatku saat itu. Mataku terus kukedipkan, sekadar memastikan. Namun busur warna-warni itu masih nyata di atas sana.

Sumber >> Net

Selasa, 03 Mei 2016

Jalan-Jalan, Menulis Lalu di Bayar


Traveler Istimewa - It sounds like a great idea, right? Dan itu yang terlintas di kepala saya beberapa lama setelah saya menyadari ketertarikan saya terhadap dunia traveling. Lalu apakah saya bisa melakukannya dengan mudah? Ah, pastinya tidak. Saya sempat bertanya kepada kawan saya yang seorang travel writer, bagaimana sih caranya mengirim artikel tentang traveling ? Media cetak mana saja yang sekiranya mau memuat tulisan tentang traveling? Lalu kawan saya ini menuliskan nama beberapa majalah.

Tapi lagi-lagi tidak semudah itu. Saya masih belum memiliki keberanian untuk mengirimkan hasil tulisan perjalanan saya. Pertama, jam terbang saya dalam bepergian masih tidak banyak. Kedua, foto-foto yang saya miliki juga tampaknya tidak terlalu bagus untuk dimuat di dalam majalah. Ah, saya pikir nanti-nanti sajalah. Jika kesempatan itu datang dan saya siap, saya akan menjemputnya!

Adalah Adam dan Susan, pasangan traveler yang menawarkan peluang itu melalui media sosial. Awalnya, saya heran difollow oleh akun twitter @PergiDulu. Ketika melihat hubungan pertemanannya, ternyata mereka adalah follower dari akun @DuaRansel, pasangan traveler yang lebih dulu saya ikuti lini masanya. Karena berkaitan dengan traveling, lalu sayapun memfollow @PergiDulu juga.

Suatu hari, mereka menulis lewat akun twitter mereka, kalau mereka mencari orang yang tertarik untuk menulis di web mereka, dan dibayar. Ya benar, dibayar! Sayapun segera menyambar tawaran itu dengan menyatakan kalau saya tertarik! Bagaimana syaratnya? Kata mereka, mereka mencari tulisan tentang traveling di Indonesia, yang tertarik dipersilakan menghubungi via email.

Saya berpikir, Indonesia? Hm .. Jujur saja, pengalaman saya jalan-jalan di Indonesia yang sekiranya bisa dituliskan sebagai review masih sedikit. Ketika saya mulai ‘serius’ traveling, tujuan pertama saya malah Singapura, lalu Kuala Lumpur, dan Bangkok. Di Indonesia sendiri, saya pernah ke Bali, Bandung, dan beberapa tempat lain, tapi rasanya sudah terlalu lama untuk diulas lagi. Saya mulai agak melupakan tawaran mereka.

Beberapa hari kemudian, mereka menanyakan via pesan langsung di twitter, apakah saya sudah mengirimkan biodata saya via email? Saya bilang belum, karena saya belum sempat. Padahal aslinya sih saya masih bingung, mau menawarkan tulisan seperti apa kepada mereka?? Di sisi lain, saya nggak mau melewatkan kesempatan ini. Saya lalu teringat, eh, bukannya Mei ini saya berencana pergi ke Balikpapan? Kunjungan pertama saya ke Pulau Kalimantan, bahkan saya sudah memesan tiketnya pulang-pergi. Ah! Saya lantas mengirimkan email kepada mereka, dan mengatakan kalau saya berencana berlibur di Balikpapan selama empat hari. Mungkin saya bisa menuliskan beberapa artikel tentang tempat-tempat yang saya kunjungi di Balikpapan ..

Adam dengan baiknya menjelaskan kepada saya, kesepakatan-kesepakatan yang akan terjalin di antara kami kalau saya setuju menulis untuk PergiDulu.com. Dia juga memberitahu saya nominal yang saya terima tiap artikel. Singkat cerita, saya menyetujuinya. Dan melalui balas berbalas email, terjadilah kesepakatan saya menulis untuk mereka.

Sepulang saya dari Balikpapan, beberapa hari setelahnya saya segera menyusun outline. Dari outline yang saya buat itu, ada sepuluh cerita yang saya ajukan. Tapi dalam perkembangannya, hanya enam cerita yang tereksekusi. Saya beruntung mengenal pasangan yang melangsungkan pernikahan di Pulau Dewata ini. Selain baik, mereka juga sabar. Saat memberikan artikel pertama, mereka memberikan input untuk tulisan saya, hal-hal apa yang perlu diperbaiki, ditambah, atau dieliminir. Mereka juga sabar mengingatkan ketika saya mulai ‘menghilang’. Maklum saja, secara saya bukan murni seorang penulis dan sebagai pekerja kantoran, saya tidak dapat lancar menulis secara mingguan. Kadang-kadang malah ketika sudah dipanggil-panggil oleh Adam, inspirasi itu datang begitu saja saat jam kantor, dan saya mulai menulis, haha –tentunya saat tidak ada kerjaan.

Untuk sementara saya cukup puas dengan enam tulisan saya yang dipublikasikan di PergiDulu.com. Saya rasa review yang saya tulis tentang tempat-tempat di Balikpapan sudah cukup informatif. Tapi untuk menyebut diri saya sebagai seorang travel writer, masih jauuuh jalannya, hahaa. Masih banyak yang harus diperbaiki dan dikembangkan dalam tulisan saya. Saya juga bersyukur punya teman yang mau memberikan waktunya untuk membaca dan mengedit tulisan saya. Saya ingat, saat menerima beberapa artikel awal, Lia -teman yang juga seorang penulis, banyak memberi komentar dan editan di sana sini. Kalimat saya terlalu panjang lah, ada penggunaan kata yang tidak tepat lah, tapi masukan-masukan ini benar-benar berguna. Namun sekitar tiga artikel terakhir, dia sudah tidak banyak berkomentar karena menurutnya sudah baik. Yippieee!! Inilah hal yang saya sukai saat saya memperoleh tawaran menulis untuk pihak lain: Ada orang lain yang menilai kelayakan tulisan saya untuk dibaca publik. Buat saya hal itu lebih berharga nilainya dibandingkan nominal uang yang saya terima.

Jadi, untuk kamu yang menyukai traveling dan juga menulis, mulailah mencoba untuk menulis perjalananmu. Pertama-tama, tuangkan di blog pribadi – seperti yang sudah saya lakukan. Selanjutnya, mulai awas dengan setiap kesempatan yang datang. Ketika kamu sudah terbiasa menulis dan kesempatan untuk menulis bagi pihak lain itu datang, setidaknya kamu sudah setengah siap. Tinggal menyiapkan diri untuk berkomitmen menulis lebih rutin, dan bersedia dikritik untuk setiap tulisan yang diajukan. Dan apalagi kalau dapat bonus berupa uang, lebih senang lagi bukan? Saya ingat beberapa hari lalu, Adam memberitahu saya tentang proses pembayaran, lalu Susan mentransfer sejumlah uang sesuai jumlah artikel yang saya kirim. Tanggal tua, dapat bayaran di luar pendapatan utama. Menyenangkan, bukan?

Happy traveling and… happy writing!! ^^

Sumber Artikel >>  http://travelerwannabe04.blogspot.co.id/
Kamis, 28 April 2016

Sejarah Pendakian Gunung


Foto : Sumber kumpulan-artikel-olahraga.blogspot.com

Traveler Istimewa - Meneliti kembali sejarah pendakian gunung akan kembali membuka berbagai catatan yang tidak cukup jelas, hal ini haruslah dimaklumi, karena kegiatan ini telah dimulai manusia dimana saat itu teknologi tidaklah seperti yang terlihat saat ini. Oleh karenanya banyak tulisan tentang para pelaku sejarah pendakian gunung hanya berupa catatan kecil dan banyak penulis hanya mereka-reka tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh mereka dalam tujuannya menggapai tempat tertinggi di dunia.

"Because it is there” jika boleh meminjam kutipan kata dari sang legendaris George Mallory ketika ditanya alasannya mengapa mendaki gunung.

Apakah menggapai tempat tertinggi telah mengispirasi kegiatan pembangunan manusia selanjutnya, seperti pembangunan altar untuk roh, menyaksikan pemandangan sebuah kota dari puncak bangunan atau juga membangun menara yang berhubungan dengan pengamatan cuaca dan geologi.

Saat ini, pendakian gunung merupakan bagian dari olahraga, hobi bahkan telah menjadi sebuah profesi.

Kegiatan pendakian gunung membutuhkan kekuatan fisik dan mental, hingga persiapan logistik yang baik untuk bisa berhasil. Selain sebagai kegiatan yang kian diminati, saat ini pendakian gunung juga memberikan kontribusi pada berbagai kegiatan ilmiah.

Berikut adalah beberapa catatan penting dalam sejarah pendakian gunung :

  • 1874 - Grove, Gardiner, Walker, Sottajev dan Knubel mencapai puncak gunung tertinggi di Eropa: Elbrus.
  • 1913 - Karstens, Harper, Tatum dan Stuck mencapai puncak gunung tertinggi di Amerika Utara: Gunung McKinley (Gunung Denali).
  • 1953 - Norgay dan Hillary mencapai puncak gunung tertinggi di dunia: Mount Everest di Nepal.
  • 1985 - Dick Bass mencapai Mount Everest dan menjadi orang pertama yang mencapai seluruh Seven Summits.

Tidak semua orang dilahirkan untuk daerah yang keras seperti gunung. Namun hal ini bukan berarti kita tidak dapat melakukan petualangan didaerah keras seperti gunung. Untuk dapat melakukannya kita harus melatih dengan baik dan terus melakukan hingga memiliki berbagai pengalaman yang cukup. Peralatan yang paling mahal tidak akan memberikan kompensasi, jadi pastikan kita terus membangun pengalaman pendakian kita.

Hiking, merupakan komponen yang lebih lembut dari pendakian gunung (Mountaineering), karena murni berjalan di jalur-jalur yang jelas di gunung dengan tujuan menjelajahi dan menikmati alam. Yang bisa didapatkan dari hal seperti ini adalah keakraban dengan alam dan tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa bahkan banyak kegiatan bisa dilakukan di dalamnya.

Istilah "Hiking" digunakan oleh semua negara-negara berbahasa Inggris, namu di berbagai Negara menggunakan istilah yang lain. Australia, misalnya, menggunakan istilah " bushwalking" sementara Inggris menyebutnya "Walking." Sementara mendaki lebih dari satu malam disebut "Backpacking" sementara itu di Selandia Baru menyebutnya sebagai "Tramping."

Saat ini, kegiatan pendakian gunung telah menjadi industri penghasil uang yang cukup besar. Banyak website menawarkan berbagai aktifitas kegiatan dan menawarkan demikian banyak peralatan dan kebutuhan para penggiatnya. Kegiatan ini akan terus berkembang dan saat ini popularitasnya terus meningkat. Tentu saja ini semua akan berimbas pada terciptanya catatan-catatan sejarah baru dalam dunia pendakian gunung.

Sumber >> http://felistigris.ucoz.net/publ/sejarah_pendakian_gunung/1-1-0-3

Mitos, Legenda dan Sejarah yang Hilang Gunung Parang Purwakarta


Foto : Sumber www.kitasatu.com

Traveler Istimewa - Gunung Parang yang terletak di wilayah kabupaten Purwakarta, Jawa barat, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari sebuah intrusi, yaitu magma (bahan gunung api) yang menerobos menuju ke permukaan, namun membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api. Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung. Sejauh ini masih belum ada penelitian resmi ataupun tidak resmi yang mendalam Gunung Parang ini.

Gunung Parang sendiri memiliki ketinggian total 963 meter dari permukaan laut, dengan diapit oleh dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata. Secara administrasi Gunung Parang terletak di Kecamatan Tegalwaru dan menjadi perbatasan antara dua desa yaitu Desa Sukamulya dan Desa Pasanggrahan.

Mitos dan Legenda



Foto : Sumber log.viva.co.id

Gunung Parang dikenal oleh masyarakat Karawang dan sekitarnya adalah Gunung Barang, entah dari mana mereka memperoleh julukan ini. Di runut dari cerita yang melegenda, bahwa jika ingin memperoleh kekayaan dan kemakmuran, datanglah ke Gunung Parang (aka. Gunung Barang).

Sampai saat inipun dibalik keindahan Gunung Parang, masih tersimpan beberapa mitos dan legenda yang beredar di Gunung Parang.

Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat antara lain; Nyai Ronggeng, Ki Pat Tinggi, Ki Jonggrang dan Mbah Jambrong, dan beberapa lainnya. Masing-masing legenda tersebut saling terkait dan akhirnya berujung pada Kerajaan Padjajaran.

Sudah menjadi hal yang wajar jika masyarakat sekitar masih mempercayai hal-hal di luar nalar yang terjadi seperti teluh (santet), pesugihan, dan lain sebagainya.

Masih diperlukan pendalaman sejarah dan budaya, karena biasanya di balik sebuah legenda, ada sebuah kearifan adi luhung dari nenek moyang sebelumnya.

Sejarah yang hilang




Foto : Sumber video.kompas.com

Dari segi budaya, masyarakat yang tinggal sekitar didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar. Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam.

Dirunut dari asal usul nenek moyang, kebanyakan berasal dari wilayah Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Namun hal ini masih perlu penelitian lebih jauh tentang asal usul masyarakat yang pertama kali mendiami lingkar gunung ini.

Dari sisi budaya, banyak masyarakat terutama generasi muda yang sudah tidak mengenal adat dan budaya sunda yang menjadi dasar kehidupan mereka saat ini. Ini bisa dimaklumi, karena kakek nenek bahkan orangtua mereka tidak menurunkan atau mengajarkan adat dan budaya secara langsung kepada mereka.

Bahkan dari sisi bahasa pun, masing-masing kampung di lingkar Gunung Parang memiliki aksen bahasa sunda yang berbeda satu sama lain, meski hanya terpisah 2-3 km jaraknya. Begitu pula dengan karakter dan kehidupan dimasing-masing kampung yang memiliki keunikan dan menambah kekayaan budaya di lingkar Gunung Parang.

Sumber >> Badega Gunung Parang

Sejarah Gunung Ciremai


Traveler Istimewa - Legenda gunung cermai Secara singkatnya,konon Walisongo melakukan perjalanan mendaki gunung Ciremai dan di pandu oleh kakeknya Sunan Gunung Jati. Pendakian di mulai dari desa Linggarjati, dan Pos Cibunar adalah tempat pertama rombongan Walisongo berkemah.

Medan pendakian lewat jalur ini memang terkenal paling sulit di banding dengan jalur-jaluir lain seperti Palutungan maupun Majalengka. Sampai-sampai kakeknya Sunan Gunung Jati kelelahan (mungkin karena pengaruh usia) pas di pertengahan gunung.

Kakeknya Sunan gunung Jati akhirnya memutuskan untuk tidak meneruskan pendakiannya,dan memilih beristirahat,dan mempersilahkan rombongan Walisongo untuk meneruskan pendakian dengan di temani oleh empat orang pengawalnya sang kakek.

Kakeknya Sunan Gunung Jati memilih istirahat sembari duduk bersila di atas batu besar. Batu inilah yang sekarang di kenal dengan sebutan Batu Lingga. Karena saking lamanya duduk untuk berkhalwat, sampai-sampai batu tempat duduk ini meninggalkan bekas dan berbentuk daun waru atau jantung.
Kakeknya Sunan Gunung Jati sampai lama di tengah gunung Ciremai karena sampai Walisongo sudah turun,Sang Kakek tidak mau ikut turun di karenakan malu. Karenanya ada yang menyebutnya sebagai Satria Kawirangan.

Di atasnya sedikit dari Pos Batu Lingga ada pos Sangga Buana. Kalau di perhatikan di pos Sangga Buana ini,pohon-pohonnya ada yang unik. Yakni pucuknya meliuk ke arah bawah semua.
Konon, para pengawalnya Sang Kakek yang mestinya menemani Walisango ternyata juga tidak kuat meneruskan pendakian. Akhirnya mereka sepakat untuk mengikuti jejak Sang Kakek. Dan sebagai penghormatan kepada Sang Kakek,mereka membungkukkan badannya kebawah ke arah sang Kakek beristirahat.

Para pengawal ini atas kuasa Allah berubah menjadi pepohonan yang pucuk-pucuknya meliuk kebawah. Sampailah rombongan Walisongo di bawah puncak 1 ciremai bertepatan dengan waktu sholat ashar tiba. Walisongo pun menunaikan sholat jamaah asar di bawah puncak satu. Usai sholat asar rombongan Walisongo memutuskan untuk istirahat dan makan bersama. Namun ketika akan mulai memasak,ternyata semua persediaan laukpauk dan bumbu-bumbunya sudah habis. Cuma ada garam dapur saja yang tersisa seadanya, yang penting ada yang di makan,walaupun cuma nasi putih campur garam tetap enak dan bisa untuk menambah tenaga baru. Karena hal inilah puncak II Ciremai di namakan sebagai Puncak Pengasinan. Karenan cuma makan nasi sama garam yang asin rasanya.

Perjalanan Walisongopun di lanjutkan sampai ke puncak 1. Dan untuk menghormati Kakeknya Sunan Gunung Jati,Walisaongo berdoa minta petunjuk kepada Allah bagaimana cara penghormatan untuk orang sudah bersusah payah ikut memandu pendakian ini.

Dengan Izin dan Kuasa Allah SWT, puncak tempat Walisongo berdiri amblas kedalam sampai kedalamannya sejajar dengan tempat Kakeknya Sunan Gunung Jati beristirahat di Batu Lingga.
Karenanya kawah Ciremai memang exotis namun menyeramkan jika di banding dengan dengan kawah-kawah gunung lainnya. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui semua kebenaran cerita ini.

Kisah ini pernah diceritakan oleh Mbah Saman,pemilik warung makan dan penginapan di jalur pendakian Linggar Jati. Tepatnya kurang lebih 100 meter setelah Pos pendaftaran.

Satu pesan dari Mbah Saman yang selalu kami  ingat-ingat. Kalau mau mendaki gunung dengan selamat, jangan melakukan pendakian dari belakang gunung. Lakukanlah pendakian dari depan sebagai mana sopan santun kita terhadap orang tua. Bagian depan gunung ialah apabila dilihat gunung itu berbentuk kerucut atau segi tiga...

Sosok Gunung Ciremai, atau sering juga disebut Cerme, memang bagaikan sesosok raksasa yang berdiri menjulang di tengah-tengah dataran rendah kawasan pantai utara Jawa Barat bagian timur. Tingginya yang mencapai 3.078 meter di atas permukaan laut (m dpl) atau 2.578 meter di atas Kota Kuningan membuatnya menjadi gunung tertinggi di seantero Jawa Barat dan Banten. Gunung Ciremai dikategorikan sebagai gunung api kuarter Tipe A berbentuk strato yang masih berstatus aktif. Status aktif Tipe A yang dimilikinya, membuat Ciremai adalah satu dari 80 gunung api sejenis yang tersebar di seluruh Indonesia dan satu di antara gunung api teraktif di Pulau Jawa. Ciremai juga termasuk dalam ratusan gunung api yang membentuk cincin api (ring of fire), yaitu rangkaian gunung api aktif yang berbentuk seperti rantai cincin mengelilingi Samudra Pasifik.

Namun, jika dibanding gunung-gunung api aktif lainnya di Jawa dan Indonesia, Ciremai termasuk memiliki tabiat yang paling “kalem” dan “ramah”, karena sejak letusan pertama yang tercatat dalam sejarah pada tahun 1698 lalu, gunung tersebut tidak pernah mengeluarkan kekuatan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa manusia.

Menurut Data Dasar Gunung Api di Indonesia yang dimiliki Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), selama kurun waktu 400 tahun terakhir, Gunung Ciremai hanya meletus sebanyak tujuh kali, tanpa data pasti jumlah korban jiwa yang ditimbulkan. Bandingkan dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah yang telah meletus 28 kali hanya dalam kurun waktu 130 tahun dan menewaskan ribuan jiwa. Letusan pertama Gunung Ciremai tercatat terjadi pada 3 Februari 1698. Pada waktu itu, digambarkan sebuah gunung besar di Cirebon telah roboh dan menyebabkan permukaan air di sungai-sungai mendadak naik sehingga menyebabkan korban jiwa, tanpa data jumlah korban yang jelas.

Letusan itu disusul letusan kecil pada 11-12 Agustus 1772, 1775, dan April 1805. Ketiganya tanpa menimbulkan jatuhnya korban jiwa atau kerusakan yang berarti. Tahun 1917 terjadi semburan uap belerang di dinding selatan gunung yang dikategorikan dalam letusan, kemudian pada September 1924 terjadi tembusan fumarola kuat di bagian barat kawah dan dinding pemisah kawah. Letusan besar terakhir tercatat pada periode 24 Juni 1937– 7 Januari 1938, berupa letusan preatik dari kawah pusat dan celah-celah radial di dalam perut gunung. Meski tidak jatuh korban jiwa maupun kerusakan berat, tetapi abu vulkanik yang dimuntahkan gunung tersebut tercatat jatuh tersebar di kawasan seluas 52.500 kilometer persegi.

Padahal, bagaimanapun juga, harus tetap disadari bahwa Gunung Ciremai adalah gunung berapi aktif. Bahkan, DVMBG hingga saat ini masih menetapkan sedikitnya tiga daerah kawasan rawan bencana (KRB) dengan tingkat-tingkat risiko masing-masing. KRB I atau Daerah Bahaya adalah daerah dengan radius 5 kilometer dari pusat kawah gunung yang kemungkinan bakal diterjang lahar panas maupun dingin, awan panas, dan jatuhan piroklastik berat, seperti batu-batuan dan bongkahan mineral dari perut gunung pada waktu meletus. Daerah ini meliputi luas wilayah sekitar 145,3 km persegi.

KRB II atau Daerah Waspada adalah daerah dengan radius 8 km dari kawah gunung dan merupakan daerah berisiko terkena lontaran material piroklastik dari dalam kawah dan rawan diterjang lahar hujan atau lahar dingin. Daerah Waspada ini meliputi luas wilayah sebesar 187,8 km persegi.

Kawasan Gunung Ciremai merupakan kawasan Hutan Lindung/Tutupan yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda dan disahkan pada tanggal 28 Mei 1941 dengan fungsi utama pengaturan tata air, pencegah erosi, sedimentasi, longsor, banjir dan bencana alam akibat letusan gunung merapi, menjaga kesuburan tanah areal di bawahnya dan kelestarian flora dan fauna di dalam ekosistemnya.

Seiring dengan perkembangan periode pengelolaan hutan di Indonesia, pada tanggal 10 Maret 1978, Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi hutan produksi wilayah kerja unit produksi (Unit III) Perum Perhutani dengan SK Menteri Pertanian Nomor 143/Kpts/Um/3/1978. Dengan perubahan status kawasan menjadi hutan produksi menyebabkan terganggunya fungsi utama kawasan Gunung Ciremai karena terdapat pengelolaan tanah secara intensif dan penebangan hutan alam yang diganti dengan pohon pinus sehingga mengurangi habitat tumbuhan dan satwa liar. Pada tanggal 4 Juli 2003 Kawasan Hutan Gunung Ciremai yang dikelola Perum Perhutani berubah status menjadi Hutan Lindung Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 195/Kpts-II/2003.

Usulan Bupati Kabupaten Kuningan dan Majalengka yang disetujui DPRD mendapat respon yang positif sehingga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004Tanggal 19 Oktober 2004, Perubahan Fungsi Hutan Lindung Pada Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas + 15.500 ha Terletak di Kabupaten Kuningan Dan Majalengka, rovinsi Jawa Barat Menjadi Taman Nasional dan kemudian di kelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sejak akhir tahun 2006.

Sumber >> http://kuningancommunity.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-gunung-ciremai.html
Kamis, 07 April 2016

Cara Memasang Hammock

Traveler Istimewa - Bagi anda yang baru mengenal hammock atau baru membeli hammock dan tak tau cara memasangkannya, ini dia sedikit penjelasan cara memasang hammock...

Ada beberapa hal yang perlu sobat perhatikan, yaitu

1. Jarak Pohon

Usahakan terdapat minimal 2 pohon sebagai pengkait webbing hammock. Kalau cuma 1 pohon biasanya dipakai untuk bunuh diri. Jarak pohon satu dengan yang lainnya sekitar 3 meter atau sesuaikan dengan panjang hammock yang akan dipasang, hal ini demi kenyamanan sobat tiduran di hammock.

2. Kondisi Hammock

Sebelum memasang hammock lebih baik cek kondisi hammock sobat terlebih dahulu. Pastikan tidak ada lubang di kain hammock sobat, biasanya kain hammock berlubang karena terkena rokok. Selain itu cek webbing hammock sobat, biasanya webbing akan rusak karena terkena gesekan pohon. Apabila sudah tidak memungkinkan bisa sobat potong, kalau perlu beli yang baru lagi. Cek tali prusik, jika hammock sobat memakai suspensi ini. Cek quicklink, ring O, karabiner, dll (alat yang menghubungkan prusik dengan webbing). Jika kondisinya sudah bahaya mending ganti hammock saja yang merknya Elve Good Life Hammock.

3. Memasang TALI

Ini hal yang paling penting. Jika hammock sobat sudah terpasang, lebih baik sobat cek terlebih dahulu apakah kencang atau tidak hammock yang sudah sobat pasang sebelum menaikinya. Banyak cara menali hammock agar kencang dan aman, sobat bisa cari di google.

Sumber : Net

Kamis, 24 Maret 2016

MISTERI DI BALIK KEINDAHAN GUNUNG CIREMAI

Gunung Ciremai, Jawa Barat, Istimewa
Traveler Istimewa - Gunung Ciremai di Jawa Barat ini mempunyai nuansa mistik yang sangat kuat. Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Tingginya mencapai 3.078 m di atas permukaan laut (dpl). Ketika berada di puncak Gunung Ciremai, Anda akan disuguhkan pemandangan spektakuler Kota Majalengka, Bandung, dan Laut Jawa. Keindahan tersebut sama sekali berbanding terbalik dengan cerita misteri Gunung Ciremai yang beredar di masyarakat.

Tak hanya itu, bagi sebagian masyarakat Kuningan dan sekitarnya, Gunung Ciremai diyakini sebagai asal muasal nenek moyang orang Jawa Barat. Keyakinan ini semakin kuat ketika para ahli arkeolog menemukan beberapa perkakas dari Zaman Batu Besar (Megalithikum) yang ditaksir berusia sekitar 3.000 tahun SM. Gunung Ciremai menjulang membelah beberapa kabupaten karena bentuk undakkannya. Gunung Ciremai berada di antara dua kabupaten yaitu Kuningan sebelah timur dan Majalengka sebelah barat. Jika Anda tertarik mendakinya, puncak Ciremai bisa dicapai melalui tiga jalur. Yaitu jalur pendakian Palutungan dari arah selatan, Majalengka dari arah barat, dan Linggarjati dari arah timur.

Gunung Ciremai memiliki jalan pendakian yang berkelok. Pintar-pintar memilih jalur pada Gunung Ciremai ini menjadi hal yang harus diperhatikan. Pilihlah jalur yang aman, yaitu jalur Palutungan atau Majalengka. Jangan dari Linggarjati, karena jalur ini terkenal terjal dan curam dengan sudut kemiringan antara 70 sampai 80 derajat. Apalagi bagi Anda yang masih amatir.

Tikungan tajam yang dimiliki jalur menuju Gunung Ciremai ini semakin menambah kental kesan misteri Gunung Ciremai itu sendiri. Jalur Linggarjati tak hanya menguras tenaga, pendakinya rentan mengalami mountsickness (penyakit gunung). Ditandai dengan gejala mual, pusing, sedikit ngilu pada persendian, disertai halusinasi dan mengigau. Jalur ini mungkin justru akan menantang adrenalin Anda. Terutama bagi Anda yang memang menantikan bagaimana sensasi menyeramkan dari Gunung Ciremai tersebut.


Jalur Menuju Puncak Gunung Ciremai, Istimewa
Ditilik dari kriteria ketinggiannya, Gunung Ciremai memang tidak terlalu tinggi. Bandingkan dengan Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Slamet (3.432 m), atau Gunung Arjuna (3.339 m). Ketinggian Gunung Ciremai di antara tiga gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, memang tidak ada apa-apanya. Tetapi misteri Gunung Ciremai layak untuk diperhitungkan.

Ketinggian Gunung Ciremai yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu tidak mengurangi minat para pendaki untuk menaklukkannya. Gunung Ciremai dinilai sebagai salah satu gunung paling sukar di tanah Jawa. Gunung maut. Karena untuk mencapai puncaknya, butuh waktu dan tenaga ekstra. Belum lagi dengan kondisi alam yang tergolong berbahaya. Kehati-hatian menjadi syarat utama. Jika ceroboh, nyawa taruhannya. Hal itu seperti menjadi warna tersendiri dalam cerita misteri Gunung Ciremai Jika kita memulai pendakian dari Linggarjati, perjalanan akan dimulai dari ketinggian sekitar 750 mdpl. Akibatnya, waktu tempuh untuk mencapai puncak menjadi cukup lama. Rata-rata 12 sampai 16 jam perjalanan. Dan di antara semua gunung yang ada di Jawa, hanya Gunung Ciremai yang memulai pendakian dari ketinggian seperti itu.

Masuk akal jika tantangan alam seperti ini yang menyebabkan banyak pendaki meninggal dunia. Karena kelelahan, minim atau habisnya persediaan makanan, hingga tersesat dari jalur pendakian. Cerita hilangnya nyawa pendaki di Gunung Ciremai itu semakin menambah cerita tentang misteri Gunung tertinggi di Jawa Barat yang terkesan mencekam itu. Gunung Ciremai dengan jalur mautnya dan seringnya jatuh korban dari para pendaki, ternyata menimbulkan berbagai cerita rakyat. Salah satunya, beberapa kawasan di Gunung Ciremai diceritakan memiliki aura mistik yang kental. Lahirnya cerita misteri Gunung Ciremai pun tidak bisa dihindarkan.

Beberapa kawasan di Gunung Ciremai bahkan dianggap memiliki aura mistik yang kental. Sehingga ungkapan misteri yang menjadi kisah rakyat di bacakan dalam bisik ke bisik, pun marak terlahir dari daerah-daerah itu. Misalnya, beberapa situs (tempat) yang dianggap angker dan keramat. Penuh misteri. Seperti situs Kuburan Kuda. Konon, di area ini terdapat kuburan kuda milik tentara Jepang di masa penjajahan. Kuda tersebut digunakan para tentara Jepang untuk mengawasi para pekerja rodi. Jika melewati daerah ini, sering terdengar ringkikan kuda tanpa pernah terlihat jelas wujudnya. Cerita misteri Gunung Ciremai ini juga disuguhkan oleh sebuah situs bernama situs Papa Tere. Situs ini dianggap angker karena pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak oleh ayah tirinya.

Situs Sangga Buana dan Pengasungan atau Pengasinan, juga dikabarkan tak kalah angker. Di situs Pengasungan terdapat ladang yang tanamannya tak pernah layu, yaitu edelweiss. Keindahan alam di kedua situs tersebut, kalah pamor dengan nuansa keangkerannya.


Situs Sangga Buana dan Pengasungan. Hutan Mengerikan di Dunia
Cerita misteri Gunung Ciremai yang datang dari daerah Pengasungan cukup menyeramkan. Pada malam-malam tertentu, sering terdengar jeritan atau derap langkah kaki para serdadu Jepang. Menurut catatan sejarah, pada masa penjajahan Jepang, Pengasungan adalah tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.

Cerita misteri Gunung Ciremai tersebut lahir dari banyak cerita menyeramkan. Kejadian-kejadian mengerikan yang menumpuk selama berpuluh- puluh tahun menjadi penyebab angkernya Gunung Ciremai.

Tidak bisa dipungkiri jika berbagai cerita menyeramkan yang menjadi misteri Gunung Ciremai tersebut hadir akibat perilaku manusia itu sendiri. Kejahatan dan perilaku yang tidak menyenangkan pada masa lampau meninggalkan keangkeran yang tidak bisa dijelaskan oleh nalar manusia. Di antara situs-situs yang sudah disebutkan tadi, situs Batu Lingga lah yang menjadi tempat paling sakral.

Misteri Gunung Ciremai pun dipercaya terpusat di kawasan ini. Tempat ini dipercaya bahwa pada masa lalu Sunan Gunung Jati (salah satu dari wali songo) pernah menyendiri dan berkhotbah kepada para pengikutnya. Sehingga, hingga sekarang Batu Lingga sering jadi tempat ngalap berkah dan dipercaya membantu mereka yang sedang dalam kesulitan.Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di situs Batu Lingga ini dijaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet. Penampakannya berbentuk sepasang macan tutul jadi-jadian. Kisah menyeramkan mengenai Gunung Ciremai yang terjadi di kawasan ini benar-benar membuat siapapun merasa ketakutan.

Persebaran kisah mengenai hal hal misterius pada Gunung Ciremai ternyata tak hanya kawasan-kawasan tertentu yang dianggap memiliki aura supranatural. Beberapa hewan juga diyakini mempunyai kekuatan mistik. Ada Ayam Alas dengan bulunya yang bersih mengkilat. Ada pula Jalak Hitam dan Tawon Hitam. Dua binatang yang sering terlihat mengikuti para pendaki Gunung Ciremai.


 
Ayam alas, Istimewa

Siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai rumah diharuskan membawa ikan asin. Entah apa maksudnya. Tidak ada yang tahu. Cerita dari mulut ke mulut ini, memang sukar diuji kebenarannya. Misteri Gunung Ciremai mungkin selamanya akan tetap tak terungkap. Tapi, tidak ada salahnya kita mengetahui cerita- cerita tersebut. Bukan untuk diyakini, apalagi ditakuti, tetapi dapat dianggap sebagai kekayaan tradisi suatu masyarakat.

Kepercayaan masyarakat setempat menjadi warna tersendiri ketika berkaitan dengan beredarnya cerita misteri Gunung Ciremai. Mereka, selaku masyarakat setempat, memiliki peranan yang cukup besar dalam tersebarnya cerita-cerita tersebut di masyarakat secara luas. Bagaimanapun keadaannya, percaya atau tidak semua itu kembali kepada pemikiran dan penilaian masing-masing. Satu hal yang harus dihargai dari cerita misteri Gunung Ciremai ini adalah posisinya sebagai salah satu kekayaan cerita rakyat di Jawa Barat. Sebuah kekayaan cerita atau budaya lisan yang tetap harus dihargai.


Sumber Artikel : http://didiandrytea.heck.in

Gunung Parang Purwakarta, Destinasi Wisata Sejuta Impian

Traveler Istimewa - Suasana di area wisata alam Badega Gunung Parang, Kampung Cihuni Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terlihat begitu asri dan menentramkan.

Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung yang boleh dicoba para pengunjung.

Seperti apa destinasi yang ditawarkan di balik rahasia keindahan Gunung Parang? Berikut ulasannya.

1. Nginap di Rumah Adat Suku Baduy

Suasana di area wisata alam Badega Gunung Parang

Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung kepada pengunjung.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan akan membangun 40 rumah dengan gaya arsitektur rumah adat suku Baduy di kaki Gunung Parang. Rumah-rumah tersebut nantinya bisa menjadi destinasi wisata untuk keluarga saat berkunjung ke Purwakarta.

"Seiring dengan penataan infrastruktur di sana (Gunung Parang), saya mau siapkan kampung wisatanya," kata Dedi di sela kesibukannya di Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Rabu (2/3/2016).
Ia mengatakan rumah-rumah bergaya kampung adat suku Baduy tersebut bisa digunakan untuk tempat menginap wisatawan. Konsep penginapannya di kaki Gunung Parang, lanjut Dedi, akan berbasis lingkungan.

Ia mengatakan rencana pembangunan 40 rumah berkonsep rumah adat suku Baduy akan dimulai tahun ini. Dedi berharap, wisatawan dapat memiliki pilihan lain untuk berwisata di Purwakarta.
"Di sana kan banyak sawah, jadi saat menginap bisa menikmati pemandangan area persawahan," jelas Dedi.

2. Destinasi Wisata Akhir Pekan

Anak-anak memanjat via ferrata di Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat.
Gunung Parang di Purwakarta rupanya juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata akhir pekan untuk para wisatawan. Badega Gunung Parang merupakan obyek wisata alam yang menawarkan pengalaman berpetualang memanjat tebing hingga mendaki gunung kepada pengunjung.

Untuk dapat mencapai Gunung Parang, berbagai pilihan transportasi dapat digunakan oleh para wisatawan.

Di sekitar Gunung Parang, wisatawan dapat mencoba atraksi wisata seperti menelusuri area persawahan, memanjat tebing, mendaki gunung batu, hingga sekedar menikmati kuliner khas Sunda.

3. Cara Menuju Gunung Parang

Gunung Parang, Kampung Cihuni, Desa Sukamulya,Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Jika membawa kendaraan pribadi dari Jakarta, arahkan masuk ke jalan Tol Cipularang. Setelah menyusuri jalan tol, jangan sampai terlewat untuk keluar di pintu tol Ciganea Jati Luhur.
Setelah keluar, Anda akan bertemu pertigaan jalan, belokan kemudi mobil ke arah Plered, Purwakarta. Setelah berada di jalan menuju Plered, terdapat dua pilihan jalan untuk dapat tiba di Gunung Parang. Yang pertama adalah melewati Cilalawi, Pasar Warung Panjang dan yang kedua adalah Pasar Plered.

Pilihan jalur pertama terdapat di persimpangan pasar Warung Panjang melewati medan yang berkelok-kelok sejauh hampir 15-16 kilometer dengan medan yang menanjak dan berkelok-kelok di perbukitan.

Sementara jalur kedua adalah melewati Pasar Plered dan kemudian melewati penambangan batu hingga tiba di Gunung Parang.
Jalur kedua ini dapat ditemui sekitar lima kilometer setelah jalur persimpangan Pasar Warung Panjang.

Untuk keadaan jalur yang ditempuh jika melewati jalur Cilalawi, para wisatawan akan melewati perkampungan dengan jalan yang kecil dan banyak persimpangan. Setelah melewati Pasar Plered sekitar 4-5 kilometer, para wisatawan harus berbelok ke kanan dan mulai memasuki medan yang menanjak.

Sumber Artikel : http://www.headlinejabar.com

Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Tengger

Gunung Bromo, Istimewa
Traveler Istimewa - Kali ini Traveler Istimewa akan menceritakan sejarah gunung bromo dan legenda tengger. Konon pada jaman dahulu kala, ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal, hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian, yang pertama menuju ke gunung Bromo dan kedua menuju Bali. Ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu sama – sama menganut kepercayaan beragama Hindu.

Disebut suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.

Di sebuah kisah tentang Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger beginilah asal – usul legenda Gunung Bromo.

Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, karenanya bayi tersebut diberi nama ” JOKO SEGER “.
Upacara adat suku Tengger.
Masyarakat suku Tengger menganut agama dan aturan Hindhu. Istimewa
Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik juga elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai Rara Anteng.

Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger.

Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut.

Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung (batok kelapa) sehingga pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu.
Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.

Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi, pada akhirnya Tempurung (Batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok.

Dengan kegagalan Bajak itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.
Ilustrasi, Jaka Seger dan Rara Anteng, Istimewa
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya, kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata tentang Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api kemudian masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib: ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Begitulah Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo Tengger semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan, hingga sampai sekarang Gunung Bromo menjadi tempat begitu indah juga menjadi lokasi Wisata Bromo meski di selimuti banyak misteri.

Artikel By : http://wisatabromo.com

Jumat, 19 Februari 2016

Cantik... 14 Destinasi Wisata Kabupaten Bandung Barat Wajib Anda Kunjungi

Apa yang pertama kali Anda dapat, atau kesan seperti apa saat mendengar nama Kabupaten Bandung Barat? Kabupaten primadona ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur, Kota Bandung di sebelah selatan, serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur.
Salah satu kabupaten di Jawa Barat hasil pemekaran Kabupaten Bandung ini, rupanya kaya akan tempat destinasi yang wajib Anda kunjungi. Penasaran apa saja objek wisata tersebut? Yuk kita simak ulasan berikut ini.
1. Situ Ciburuy
Situ Ciburuy merupakan sebuah danau alami, yang lumayan cukup terkenal di kalangan para wisatawan nusantara. Saking terkenalnya, situ ini bahkan sudah diangkat sebagai tema lagu tradisional Sunda berjudul ‘Situ Ciburu’, wow. Letaknya tak jauh dari Kota Padalarang Bandung Barat, membuat situ ini bak magnet banyak digemari oleh para pecandu wisata air.
Situ Ciburuy memiliki luas sampai 25 hektare dengan pulau yang begitu rindang di tengah-tengahnya. Pemandangan alamnya begitu menakjubkan. Untuk mencapai ke tengah danau tersebut maka pengunjung bisa menyewa perahu yang beraneka warna dengan biaya Rp15.000 perorang.
Situ Ciburuy kini sudah ditata lebih rapi, antara lain dengan memperbaiki jalan masuk ke tepi danau, dan melengkapi dengan kedai-kedai makanan dan minuman, buah-buahan, cenderamata, pentas kesenian, rumah makan dan fasilitas untuk berperahu.
PETA LOKASI

2. Curug Malela
Curug Malela memiliki ketinggian sekitar 60-70 m dan lebar 50 m dengan hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng yang nantinya mengalir membentuk jaringan sungai Cidadap dan bermuara ke Cisokan. Airnya sangat deras dan bila sedang beruntung kita dapat menyaksikan ratusan ekor monyet ekor panjang (macaca pasciscularis) sedang minum air di bawah Curug Malela.
Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun sepanjang 1 Km. Urutannya adalah Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk. Semua terletak di desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.
PETA LOKASI
 

3. Curug Cimahi
Curug atau juga Air Terjun Cimahi ini, memiliki ketinggian sekitar 87 m, merupakan salah satu curug yang tertinggi di wilayah Bandung dan sekitarnya. Nama Cimahi berasal dari nama sungai yang mengalir di atasnya yaitu Sungai Cimahi yang berhulu di Situ (danau) Lembang dan mengalir ke Kota Cimahi. Curug ini berada di ketinggian 1050 m dpl dengan suhu di kawasan ini berkisar 18-22 derajat Celsius.
Jika dilihat dari atas, curug ini memiliki dua tingkat dan termasuk yang unik. Sesuai namanya cimahi alias air cukup (bahasa Sunda), debit air terjun ini selalu sama, baik saat musim hujan atau pun kemarau. “Namun, dibandingkan puluhan tahun lalu, debitnya jauh berkurang.
Tak jauh dari Curug Cimahi dapat ditemui juga Curug Bugbrug dan Curug Panganten yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Curug Cimahi ini.
PETA LOKASI

4. Taman Bunga Cihideung
Cihidueng, desa yang terletak di kecamatan Parongpong ini, yang dulunya hanya merupakan tempat bercocok tanam ala kadarnya saja, kini telah berkembang menjadi "Kawasan Wisata Bunga". Kawasan ini memang tepat disebut sebagai kawasan wisata bunga, karena di sepanjang desa ini terlihat berbagai tanaman bunga yang dikembangbiakkan.
Berbagai jenis tanaman bunga bisa kita temui di desa Cihideung ini, dari tanaman hias hingga tanaman potong. Tanaman (bunga) hias biasanya adalah tanaman yang digunakan untuk memperindah taman, dan tanaman (bunga) potong biasanya adalah tanaman/ bunga yang diperlukan untuk keperluan dekorasi. Di desa Cihideung ini lebih dari 80 persen warga desa Cihideung menjadi petani bunga, dimana terdiri dari 30% petani bunga potong, dan 50% petani bunga hias.
Desa wisata bunga Cihideung yang merupakan tempat wisata persinggahan ini terletak sekitar 20 km dari kota Bandung, bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum ataupun dengan kendaraan pribadi. Bila kita menempuh jalan melalui jalan Cihanjuang, kita juga bisa menikmati indahnya perkebunan disepanjang jalan menuju desa Cihideung. Kesegaran dan kesejukan tersaji di sepanjang perjalanan menuju lokasi.
PETA LOKASI
 

5. Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan
Di Bandung, kini Anda bisa menikmati wahana pendidikan yang interaktif. Ya, Puspa Iptek Sundial tempatnya. Wahana pendidikan ini berlokasi di kawasan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung. Di sana terdapat lebih dari 150 buah alat peraga yang masing-masing dapat dicoba langsung oleh pengunjung.
Nama Puspa Iptek sendiri merupakan sebuah singkatan dari Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sedangkan Sundial berarti jam matahari. Nama Sundial kemudian diambil karena pada bangunan Puspa Iptek terdapat jam matahari. Jam matahari tersebut berada tepat di bagian depan dan atas gedung. Pada bagian depan, jam matahari tersebut berbentuk vertikal, sedangkan pada bagian atas jam tersebut berbentuk horisontal.
Untuk masuk ke Puspa Iptek Sundial, Anda hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp15ribu. Setelah itu, Anda bisa puas menikmati alat-alat peraga yang telah disediakan. Anak-anak menyukai alat peraga yang dapat memperlihatkan hasil sesuai apa yang terjadi di permukaan bumi. Salah satu contohnya bola pasir ini yang jika diputar akan memperlihatkan badai yang terjadi di bumi jika terjadi goncangan.
PETA LOKASI

6. Goa Pawon
Selama ini keberadaan Gua Pawon bagi warga Kampung Gua Pawon dan Panyusuan Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung barangkali tidaklah terlalu istimewa. Letak gua yang berada di lokasi penambangan berbagai jenis batu itu hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak.
Namun, siapa sangka jika di dalam gua ini ternyata menyimpan misteri kehidupan masa lalu. Ya, di dalam gua itu ditemukan 20.250 tulang belulang dan 4.050 serpihan batu yang diperkirakan berusia sekira 10 ribu tahun.
Temuan ‘besar’ yang cukup menggemparkan masyarakat Jawa Barat ini diharapkan akan menguak sejarah peradaban manusia Sunda. Apalagi selama ini, daerah Bandung dan sekitarnya amat miskin dari temuan-temuan arkeologi khususnya yang menyangkut peradaban manusia sehingga kemudian dijuluki ahistoris.
Temuan tulang belulang dan serpihan batu itu diyakini mengindikasikan adanya kehidupan manusia purba dikawasan Gua Pawon. Bahkan dikawasan tersebut dipastikan pernah tumbuh kebudayaan manusia pada jaman dulu.
PETA LOKASI

7. Kampung Gajah
Kampung Gajah Wonderland yang berlokasi di sebelah utara kota Bandung adalah sebuah kawasan wisata terpadu yang sangat cocok untuk anak-anak dan orang dewasa. Sesuai dengan temanya yaitu “Wisata, Belanja, dan Kuliner“, di Kampung Gajah Bandung tersedia berbagai jenis wahana permainan yang menyenangkan, beberapa tempat belanja berupa factory outlet, hingga 4 jenis restoran yang menggoda para pecinta wisata kuliner. Walaupun bernama Kampung Gajah, kawasan ini tidak mempunyai gajah sama sekali.
PETA LOKASI

8. Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atauPerhimpunan Bintang Hindia Belanda.
Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari dataran tinggi Bandung.
Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha adalah 299. Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.
PETA LOKASI

9. Ciwangun Indah Camp (CIC)
Ciwangun Indah Camp(CIC) merupakan sebuah area wisata alam yang lengkap. CIC menjanjikan sebuah wisata alam yang cukup menarik. Disini tersedia berbagai macam arena permainan outbound yang cukup menarik bagi anak-anak, orang dewasa, maupun bagi keluarga yang ingin berlibur sambil menikmati suasana alam dan kesejukan udara pegunungan.
Di CIC terdapat dua jalur flying fox berjarak 70 meter dan 250 meter. Juga tersedia two line bridge, elvis bridge, V-bridge, spider web, rock dan wall climbing, soft dan hardtrekking / hikking, serta fasilitator untuk fun games maupun teambuilding games.
CIC juga menyediakan area camping berkapasitas 400 orang, arena bermain anak-anak, wisata berkuda, mini ATV serta area paintball yang berada di area hutan pinus yang menyejukkan. Fasilitas yang lain adalah Saung Pertemuan, Saung Istirahat(Penginapan), Gazebo, Aula, Camping Ground, Café Strawberry, CIC Entertainment, lapangan parkir yang luas, Villa, dan masih banyak lagi.Untuk akomodasi, CIC juga menyediakan saung khas Sunda sebagai tempat penginapan dengan kapasitas 4-6 orang, saung pertemuan, serta saung makan.
Untuk menu makan tersedia makanan khas Jawa Barat serta menu lain sesuai keinginan tamu. Dan bagi tamu yang menyukai segarnya buah strawberry, dapat melakukan wisata petik buah di kebun strawberry.
PETA LOKASI

10. Grafika Cikole
Pondok Wisata ini adalah salah satu penginapan di Lembang Bandung yang ada di Terminal Wisata Grafika Cikole . Penginapan Pondok Wisata ini berada di atas bukit, di hamparan rumput yang terletak disela pepohonan pinus dengan udara sejuk dan terdapat di kaki gunung Tangkuban Perahu. Pondok Wisata di Lembang ini menawarkan atmosfer rumah pedesaan dengan interior dan eksterior yang terbuat dari kayu. Pondok Wisata dibangun dengan konsep selaras dengan alam sekitarnya.
Dengan harga Rp.800.000,-/malam (Belum Termasuk Pajak 15% dan Service Charge) sudah termasuk sarapan pagi. Kapasitas 6 orang untuk tiap pondok. Kamar mandi cukup bersih dengan kloset duduk dan pancuran air panas sehingga tamu akan merasa nyaman untuk menginap di dalam pondok wisata.
PETA LOKASI

11. De'ranch
De’Ranch ini merupakan sebuah objek wisata baru, terutama salah satu arenanya yaitu menunggang kuda. Wisata menunggang kuda ala koboi (cowboy) merupakan hiburan yang utama dari obyek wisata ini. Kuda yang ada merupakan kuda impor dan kuda lokal. Kuda lokal ditujukan bagi pemula atau anak-anak.
Selain berwisata menunggang kuda, ditempat itu juga ada sapi-sapi yang ditempatkan pada kandang yang luas. Sapi juga merupakan hiburan tontonan yang menarik khususnya anak-anak. Demikian juga dengan tipe olahraga ekstrem yakni flying fox, rock climbing yang sedang digemari oleh banyak orang juga dapat Anda nikmati ditempat ini.
Selain itu, objek wisata De’Ranch juga menawarkan nilai lebih dari sekadar tempat wisata dengan pemandangan alam indahnya. Menurut salah seorang pengelola, Uke Ridwan, pengunjung diajak menikmati suasana peternakan sebenarnya.
PETA LOKASI

12. Rumah Bunga Rizal
Rumah Bunga Rizal adalah sebuah kebun produksi yang berlokasi di daerah Lembang, Jawa Barat. Rumah Bunga Rizal berdiri sejak 33 Tahun lalu, bermula dari hobi yang akhirnya mengantarkan Rumah Bunga Rizal untuk membudidayakan berbagai macam jenis anggrek, kaktus, serta tanaman hias lain.
Seiring dengan berlalunya waktu Rumah Bunga Rizal mulai memproduksi pula sejumlah produk kreatif penunjang hobi dan berkebun. Misalnya saja, cover pot, kawat penyangga tanaman, kawat gantung, dan lain-lain. Semuanya itu buatan tangan, dengan mutu yang Rumah Bunga Rizal jaga betul demi kepuasan konsumen.
Pada tahun 2002, Rumah Bunga Rizal memutuskan untuk mengubah konsep kebun produksi menjadi kebun wisata. Rumah Bunga Rizal berbenah. Berusaha memberi pelayanan lebih baik dengan menawarkan suasana kebun yang nyaman dan bersih, ditambah juga dengan menyediakan aneka makanan, minuman, dan es krim yang dapat dipesan oleh pengunjung.
Sensasi yang Rumah Bunga Rizal tawarkan adalah suasana rumah yang enak untuk dinikmati bersama keluarga atau teman dekat. Tempat Rumah Bunga Rizal terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung, Rumah Bunga Rizal mulai buka dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore setiap harinya, termasuk juga pada saat hari libur.
PETA LOKASI

13. Natural Hill
Apakah Anda sedang berencana untuk melakukan rekreasi keluarga, tetapi belum memiliki tujuan yang pasti? Tenang, ada satu tempat yang tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dari pusat kota, yaitu berada di Lembang, Bandung. Tempat rekreasi ini bernama Natural Hill.
Bagi Anda yang sudah pernah berkunjung ke Natural Hill, pasti merasa kangen ingin berkunjung kembali. Begitu pula bagi Anda yang belum pernah mengunjunginya. Seperti apa konsep rekreasi yang bisa Anda eksplor bersama keluarga di Natural Hill Lembang Bandung?
Natural Hill adalah sebuah kawasan yang memiliki beberapa spot rekreasi keluarga. Anda bisa menikmati air terjun dengan pemandangan cantik yang memiliki tinggi hingga 50 meter. Air terjun Natural Hill Bandung memiliki air yang sangat jernih, sehingga membuat Anda betah berlama-lama bermain air.
Serunya lagi, Anda bisa sekaligus trekking alam. Karena untuk mencapai air terjun Natural Hill Bandung, Anda harus melakukan perjalanan selama 45 menit hingga 1,5 jam dengan berbagai jenis lintasan. Natural Hill Bandung juga cocok menjadi tempat berkumpul rekreasi kantor yang murah meriah.
Berada di Bandung, Natural Hill tentu menawarkan udara yang sejuk dengan panorama mempesona. Selain penginapan dengan tipe barak atau khusus yang bisa Anda pilih, anak-anak juga disediakan surga bermain sepuasnya di kawasan Natural Hill.
PETA LOKASI

14. Cikole Jayagiri & Tree Top
Lokasi yang berada pada ketinggian 1500 mdpl di kawasan gunung Tangkuban Perahu. Cikole Resort, merupakan tempat yang nyaman dengan suasana pegunungan yang dikelilingi dengan dinginnya hutan pinus yang dapat menjadikan nilai positif dalam suasana kebersamaan yang erat.
Lokasi yang sangat strategis yang berada pada kawasan Cikole Lembang – Bandung ini menjadi kawasan daya tarik sendiri karena berada pada kawasan wisata dan berada pada jalur antar kota Bandung – Subang sehingga dapat dijangkau dengan mudah.
Lokasi yang berada di bawah naungan Perhutani ini memang diperuntukan sebagai salah satu alternative tempat wisata untuk tujuan rekreasi, kebersamaan, dan masih banyak lagi.
Fasilitas yang ada pada Cikole Resort ini terdapat beberapa akomodasi berupa bungalow (jungle hut) yaitu rumah-rumah kayu yang di design dengan sedemikian rupa dengan menyusung konsep “Menyatu dengan Alam” tapi tanpa mengindahkan beberapa fasilitas pendukung yang dibutuhkan setiap orang. Akomodasi yang tersedia antara lain : Rumah kayu, Rumah Lombok, Rumah Joglo, Barak, dll.
Selain itu terdapat pula tempat untuk camping bagi orang – orang yang lebih suka menginap dengan alam bebas dan udara terbuka. Bagi yang ingin merasakan menginap dengan suasana alam atau ber-camping dapat kami sediakan tenda – tenda sesuai dengan kebutuhan atau dapat membawa sendiri peralatan camping nya.
PETA LOKASI