Rabu, 30 Desember 2015

Gunung Agung (3.031 MDPL) "Tertinggi di Bali"

sumber : gunungbagging.com
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di pulau dewata Bali. Gunung ini juga merupakan salah satu gunung suci bagi masyarakat Bali, karena dipercaya sebagai tempat bersemayam para Dewa.

Jalur pendakian

Untuk mendaki Gunung Agung, jalur yang sangat dianjurkan oleh banyak pendaki adalah lewat jalur Pura Besakih. Start awal pendakian dimulai di Pura Pengubengan. Jalur yang akan dilalui didominasi tanjakan terjal dan curam. Setelah kurang lebih 5 jam perjalanan, para pendaki akan sampai di pos Kori Agung, tempat beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak pertama. Perjalanan menuju ke puncak akan memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Jadi lama total waktu perjalanan kurang lebih 7 jam.

Selain jalur Pura Besakih, ada jalur lain yang bisa digunakan, yakni jalur Pura Pasar Agung. Pendakian lewat jalur ini butuh waktu 4-5 jam perjalanan, namun jika mendaki lewat jalur ini, tidak akan bisa mencapai puncak tertinggi.

Bagaimana cara menuju kesana?

Dari kota Denpasar gunakan transportasi menuju Karangasem dengan waktu perjalanan yang diperlukan kurang lebih selama 2 jam. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pura Besakih butuh waktu 10 jam perjalanan.

Persiapan dan persyaratan apa saja yang harus dilakukan?

Harus menggunakan pemandu

Karena statusnya sebagai gunung kramat yang sangat disucikan oleh masyarakat Bali, mendaki gunung Agung tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Untuk bisa mendaki gunung ini, setiap kelompok pendaki harus ditemani pemandu yang merupakan warga setempat. Maka, siap-siap saja untuk membawa uang berlebih, karena biaya registrasi pasti akan cukup mahal karena akan termasuk biaya untuk membayar pemandu.

Jangan sembarang memilih waktu pendakian

Selain itu, untuk mendaki gunung ini, kita harus memilih waktu yang benar-benar tepat. Jangan sampai berbarengan dengan acara keagamaan yang sering diadakan di Pura Besakih. Saat bertepatan dengan waktu upacara keagamaan, para pendaki akan dilarang untuk mendaki gunung ini. Cari info dengan baik, kalau perlu, datang ke TKP minimal 2-3 hari sebelum waktu keberangkatan, demi memastikan apakah pada hari yang sudah dipilih, Gunung Agung dibuka untuk pendakian.

Hormati adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat

Satu lagi, pendaki Gunung Agunung juga tidak boleh membawa bahan logistik yang terbuat dari daging sapi (sapi merupakan hewan suci bagi umat Hindu), dan tidak boleh mengambil air secara sembarangan dari sumber mata air yang bisa ditemukan di jalur menuju puncak Gunung Agung. Karena mata air tersebut dianggap suci, orang yang mau mengambil air dari sana harus sembahyang terlebih dahulu di mata air tersebut. Di situlah gunanya para pemandu yang menemani pendakian, mereka bisa membantu para pendaki untuk mengambil air dari sumber air tersebut.

Karena Gunung Agung merupakan gunung keramat yang disucikan oleh masyarakat Bali, persiapkanlah dengan baik segala hal yang perlu disiapkan. Jaga kelakuan, selalu utamakan sopan santun dan jangan merusak. Hargai dan hormatilah adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat.

Semoga bermanfaat, salam lestari!

Sumber :
http://argopura.blogspot.co.id/2013/08/mendaki-gunung-agung_30.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Agung

Senin, 28 Desember 2015

10 Hadiah Terbaik untuk Para Pendaki Gunung

Kamu punya pacar, pasangan hidup, teman, atau sahabat yang hobi bertualang di alam liar? Lalu di satu waktu kamu bingung mau memberikan barang apa yang cocok sebagai hadiah untuk si dia di hari ulang tahun atau hari spesial bagi kalian berdua. Jangan panik, berikut ini saya akan coba memberi rekomendasi beberapa barang yang bisa dijadikan hadiah yang sangat berharga sekaligus memberi kesan mendalam untuk mereka yang hobi bertualang.

1. Aksesoris Petualang

Aksesoris adalah pilihan terbaik untuk diberikan kepada pasangan atau sahabat yang hobi bertualang. Selain harganya relatif murah, aksesoris seperti kalung atau gelang seringkali menjadi barang yang akan selalu dipakai oleh mereka saat sedang bertualang di alam bebas. Selain kalung dan gelang, masih banyak pilihan aksesoris lain yang bisa kamu pilih, seperti topi, beanie (kupluk), sarung tangan, kacamata, gantungan kunci, dan lain sebagainya.

2. T-Shirt bertema Pendakian


Bagi sebagian orang, apa yang mereka kenakan merupakan simbol yang mewakili identitas dirinya. Memakai t-shirt bertema pendakian gunung tentu akan menunjukkan identitas diri sebagai seorang pendaki gunung. Maka dari itu, t-shirt sangat cocok untuk diberikan sebagai hadiah kepada mereka yang suka mendaki gunung.

Banyak sekali produsen-produsen yang menyediakan kaos dengan gambar ataupun tulisan yang berbau petualangan. Brand outdoor terkenal sepeti Eiger atau Consina juga banyak memproduksi T-Shirt bagus dengan desain yang kece yang akan sangat cocok untuk dipakai bertualang.

3. Kompas Bidik

Tak semua pendaki suka membawa kompas, karena mungkin mereka merasa barang ini tak terlalu dibutuhkan saat pergi mendaki, apalagi jika yang menjadi tujuan adalah gunung yang sudah sangat dikenal. Namun, peran kompas tak bisa dikesampingkan begitu saja, saat tersesat, kompas bisa jadi alat vital yang bisa menyelamatkan hidup. Dan jika satu waktu kompas yang kamu berikan kepada teman atau pasanganmu bisa jadi penolong hidupnya, kamu tentu bakal jadi salah satu pahlawan yang akan selalu dia ingat.

4. Multi-tool atau Pisau Saku

sumber : amazon.com
Multi-tool merupakan peralatan serba guna yang sering jadi barang bawaan wajib bagi para petualang. Fungsinya yang sangat beragam, serta desainnya yang simple dan mudah dibawa, membuat multi-tool salah satu peralatan penting dalam petualangan di alam bebas. Dengan memberi multi-tool sebagai hadiah, sahabatmu pasti bakal senang bukan main. Jika enggan membeli multi-tool karena harganya cukup mahal, pisau saku bisa jadi opsi alternatif yang bisa dipilih.

5. Sepatu atau Sandal Gunung

Seorang pendaki tentu paham betul bahwa kaki adalah peralatan utama yang sangat diandalkan saat mendaki gunung. Maka dari itu, demi kelancaran perjalanan, kedua kaki harus selalu dilindungi dengan peralatan yang berkualitas dan nyaman dipakai. Dengan memberi hadiah sepatu atau sendal gunung berkualitas, kamu akan memberikan perlindungan terhadap bagian tubuh yang paling penting bagi mereka yang hobi mendaki.

6. Travel Pouch / Tas Kecil

Ukurannya yang kecil dan mudah dibawa, serta fungsinya yang sangat berguna untuk membawa barang-barang kecil seperti handphone, obat-obatan, atau makanan ringan, membuat travel pouch menjadi salah satu peralatan yang sangat disukai para petualang. Harganya yang relatif murah juga bisa jadi pertimbangan untuk memilih travel pouch sebagai hadiah untuk para petualang.

7. Botol Air

sumber : louise.house.gov
Air adalah sumber kehidupan, apalagi saat melakukan aktivitas berat seperti mendaki gunung, air adalah barang paling berharga bagi para pendaki. Botol air memang berharga cukup murah dan terlihat biasa saja untuk sebuah hadiah, namun dengan perannya yang sangat penting sebagai pembawa sumber kehidupan, botol air bisa jadi hadiah yang sangat berharga bagi mereka yang hobi bertualang.

8. Sleeping Bag

Memberikan sleeping bag sebagai hadiah bisa jadi pilihan yang sangat bagus untuk dilakukan. Perannya yang sangat vital sebagai pemberi kehangatan dan kenyamanan saat tidur di tengah alam bebas, akan membuat si dia ingat terus sama kamu di sepanjang tidurnya, wkwkwk.

9. Jam Tangan Outdoor

Jam tangan outdoor yang dilengkapi dengan berbagai aplikasi seperti kompas, altimeter, dan lain-lain adalah pilihan yang bagus untuk dijadikan hadiah. Fungsinya jelas sangat penting, selain itu, jam tangan juga bisa jadi aksesoris yang sangat indah untuk dikenakan. Jika punya uang berlebih, jam tangan sangat cocok untuk kamu berikan kepada teman atau pacar yang hobi bertualang menembus hutan pegunungan.

10. Backpack atau Keril


Sebenarnya backpack atau keril adalah salah satu peralatan paling penting bagi setiap pendaki. Perannya sebagai pembawa segala macam perbekalan menjadikan keril sebagai teman perjalanan yang wajib selalu dibawa. Lalu, jika perannya sangat vital, kenapa saya taruh barang ini di pilihan paling akhir?

Jawabannya simple saja, karena keril berkualitas biasanya berharga cukup mahal, hehe. Bagi kamu yang berkantong tebal, memberi keril untuk hadiah mungkin bukan sebuah masalah besar. Namun bagi mereka yang kantonya pas-pasan seperti saya ini, membeli keril untuk hadiah tentu jadi opsi yang cukup berat untuk dilakukan, sehingga saya taruh barang ini dipilihan paling akhir, hehe.


Sebagus dan semahal apapun barang yang dibeli untuk diberikan sebagai hadiah, tak akan pernah mampu mengalahkan rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan ikhlas kepada orang-orang yang kita kasihi. Barang hanya sebuah simbol, hati yang tulus dan rasa cinta lah hadiah terbaik yang bisa kita berikan.

“Hiduplah Untuk Memberi yang Sebanyak-banyaknya, Bukan untuk Menerima yang Sebanyak-banyaknya. (Pak Harfan)" ― Andrea Hirata, Laskar Pelangi

Minggu, 27 Desember 2015

Gear Review : Kompor Trangia


Dari sekian banyak peralatan dan perlengkapan mendaki, kompor lapangan merupakan salah satu peralatan utama yang harus selalu dibawa seorang petualang saat hendak berkegiatan di alam bebas dalam waktu yang cukup lama. Saat berkemah di tengah alam liar, kompor akan membantu kita untuk memasak bahan makanan yang kita bawa. Jika tak ada kompor, hampir bisa dipastikan, kita akan cukup kesulitan saat hendak memasak makanan, apalagi jika cuaca sedang hujan, akan sulit menemukan kayu kering sebagai bahan bakar untuk membuat api. Oleh karena itu, kompor lapangan dengan kualitas terbaik sangat dibutuhkan oleh setiap petualang.

Dari berbagai jenis kompor lapangan yang tersedia di pasaran, ada 2 jenis kompor yang sering saya gunakan saat mendaki gunung, yakni kompor berbahan bakar gas dan bahan bakar spirtus atau alkohol. 2 jenis kompor ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, dan setelah membanding-bandingkan berdasarkan pengalaman saya, kompor berbahan spirtus ber-merk trangia lah yang paling saya sukai.

Kali ini, saya akan mencoba memberikan sedikit review tentang kompor lapangan yang saya rekomendasikan untuk kawan-kawan semua, yakni kompor spirtus trangia. Berikut sedikit ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari kompor trangia..

Kelebihan

sumber : amazon.com
Trangia yang merupakan peralatan outdoor buatan Swedia ini, bukan hanya berisi kompor saja, namun lengkap satu paket dengan peralatan memasak seperti wajan, teko kecil, dan wadah semacam panci. Beratnya yang ringan serta bentuknya yang simpel dan efisien, sangat mudah untuk dipacking dan tidak akan memakan terlalu banyak ruang dalam keril. Dengan keunggulan tersebut, kompor ini akan sangat cocok digunakan oleh para pecinta gaya mendaki ultralight. Dan yang paling penting, kompor ini sangat aman dan nyaman untuk digunakan.

Selama beberapa tahun menggunakan kompor ini, saya tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun masalah saat menggunakannya. Karena bentuk dan sistem perapian yang simpel dengan pelindung dari hembusan angin, kompor ini bisa diandalkan dalam cuaca buruk sekalipun. Dengan sedikit kehati-hatian, trangia juga masih cukup aman digunakan di dalam tenda.

Dibandingkan dengan kompor gas yang sering mengalami masalah dan rentan menimbulkan kecelakaan, dari segi keamanan dan kenyamanan, jelas-jelas kompor trangia lebih unggul. Sebagai catatan, saat dulu masih menggunakan kompor gas, saya cukup sering mengalami masalah, beberapa diantaranya bahkan berujung kecelakaan yang lumayan fatal. Dari mulai kompor gas jenis portable, kompor gas berbentuk kotak kecil, hingga kompor gas dengan selang, semuanya sama saja, sering mengalami banyak masalah, cepat rusak, dan rentan celaka.

Kompor trangia juga punya pilihan ukuran yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Mulai dari mini trangia yang cukup ekonomis, lalu ada tipe 27-4UL yang cocok untuk solo atau hiking berdua, atau ada tipe 25-4UL yang cocok untuk mendaki bersama rombongan, dan masih banyak lagi tipe-tipe lainnya.

Kekurangan

sumber : aimhighjumpoften.wordpress.com
Meski punya banyak keunggulan dalam beberapa aspek seperti yang sudah dibahas di atas, bukan berarti kompor trangia tidak punya kekurangan. Salah satu kekurangan yang paling sering saya keluhkan adalah nyala api yang tak terlalu besar, sehingga tidak bisa diandalkan untuk memasak dengan cepat. Bandingkan dengan kompor gas yang punya nyala api yang kuat dan stabil, untuk memasak cepat dalam keadaan mendesak, kompor gas tentu lebih unggul dari kompor trangia.

Berikutnya adalah bahan bakar yang masih cukup sulit untuk didapat. Hal ini tak lepas dari pengalaman saya saat dulu kesulitan mencari bahan bakar cair yang hanya bisa didapatkan di toko kimia atau toko bangunan. Saat itu kebetulan sedang hari libur nasional, sehingga tak ada toko yang buka. Alhasil, saya pun harus mengganti kompor yang akan saya bawa dengan kompor gas, karena gas banyak dijual di supermarket atau minimarket, sehingga lebih mudah didapatkan.

Namun, bagi anda yang tinggal di kota besar, kesulitan seperti yang pernah saya alami mungkin tidak akan menimpa anda, karena di kota besar tentu banyak tersebar toko-toko kimia atau toko bangunan, sehingga akan lebih mudah mendapatkan bahan bakar cair untuk kompor ini.

Dan yang terakhir, menurut saya yang berkantong pas-pasan, harga pasaran kompor trangia masih terbilang cukup mahal. Namun, jika kebetulan kawan-kawan punya uang berlebih, jangan ragu untuk membeli kompor ini, karena kualitas yang dimiliki memang sesuai dengan harganya. Lebih baik membeli cukup mahal namun barang yang kita beli punya kualitas bagus dan tahan lama, daripada membeli barang murah namun cepat rusak atau bahkan malah menyusahkan.

Itu saja sedikit informasi tentang kompor trangia yang bisa saya bagikan kepada kawan-kawan semua, semoga bermanfaat, salam lestari!

Berikut ini ada video cara penggunaan kompor trangia, silahkan ditonton..


Jumat, 18 Desember 2015

Etika Pendakian : Siapakah yang Lebih Berhak Menggunakan Jalur?


Saat mendaki gunung Ciremai beberapa bulan lalu, saya sempat mengalami beberapa kejadian yang kurang menyenangkan. Saat itu, karena jumlah pendaki yang sangat banyak, dan kondisi jalur yang sempit, berkali-kali saya terpaksa harus mengantri di beberapa titik.

Bagi kawan-kawan yang sudah pernah mengalami kejadian yang sama, pastinya tahu persis kalau mengantri di jalur pendakian itu benar-benar bikin bete dan kesel, apalagi kalau kebetulan kita harus mengantri di jalur yang punya tanjakan super terjal. Harus berdiri berlama-lama untuk mengantri membuat badan yang lelah terasa semakin tersiksa, terutama kaki yang harus menopang seluruh tubuh, dan pundak yang menggendong keril berat.

Namun, sebagai pendaki yang baik, mau tak mau kita harus rela dan sabar melakukannya, karena gunung bukan hanya milik kita sendiri, tapi milik bersama, jadi sudah sepantasnya jika semua pendaki harus saling berbagi ruang demi kenyamanan bersama.

***

Saling berbagi jalur termasuk kedalam etika pendakian yang cukup penting, karena jika tidak disikapi dengan bijak, akan sangat rentan menimbulkan konflik antar pendaki. Konflik yang timbul bisa terjadi antara pendaki yang sedang naik dan turun gunung, ataupun antar pendaki yang berjalan searah. Misalkan kita sedang berjalan cepat karena mengejar target waktu, namun tiba-tiba perjalanan kita terhambat karena rombongan pendaki di depan berjalan sangat lambat, tak ada celah untuk menyalip karena jalur sempit, sedangkan mau minta izin untuk nyalip agak segan juga karena takut mengganggu perjalanan mereka, jadilah kita kesel sendiri.

Saat berpapasan dengan pendaki lain, baik yang searah ataupun yang berlawanan arah, sudah pasti salah satu pihak harus rela mengalah untuk memberikan jalur, namun pertanyaannya siapakah yang harus menepi untuk memberi ruang?


Pendaki Naik vs Pendaki Turun

Menurut apa yang saya pelajari sejak dulu, saat menghadapi situasi berpapasan dengan pendaki yang berlawanan arah, kelompok yang turun lah yang harus di dahulukan, dan para pendaki yang sedang naik harus rela menepi dan sedikit bersabar menunggu mereka lewat.

Apa alasannya? Karena menurut pandangan saya, biasanya mereka yang turun seringkali melangkah dengan cepat dan agak tergesa-gesa, bahkan kadangkala seringkali sambil berlari, sehingga sangat rentan bertabrakan dengan mereka yang sedang naik, atau parahnya bisa menimbulkan kecelakaan yang berakibat fatal.

Namun, itu hanya sebatas pendapat dan pandangan saya saja, yang saya pelajari dari pengalaman mendaki bersama dengan kawan yang sudah cukup berpengalaman di dunia pendakian. Dan setelah melakukan riset dengan membaca tulisan-tulisan yang dibuat oleh para petualang profesional, saya kemudian menjadi tahu, ternyata pendapat saya itu benar-benar salah!

Jadi menurut aturan umum pendakian, seharusnya para pendaki yang sedang naik lah yang harus diutamakan dan lebih berhak untuk menggunakan jalur lebih dulu dibanding mereka yang sedang turun gunung.

Seperti yang telah sedikit saya bahas di atas, saat dua kelompok pendaki berpapasan (pendaki yang sedang naik dan pendaki yang sedang turun gunung), kelompok yang lebih berhak untuk menggunakan jalur adalah pendaki yang sedang naik.

Menurut sumber yang saya baca, alasannya karena pendaki yang sedang naik memiliki jarak dan sudut pandang yang lebih sempit terhadap jalur di depannya, apalagi jika jalur yang harus dilalui punya kemiringan yang cukup ekstrem, otomatis jarak dan sudut pandang untuk melihat jalur di depan akan semakin sempit.

Bandingkan dengan mereka yang sedang turun, mereka jelas-jelas punya pandangan yang lebih luas untuk melihat seperti apa kondisi jalur yang akan dilalui di depan, karena letak jalur yang berada di bawah posisi mereka.

Selain itu, para pendaki yang sedang naik biasanya sedang berada dalam kondisi yang cukup repot dan melelahkan atau bahkan sedang kepayahan, sehingga mood mereka akan mudah memburuk manakala tiba-tiba harus menghentikan langkah karena ada pendaki lain yang sedang turun dengan tergesa-gesa.

Jadi jika sedang turun gunung lalu kemudian kita berpapasan dengan para pendaki yang sedang naik, alangkah baiknya untuk menghentikan langkah sejenak, berikan mereka ruang yang luas untuk menyelesaikan perjuangan menapaki tanjakan tersebut.

Kemungkinan untuk memakai jalur terlebih dahulu bisa dilakukan hanya jika mereka yang sedang naik memberikan lampu hijau kepada kita untuk lewat lebih dahulu, karena misal mereka ingin berhenti sejenak ditengah tanjakan untuk sekedar mengambil nafas, atau mungkin mereka enggan jadi tontonan saat sedang kepayahan menapaki tanjakan terjal, hehe.

Berpapasan dengan Pendaki yang Berjalan Searah

Sedangkan, untuk situasi yang berbeda, misalnya kita ingin menyalip pendaki di depan yang sama-sama sedang naik atau turun gunung, alangkah baiknya beritahukan dulu keberadaan diri kita sesaat sebelum mulai coba merangsek ke depan.

Jangan seenaknya nyelonong begitu saja, sekedar menyapa atau bilang "permisi" rasanya tak terlalu sulit untuk dilakukan. Dengan begitu, semua pendaki akan merasa senang dan nyaman, serta tak ada pihak yang merasa dirugikan. Jika ada niatan untuk nyelonong langsung menyalip, coba pikirkanlah jika misalnya kita berada dalam posisi mereka yang akan kita salip, tentu akan sangat menjengkelkan jika tiba-tiba ada pendaki yang nyelonong serudak-seruduk dari belakang kita tanpa bilang permisi.

***

Etika ini sangat penting untuk dipelajari terutama jika kita pergi mendaki dengan jumlah kelompok yang cukup banyak. Saat mendaki dengan rombongan yang cukup banyak, meski sedang melewati jalur yang cukup luas, cobalah untuk selalu berjalan dengan membentuk satu barisan, jangan seenaknya memenuhi jalur, sehingga menghambat pendaki lain yang akan lewat.

Jika satu waktu grup pendakian yang berisi banyak anggota berpapasan dengan pendaki yang berjalan seorang diri, sudah sepantasnya jika pendaki yang hanya seorang itu mengalah untuk menepi dan memberikan jalan kepada rombongan yang berisi lebih banyak orang untuk lewat.

Satu hal yang perlu diingat, jika kamu ragu-ragu dan masih bingung untuk menerapkan etika ini, cobalah untuk memperlakukan pendaki lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan oleh mereka. Lihatlah situasi dan kondisi dengan pandangan yang bijak, jangan bersikap egois dan ingin enak sendiri sampai-sampai membuat pendaki lain merasa tak enak hati. Selalu berusaha untuk menghormati, menghargai, dan saling berbagi tentu akan menimbulkan suasana damai di tengah dunia pendakian yang semakin ramai ini.


Itu saja yang bisa saya bahas, mudah-mudahan ada manfaatnya untuk kawan-kawan semua. Selalu utamakan keselamatan dalam setiap pendakian, dan selalu berusaha untuk tidak meninggalkan jejak, salam lestari!

Kamis, 10 Desember 2015

Selamat Hari Gunung!


International Mountain Day atau Hari Gunung se-Dunia diperingati setiap tanggal 11 Desember. Perayaan ini diprakarsai oleh pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 2003. Tujuan utamanya, agar semua warga dunia memahami betapa pentingnya pengelolaan gunung yang bersifat berkelanjutan. Kini, FAO sebagai salah satu organisasi PBB diberi mandat memimpin perayaan ini setiap tahunnya.

Perayaan hari gunung sedunia selalu memiliki tema yang berbeda setiap tahunnya. Tema-tema yang dipilih selalu menyangkut pengembangan gunung secara berkelanjutan untuk memberikan kesejahteraan khususnya pada masyarakat yang hidup di sekitar gunung.


Tahun ini tema yang dipilih oleh FAO adalah "Promoting mountain products for better livelihoods". Tema ini menyuarakan agar pengelolaan peroduk-produk dari gunung (khususnya hasil pertanian) seperti kopi, cokelat, madu, dll bisa dikemas dengan lebih berkualitas dan dipasarkan dengan lebih baik, agar mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi banyak manusia.

Selain itu, produk-produk lain yang berhubungan dengan gunung seperti sektor pariwisata juga ikut disoroti, Jika dikelola dengan lebih baik dan berbasis ramah lingkungan, kegiatan pariwisata gunung seperti pendakian, panjat tebing, paragliding, sepeda gunung dan pariswisata lainnya bisa mendatangkan kesejahteraan untuk masyarakat sekitar sekaligus tidak merusak ekosistem gunung itu sendiri.

Dengan adanya perayaan ini, semoga kita bisa lebih menghargai, mencintai, dan ikut aktif memelihara keindahan dan kelestarian gunung-gunung yang ada di Indonesia.

Selamat Hari Gunung! Semoga gunung Indonesia tetap lestari selamanya!

Menjadi Pendaki yang Bertanggungjawab


Seorang remaja tanggung terlihat berjalan dengan langkah gontai di ujung tanjakan curam yang cukup panjang, rasa lelah yang sudah hampir mencapai batas terlihat jelas dalam ekspresi raut wajahnya. Namun ada sedikit rasa lega yang nampak ia rasa sesaat setelah tiba di shelter peristirahatan.

Seperti seekor elang yang sedang kelaparan, ia edarkan pandangan ke setiap penjuru shelter yang berisi banyak kawanan pendaki yang sedang beristirahat. Beberapa detik kemudian, ia berhasil menemukan apa yang dicari, dengan langkah yang masih agak gontai, segera saja ia berjalan menghampiri temannya yang sejak tadi sudah lebih dulu beristirahat di tempat ini.

Joni (bukan nama sebenarnya) yang tampak sudah sangat kepayahan, langsung mendaratkan pantatnya di permukaan tanah datar tempat dimana temannya beristirahat. Tempat itu cukup teduh dan nyaman karena terlindung oleh tanaman khas kawasan dekat puncak pegunungan yang  membentuk semak belukar di sekitar.

Robi (juga bukan nama sebenarnya) yang sejak tadi memang menunggu Joni, kemudian menawarkan sebotol air yang tinggal terisi setengah. Dengan sigap, Joni pun segera menyambar botol air tersebut. Tanpa aba-aba, ia langsung menghabiskan air dalam botol dalam sekali tegukan yang Nampak menyegarkan.

Beberapa saat kemudian, entah apa yang ada di pikiran Joni, mungkin dia lelah, atau mungkin sedang galau, setelah meminum habis air yang tersisa dalam botol, dengan wajah tak berdosa, kemudian ia melempar begitu saja, sampah botol plastik tersebut ke arah semak belukar. Melihat kelakuan temannya tersebut, kontan Robi marah.

 “Eh, kampret! Seenaknya aja lo buang sampah sembarangan! Ambil lagi cepet! Malu-maluin aja!
Kaget melihat reaksi temannya yang tiba-tiba marah, Joni yang nampaknya memang lebih junior dari Robi, kemudian dengan cepat segera mengambil kembali sampah yang barusan ia buang dengan seenaknya. Kemudian dengan ekspresi agak malu, Joni segera meminta maaf pada Robi atas kesalahan yang ia perbuat.

Secuil cerita di atas saya saksikan secara langsung saat sedang beristirahat di sebuah shelter dekat Goa Walet pada jalur pendakian Gunung Ciremai. Melihat adegan ini, saya jadi senyum-senyum sendiri, teringat pengalaman yang sama saat dulu dimarahi seorang pendaki senior karena membuang sampah dengan seenaknya.

Cerita ini juga kemudian menjadi bahan renungan bagi saya, betapa masih banyak pendaki-pendaki nakal serupa Joni yang tega mengotori gunung dengan perbuatan-perbuatan bodohnya, betapa masih tipis lapisan kepedulian kita pada upaya untuk menjaga kelestarian alam.

***

Melihat fakta yang ada, saya bisa bilang, sekarang ini, mendaki gunung telah menjadi cukup mudah untuk dilakukan oleh siapa saja. Dengan kondisi dimana banyak hal yang kini telah menjadi serba mudah, terutama untuk akses informasi dan transportasi, asalkan ada uang, ada peralatan, ada waktu, dan ada kemauan, rasanya, kini siapa pun bisa dengan mudah pergi untuk mendaki gunung.

Dan seperti apa yang kita bisa lihat bersama, animo masyarakat terhadap kegiatan mendaki gunung, kian hari kian tinggi, setiap akhir pekan, gunung-gunung kini dipenuhi banyak pengunjung. Hal ini tentu menjadi fenomena yang sangat positif untuk perkembangan dunia pariwisata negeri ini, khususnya wisata minat khusus petualangan. Pemerintah dan masyarakat setempat sangat diuntungkan dengan tingginya animo masyarakat terhadap kegiatan pendakian gunung. Namun, disamping dampak positif yang dibawa, ada pula hal-hal negative yang harus menjadi perhatian kita bersama.

Karena berbagai kemudahan itu, justru kini semakin banyak orang yang mendaki dengan asal, tanpa peduli pada tanggungjawab yang harus diemban oleh setiap pendaki gunung yang berposisi sebagai tamu di alam bebas, baik itu tanggungjawab terhadap diri sendiri, orang lain, maupun alam sekitar.


Di satu waktu, saya pernah bertemu beberapa orang pendaki yang tampak tidak mempersiapkan kebutuhan perbekalan dengan baik. Mereka terlihat sangat bingung karena kehabisan persediaan air di tengah perjalanan. Akhirnya, karena terpaksa, mereka kemudian memberanikan diri meminta persediaan air pada pendaki lain. Beruntung saat itu ada pendaki lain yang meski terlihat agak sedikit kesal, namun dengan baik hati rela membagi persediaan airnya.

Kemudian, di lain waktu, saya sempat harus meminjamkan peralatan memasak kepada sekawanan pendaki yang saat itu meminta bantuan. Entah apa sebabnya, saat itu mereka membawa banyak bahan makanan, namun tidak membawa peralatan memasak. Saya yang saat itu hendak berniat memasak air untuk menyeduh kopi, akhirnya memilih menunda keinginan tersebut dan meminjamkan peralatan memasak saya, karena kasihan melihat mereka yang nampak kelaparan.

Heran juga melihat kejadian-kejadian seperti ini, bukan bermaksud untuk menyerang kelompok tertentu, namun saya pikir mereka kurang memahami tentang betapa pentingnya persiapan saat hendak melakukan pendakian, sehingga kemudian teledor melakukan kesalahan-kesalahan tersebut, yang akhirnya berujung merepotkan pendaki lain.

Beruntung karena masih ada pendaki lain yang masih mau menolong, coba bayangkan kalau tidak ada yang bisa dimintai pertolongan, sudah pasti bakal sengsara, celaka, dan parahnya bisa saja sampai membahayakan keselamatan.

Contoh kasus lain, di satu waktu, sesaat setelah sampai di sebuah puncak gunung, saya agak miris juga melihat berlembar-lembar kertas yang ditinggalkan berserakan begitu saja di sembarang tempat. Sebagian anda yang terbang diangkasa karena tertiup angin kencang.

Alasannya mungkin saja karena mereka menganggap kertas adalah sampah organik yang mudah diurai oleh alam, sehingga dengan seenaknya bisa ditinggalkan begitu saja. Namun, apapun alasannya, yang namanya sampah, tetaplah sampah bung!

Pertama, sampah kertas itu jelas-jelas telah berkontribusi mengotori pemandangan alam sekitar, dan yang kedua, kertas bertulis tersebut adalah bawaan manusia, meski statusnya adalah bahan organic, perlu untuk diingat, setiap barang yang kita tinggalkan sedikit banyak akan berpengaruh terhadap lingkungan alam sekitar.

 Contoh absurdnya, misalkan gara-gara banyak kertas berserakan, sekawanan babi hutan kemudian tergiur untuk coba memakannya, dan lalu mereka jadi ketagihan, akhirnya si babi tak mau lagi makan makanan yang ada di hutan, karena dia cuma mau makan kertas. Saat itu terjadi, berarti kita telah ikut berperan memberi dampak buruk pada ekosistem alam liar. Betapa setiap hal yang kita tinggalkan akan selalu memberi dampak pada alam. Always leave nothing but footprints, guys!

Untuk kasus pendaki yang malas membawa turun sampahnya, saya memang tidak pernah melihat secara langsung adegan pendaki yang dengan sengaja sedang meninggalkan sampahnya begitu saja. Namun, dengan melihat bukti berupa onggokan-onggokan sampah yang banyak bertebaran di shelter-shelter pendakian saja, saya bisa menyimpulkan bahwa pendaki tak bertanggungjawab seperti ini masih banyak berkeliaran di luar sana.

Jika kelakuan-kelakuan tak bertanggungjawab seperti itu terus mendapat pembiaran, akan jadi seperti apa wajah dunia pendakian di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan? Akan serusak apa gunung-gunung Indonesia dalam beberapa tahun ke depan?

Saya yakin, tak ada satupun pendaki yang tak pernah melakukan kesalahan, semua orang berawal dari menjadi pemula, dan saat itu, kita pasti banyak melakukan kesalahan. Namun, dari sana kita bisa belajar untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih bertanggungjawab, minimal terhadap diri kita sendiri dulu lah. Jangan sampai, kesalahan yang kita buat saat melakukan persiapan malah merugikan orang lain dan membahayakan keselamatan diri kita.

Kemudian, sebagai seorang penikmat alam yang baik, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk sama-sama menjaga kelestarian alam. Upaya yang dilakukan bisa dimulai dari hal sederhana seperti tidak ikut menyumbang sampah atau kerusakan pada gunung-gunung yang kita daki.


Dari mendaki gunung, kita mendapat banyak manfaat, entah itu berupa pengalaman menyenangkan, kenangan-kenangan manis, atau banyak pelajaran berharga, yang jelas gunung sudah banyak berbuat baik kepada kita. Jika gunung saja sudah demikian banyak berbuat baik pada kita, lalu apakah kita sudah berbuat baik juga terhadap gunung-gunung yang kita daki?

***

Sedikit ulasan tentang prinsip leave no trace


Sedikit banyak, aktivitas manusia yang dilakukan di alam bebas tentu akan menghasilkan dampak yang menimbulkan perubahan, yang terjadi seringnya merupakan perubahan buruk yang menjurus kepada kerusakan. Berangkat dari isu tersebut, demi meminimalisir dampak yang dihasilkan, para penggiat alam bebas dunia kemudian menciptakan aturan atau etika berkegiatan di alam bebas yang dikenal dengan prinsip Leave no Trace.

Menurut Wikipedia, Leave no Trace merujuk pada sekumpulan etika berkegiatan di alam bebas yang mendukung upaya konservasi kelestarian alam. Etika-etika ini terbagi kedalam 7 prinsip dasar.

  1. plan ahead and prepare,
  2. travel and camp on durable surfaces,
  3. dispose of waste properly,
  4. leave what you find,
  5. minimize campfire impacts,
  6. respect wildlife,
  7. be considerate of other visitors.

Ketujuh poin di atas biasa diterapkan oleh para pelaku aktivitas yang berhubungan langsung dengan alam bebas, termasuk aktivitas pendakian gunung.

Seorang penggiat alam yang baik akan selalu menjadikan ketujuh prinsip di atas sebagai bekal utama saat hendak melakukan aktivitas di alam bebas, yang dalam konteks tulisan ini saya khususkan pada aktivitas mendaki gunung.

Jika semua penggiat alam di Indonesia telah menerapkan ketujuh prinsip dasar tersebut dengan sangat baik, saya percaya, kerusakan yang ditimbulkan oleh para petualang terhadap gunung-gunung indah di negeri ini akan dapat diminimalisir, sehingga kelestariannya tetap dapat terjaga hingga bisa dinikmati pula oleh beberapa generasi setelah kita.

Demi terjaganya kelestarian alam Indonesia, mari bersama-sama berusaha untuk menjadi pendaki bertanggungjawab yang selain memahami berbagai pengetahuan dan kemampuan dasar mendaki gunung, juga peduli pada upaya menjaga kelestarian alam. Karena jika bukan kita, siapa lagi mau peduli?

Semoga bermanfaat, salam rimba!

Selasa, 08 Desember 2015

11 Alasan Jangan Mendaki Gunung Papandayan


Gunung Papandayan terkenal sebagai salah satu gunung dengan pemandangan terindah yang ada di Indonesia. Dengan fakta tersebut, tak heran setiap minggunya, gunung ini dikunjungi banyak pendaki, baik lokal maupun mancanegara.

Namun, meski memiliki banyak keunggulan dengan ragam panorama indah yang dimiliki, bagi sebagian orang, gunung ini jelas-jelas sangat tak menarik untuk didaki. Berikut 11 alasan kenapa sebaiknya jangan mendaki Gunung Papandayan.

1. Sedikit tanjakan terjal dengan banyak bonus sepanjang jalur, takkan memberi tantangan yang kamu inginkan


Jika kamu termasuk tipe petualang yang suka dengan tantangan, jangan harap akan menemukan sensasi petualangan yang menantang di sepanjang trek pendakian Gunung Papandayan. Dengan jalur yang landai, bersahabat, sedikit tanjakan, dan banyak bonus, Papandayan akan terlalu mudah untuk kamu hadapi. Maka dari itu, jika kamu bukan pemula atau pendaki yang senang dengan jalur santai, lebih baik jangan mendaki gunung ini.

2. Foto selfie dengan latar sekumpulan pohon mati bukan gaya kesukaanmu

A photo posted by Silvia Fransiska (@silviafr2109) on

Bagi kebanyakan orang, berfoto di hutan mati menjadi hal yang wajib dilakukan saat berkunjung ke Papandayan. Berfoto selfie dengan latar pohon-pohon mati sisa letusan terakhir gunung ini, menjadi hal menarik yang sering dilakukan banyak orang.

Jika menurutmu hal seperti ini terlalu biasa untuk dilakukan, dan benar-benar bukan gayamu, tak perlu repot-repot berkunjung ke Papandayan, lebih baik cari destinasi lain yang punya panorama yang sesuai dengan gayamu.

3. Fasilitas seperti toilet umum dan warung-warung kecil bukan hal yang ingin kamu temui di gunung


Karena biasanya di gunung tak ada warung nasi atau minimarket untuk dikunjungi, membawa semua bahan makanan dan perbekalan adalah satu hal wajib untuk dilakukan saat hendak pergi mendaki. Karena uang menjadi tak bernilai lagi di tengah belantara sana. Namun di Papandayan, suasananya akan sangat berbeda, ada warung-warung kecil yang bertebaran di sekitar tempat berkemah. Di warung-warung ini, uang yang kamu bawa akan sangat berguna untuk membeli makanan dan minuman yang lumayan mewah untuk ukuran jajanan pendaki.

Saat ingin buang air di tengah hutan, biasanya kamu harus mencari semak belukar untuk menggali lobang dan hanya bisa mengandalkan tissue untuk keperluan bersih-bersih. Namun di sini, toilet umum dan sumber air melimpah juga tersedia untuk memanjakan para pengunjung.

Jika kemudahan-kemudahan fasilitas seperti ini bukan hal yang ingin kamu temukan di gunung, lebih baik kamu cari gunung lain untuk didaki.

4. Kamu bukan tipe orang yang suka melihat keramaian dengan banyak pendaki cantik hilir mudik di depan tenda


Ada banyak sekali pendaki yang datang ke Papandayan di setiap akhir pekan. Tempat parkir awal akan berubah jadi seperti pasar dengan banyak pengunjung hilir mudik dan pedagang yang menjajakan berbagai barang dagangannya. Jalur pendakian akan ramai, dan di pondok saladah (tempat berkemah utama), ratusan tenda pendaki akan memadati setiap penjurunya.

Jika kamu termasuk tipe pendaki yang pergi ke gunung untuk mencari ketenangan dan suasana damai, jangan harap mendapat apa yang kamu inginkan di Papandayan. Riuh ramai obrolan dan teriakan pendaki akan terdengar di malam hari. Paginya, saat sedang menikmati secangkir kopi di depan tenda, akan banyak pendaki cantik yang hilir mudik kesana kemari.

Jika tetap ingin mendaki gunung ini, dengan harapan mendapat suasana yang lebih damai, jangan mendaki di akhir pekan atau tanggal merah, pilihlah waktu pendakian di hari biasa.

5. Kawah yang mengepulkan asap berbau tak sedap sungguh sangat mengganggumu

A photo posted by Oktavianti Permatasari (@otakuvee) on

Tak suka dengan bau sulfur yang menyengat? Jangan sekali-kali pergi mendaki ke Papandayan. Pasalnya, di awal jalur pendakian, kamu harus melewati kawasan kawah papandayan yang tak henti-henti mengepulkan asap belerang yang tentu saja akan mengganggu pernafasan. Solusi yang bisa kamu lakukan, mungkin dengan membawa penutup hidung seperti masker, slayer atau buff.

6. Bunga edelweiss bukan bunga favoritmu


Gunung Papandayan terkenal sebagai salah satu tempat terbaikuntuk melihat vegetasi bunga edelweiss jawa yang sudah sangat langka. Dan tempat terbaik untuk melihat vegetasi bunga ini adalah kawasan Tegal Alun dan sekitar pondok Saladah.

Bagi kamu yang tak suka bunga edelweiss, vegetasi bunga edelweiss yang bertebaran di berbagai tempat tentu akan terasa sangat mengganggu pemandangan.

7. Akses jalan yang bagus serta lokasi Papandayan yang tak jauh dari kota tampak terlalu mudah untuk dicapai olehmu


Jika kamu mendambakan perjalanan seru nan menantang sejak awal perjalanan, lebih baik cari destinasi gunung lain yang cukup sulit untuk dijangkau. Karena untuk mencapai gunung ini, kamu tak bakal butuh usaha yang terlalu sulit.

Meski jalannya cukup menanjak dan berkelok, akses jalan yang cukup dekat dari kota serta kualitas permukaan jalan yang cukup baik akan mudah dilalui oleh kendaraan bermotor.

Bagi kamu yang mendamba petualangan menaiki kendaraan melewati jalanan terjal, perjalanan menuju gunung Papandayan tentu akan menjadi sangat membosankan.

8. Udara malam yang sangat dingin sering mengganggu tidur nyenyakmu


Siang hari di Papandayan bakal terasa sangat panas, apalagi jika kamu berada di kawasan sekitar kawah yang tandus. Namun, saat malam datang, jangan berharap kamu akan mendapat udara hangat yang bersahabat. Jika tak membawa kantong tidur berkualitas bagus, kamu harus siap-siap untuk tidur sambil menggigil karena dingin yang keterlaluan.

9. Pemandangan jutaan bintang di langit malam sama sekali tak menarik bagimu


Saat cuaca kebetulan sedang cerah, bersiaplah untuk menyaksikan pemandangan jutaan bintang yang menghiasi langit malam. Untuk para fotografer yang suka memotret keindahan langit malam, pemandangan ini tentu akan sangat dinanti. Tapi bagi kamu yang tak suka dengan langit malam, hal ini tentu takkan jadi sesuatu yang menarik dari gunung ini.

10. Kamu punya alergi dengan pemandangan sunrise yang mempesona


Jangan sekali-kali memaksakan diri bangun pagi kemudian berlari menuju hutan mati hanyak untuk sekedar menanti matahari terbit. Karena pemandangansunrise di hutan mati benar-benar sangat mempesona. Saking mempesonanya, kamu yang punya alergi mungkin bakal jadi gatal-gatal dan ingin muntah saat melihatnya.

11. Mengunjungi tempat mainstream bukan gaya traveling-mu


Sudah bukan rahasia lagi, kalau saat ini gunung Papandayan adalah salah satu destinasi yang statusnya sudah terlalu hits dan sangat mainstream untuk dikunjungi. Foto-foto di gunung ini sudah terlalu banyak bertebaran di media social, berfoto di gunung ini untuk kemudian diunggah di media sosial, tak bakal membuat banyak orang kagum padamu. Apalagi kalau kamu termasuk tipe traveler yang anti-mainstream, sudah pasti Gunung Papandayan tak perlu masuk ke dalam itinerary petualanganmu.

Senin, 07 Desember 2015

8 Petualangan Luar Biasa yang Bisa Kamu Lakukan di Tasikmalaya

photo from erikrachmat.blogspot.co.id
Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan Priangan Timur Jawa Barat, bagi mereka yang tidak berdomisili di Jawab Barat, nama kota ini mungkin masih terdengar agak asing di telinga.

Setelah beberapa tahun tinggal di Tasikmalaya, kini saya telah mengenal lebih dekat dan kemudian menjadi tahu ternyata kota ini sangat cocok untuk dikunjungi oleh para traveler berjiwa petualang, karena memiliki banyak lokasi wisata petualangan yang masih jarang dikenal orang.

Misalnya kawasan di sekitar gunung Galunggung yang menawarkan banyak ragam aktivitas petualangan  dengan berbagai keindahan alam yang tersaji. Atau di daerah selatan yang berupa kawasan karst, tersimpan keindahan-keindahan alam bawah tanah nan menakjubkan yang sangat cocok untuk dijadikan arena petualangan susur gua.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa saja yang bisa kamu lakukan saat menyambangi kota Tasikmalaya, berikut ini ulasan singkat tentang 8 petualangan luar biasa yang bisa kamu lakukan di Tasikmalaya.

1.Menjelajahi keindahan pemandangan bawah tanah lewat petualangan susur guadi kawasan karst selatan Tasikmalaya

A photo posted by ridwan ewek (@ridwannasrullah) on

Bagi para pecinta susur gua, Tasikmalaya sudah dikenal sebagai salah satu destinasi tujuan favorit untuk bertualang menjelajahi kegelapan perut bumi. Bahkan beberapa waktu lalu, menurut berita yang saya baca, seorang Nadine Chandrawinata pun sempat menjajal petualangan susur gua di selatan Tasikmalaya.

Yang paling favorit tentu saja Gua Bojong, sebuah system gua vertical yang juga merupakan sungai bawah tanah. Meski jalur masuknya cukup sempit untuk dilalui, namun setelah masuk ke dalam, kamu akan menemui sebuah chamber yang cukup luas dengan keindahan tekstur gua yang sangat megah. Selain Gua Bojong, masih banyak gua-gua lain yang bisa dijajal, beberapa diantaranya bahkan belum terjamah dan terpetakan.

2. Menyusuri keindahan pesisir selatan Tasikmalaya

A photo posted by TASIKMALAYA (@exploretasikmalaya) on

Meski semakin hari kondisinya malah semakin rusak karena maraknya aktivitas penambangan pasir besi, namun pesisir selatan Tasikmalaya masih menyimpan keindahan alam yang sangat layak untuk dijelajahi. Banyak pantai indah yang bisa ditelusuri, beberapa diantaranya seperti pantai Sindangkerta di kecamatan Cipatujah dan pantai Karang Tawulan di Cikalong yang menjadi favorit banyak pelancong.

3. Camping ceria di pinggiran kaldera Gunung Galunggung


Mau camping ceria tanpa perjalanan jauh dan melelahkan? Gunung Galunggung sangat layak dijadikan tujuan. Letaknya yang tak jauh dari pusat kota dengan akses jalan yang terbilang bagus bakal memudahkan kamu untuk sampai kawasan wisata Galunggung. Di parkiran, banyak terdapat warung yang menjajakan beragam makanan yang bisa dibawa sebagai perbekalan. Berikutnya, kamu cukup menaiki anak tangga yang lumayan panjang untuk bisa sampai di bibir kaldera Galunggung.

Jika ingin menikmati keindahan lampu kota yang berkilau di kegelapan malam, bibir kawah yang posisinya berada di atas kawah sangat cocok dijadikan tempat berkemah. Namun perlu diingat, jika berkemah di sana, kamu harus siap merasakan hembusan angin gunung yang berhembus dengan kencang.

Sedangkan jika ingin menikmati suasana berkemah di pinggiran danau, atau ingin menghindari hembusan angin gunung secara langsung, silahkan turun dan berkemah di dasar kawah. Jika cuaca sedang bagus, langit malam dengan gemerlap bintang bisa kamu nikmati sambil bersantai di depan tenda.

4. Menjajal trek MTB dengan pemandangan alam nan indah


Bagi para pecinta sepeda gunung, Tasikmalaya juga terkenal punya banyak pilihan rute downhill atau uphill yang cukup menantang, salah satunya adalah trek dari Karaha menuju Talaga Bodas yang berada di perbatasan dengan kota Garut. Saat menjajal trek ini, jangan kaget jika kamu bakal dimanjakan dengan pemandangan indah dan udara segar khas kawasan hutan pinus.

Alternatif lain untuk kegiatan sepeda gunung bisa dilakukan di JPN (Jalur Pinus Negla). Jalur satu ini memang masuk wilayah kabupaten Ciamis, namun cukup dekat untuk dijangkau dari pusat kota Tasikmalaya. JPN menawarkan rute sepeda gunung di tengah kawasan hutan pinus kaki Gunung Sawal.

5. Eksplor curug-curug indah di penjuru Tasikmalaya


Beberapa kali kawan saya sempat mengajak untuk pergi mengeksplor curug-curug indah yang ada di sekitar Tasikmalaya, namun, karena tak tertarik, ajakan itu berkali-kali pula saya tolak. Dan setelah melihat foto-foto perjalanannya, Sial! Maki saya, menyesal karena tak mengiyakan ajakan tersebut.
Tasikmalaya ternyata punya banyak air terjun indah yang sangat layak untuk dijelajahi.

Di daerah Cikatomas banyak terdapat air terjun seperti curug Cikoja dan curug Dengdeng yang cocok untuk dinikmati sambil bertualang. Belum lagi di daerah Cisayong ada beberapa curug yang punya panorama mengagumkan seperti curug Putih. Ada juga curug Ciparay yang sangat menyejukkan hati.

6. Rafting dan kayaking di sungai Ciwulan dengan jeram-jeram yang menantang

A photo posted by Nanang Kuswara (@nanang.kuswara) on

Bagi penyuka olahraga arus deras (ORAD), Tasikmalaya juga punya aliran sungai yang sangat cocok dijadikan arena rafting, yakni sungai Ciwulan. Dengan tingkat kesulitan di level 2, dan jarak tempuh kurang lebih 16 km dengan waktu tempuh 3-5 jam, rafting di sungai Ciwulan sangat layak dijajal para pemula sekalipun. Namun demi mencegah hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan, kegiatan rafting di sungai ini lebih baik didampingi para pemandu berpengalaman yang professional.

7. Menjelajah puncak Gunung Galunggung yang jarang didatangi orang

Banyak orang yang salah mengira jika puncak galunggung terletak di bagian bibir kaldera yang dapat dengan mudah dijangkau dari pusat kota Tasikmalaya. Padahal dari bibir kaldera, jelas-jelas bisa dilihat dinding seberang kawah yang punya ketinggian lebih menjulang, disanalah letak puncak Galunggung yang sebenarnya.

Untuk menuju puncak, tidak ada jalur aman yang bisa dilewati dari bibir kawah, melainkan harus dimulai dari bagian belakang gunung yang berdekatan dengan kawah Talaga Bodas. Menurut informasi terbaru yang saya dapat, jalur menuju puncak Galunggung kini telah berubah menjadi sangat liar dan tak jelas, karena memang jalur tersebut sangat jarang dilewati orang.

Demi keamanan dan menghindari bahaya tersesat di belantara, jika ingin mencapai puncak Galunggung, lebih baik ditemani warga local atau teman yang telah berpengalaman mendaki puncak gunung Galunggung yang bernama puncak Beuti Canar.

8. Memacu adrenalin dengan berlatih Rappeling dari atas Jembatan Cirahong


Dibangun sejak tahun 1893, Jembatan Cirahong yang saat itu didirikan oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda, hingga kini masih tetap berdiri kokoh dengan gagahnya. Fungsi jembatan ini sebenarnya sebagai lintasan kereta api jalur selatan pulau Jawa. Namun, di bawah perlintasan rel kereta apinya, jembatan ini juga bisa dilalui oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4 dengan system tutup buka. Jembatan Cirahong sering dijadikan jalur alternative transportasi antara Ciamis dan Tasikmalaya.

Selain 2 fungsi di atas, jembatan ini juga punya fungsi lain yang tak kalah menarik, yakni sebagai arena berlatih Rappeling bagi kelompok-kelompok pecinta alam dan petualang di sekitar Ciamis dan Tasikmalaya.

Dengan tinggi total dari atas bantalan rel hingga dasar sungai yang mencapai lebih dari 50 meter, jembatan ini sangat cocok untuk jadi arena latihan rappelling yang tentu saja bakal sangat menguji nyali. Selain itu, jika saat melakukan rappelling tiba-tiba kebetulan ada kereta lewat, guncangan dari atas jembatan yang perlahan merambat pada tali-temali tentu akan menambah sensasi tersendiri yang bakal semakin memacu adrenalin.


Selalu utamakan keselamatan dan jangan lupa untuk tidak meninggalkan jejak saat bertualang di alam bebas. Semoga bermanfaat, salam lestari!

Rabu, 02 Desember 2015

10 Foto Indah Para Pendaki Cantik Indonesia

photo from @rinaputri_
Sebagai bentuk apresiasi kepada para pendaki cantik yang belakangan semakin aktif meramaikan dunia pendakian Indonesia, kali ini Blue Tripper telah memilih 10 foto indah yang diharapkan dapat menginspirasi para wanita lainnya untuk mulai coba mendaki gunung-gunung indah yang ada di negeri ini.

Karena mereka wanita, karena mereka pendaki, dan karena mereka berani, gunung-gunung di negeri ini menjadi lebih indah dan berwarna dengan kehadiran mereka.


A photo posted by Rina Putri Pangestu (@rinaputri_) on


A photo posted by Silmi Roly Retina (@silmirolyr) on






A photo posted by J E T (@rezadiasjetrani) on

Terus mendaki, terus berekspresi, dan terus cintai keindahan alam Indonesia dengan menjadi pendaki yang bertanggungjawab terhadap diri sendiri, orang lain, dan khususnya alam sekitar. Salam lestari!