Selasa, 09 Februari 2016

Tips Mengatasi Insomnia saat Berkemah


Kata orang, salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan insomnia adalah pergi berkemah dan tidur dekat dengan alam bebas. Bagi sebagian orang, cara ini mungkin sangat efektif dan sukses menyembuhkan insomnia yang mereka derita, namun ternyata tidak bagi saya.

Disaat kawan-kawan saya dengan mudahnya langsung terlelap karena lelah setelah melakukan perjalanan berat, saya malah kesulitan untuk segera memasuki alam mimpi, padahal saya sama lelahnya dengan yang lain, tubuh saya sudah minta untuk segera diistirahatkan, namun tetap saja saya selalu terjaga.

Entah apa yang menjadi penyebab insomnia yang saya derita, bisa jadi karena kebiasaan minum kopi dan merokok, atau mungkin karena otak saya tak pernah lelah memikirkan hal-hal yang tak penting, entahlah. Yang pasti, masalah insomnia ini makin lama makin terasa mengganggu dan kadangkala sangat merugikan diri saya sendiri.

Beragam cara telah coba saya lakukan, mulai dari mengurangi asupan cafein dan nikotin dari kopi dan rokok, mendengarkan musik relaksasi, mebuat tempat tidur senyaman mungkin, hingga memaksa teman untuk bercerita sepanjang malam, namun hasilnya tetap nihil, saya selalu jadi orang terakhir yang tetap terjaga untuk mendengar dengkuran-dengkuran manja dari teman yang tidur setenda. Esoknya, saya iri melihat kawan-kawan yang bangun dengan muka lebih segar dan cerah karena cukup tidur, sementara muka saya malah terlihat kusut dan amburadul karena kurang tidur.

Karena merasa masalah insomnia ini sudah terlalu parah, saya kemudian mencoba untuk melakukan riset dan mencari tips-tips jitu untuk mengatasi masalah ini. Dan kebetulan, dari situs backpacker.com saya menemukan satu artikel yang berisi tips mengatasi insomnia saat sedang bertualang di alam bebas. Berikut 6 tips yang saya dapat dari artikel tersebut.

Perpanjang waktu perjalanan

Atur ulang itinerary yang telah kita susun, dan cobalah untuk memperpanjang waktu perjalanan. Semakin lama kita berjalan (apalagi jika medan yang dilalui cukup berat), akan semakin lelah pula tubuh kita. Paksakanlah untuk melakukan perjalanan selama 7-8 jam sehari. Dengan tubuh yang telah mencapai batas kelelahan maksimal, rasa kantuk tentu akan lebih mudah datang, dan tidur akan jadi lebih berkualitas.

Namun, jangan terlalu memaksakan, jika merasa tak terlalu kuat, sering-seringlah melakukan break untuk mengistirahatkan otot sejenak di tengah perjalanan. Dan setelah sampai di camp area, jangan langsung tidur begitu saja, rehatlah selama 1-2 jam sebelum tidur untuk makan dan minum secukupnya.

Pilihlah makanan yang kaya karbohidrat sebagai menu makan malam

Jika kamu sedang melakukan program diet, lupakan dulu program tersebut. Makanan kaya karbohidrat akan memenuhi kebutuhan glikogen dan mempercepat proses recovery otot-otot tubuh yang lelah setelah melakukan pekerjaan berat. Hal ini juga hampir pasti akan membuat tubuh kita merasa sangat lelah hingga rasa kantuk akhirnya datang, karena karbohidrat juga membantu produksi tryptophan (protein pemicu kantuk) pada otak. Namun, jangan hanya memakan makanan berkarbohidrat saja, tambahkan pula makanan lain yang mengandung protein.

Berinvestasilah dengan membeli alas tidur yang memberikan kenyamanan maksimal

Suka mendaki dengan teknik ultraligh hiking? Jangan terlalu memaksakan hingga mengurangi beban dengan tidak membawa alas tidur yang nyaman dan berkualitas. Alas tidur merupakan alat terbaik untuk mendapat kualitas tidur yang maksimal, maka dari itu, jangan ragu untuk membeli alas tidur yang berkualitas dan memberi kenyamanan maksimal.

Ganti pakaian yang kamu gunakan di perjalanan dengan pakaian khusus tidur

Terus terang, karena terlalu lelah, saat telah memasang tenda, saya seringkali malas mengganti baju dan tidur dengan pakaian kotor yang basah bercampur keringat. Dan hal ini ternyata menjadi salah satu penyebab sulit tidur. Jika memungkinkan, lebih baik mandi dulu sebelum mengganti pakaian. Tubuh yang bersih dan kering dengan pakaian baru yang bersih akan memberikan kenyamanan yang membantu kita untuk lebih cepat tertidur.

Bawalah penyumbat telinga (earplugs)

Meski terdengar damai dan menentramkan, suara alam kadangkala juga bisa sangat mengganggu. Apalagi jika kebetulan kita berkemah di area yang penuh dengan tenda pendaki lain. Kombinasi suara alam seperti lolongan binatang malam dan keriuhan yang dibuat pendaki lain bisa sangat mengganggu istirahat malam kita. Bawalah earplugs atau penyumbat telinga agar kita terhindar dari suara-suara yang mengganggu.

Jangan ngopi dan merokok

Kita semua tahu kalau nikotin dan caffein yang terkandung dalam rokok dan kopi termasuk kedalam zat stimulan yang akan membuat tubuh sulit merasakan kantuk dan enggan tidur. Maka dari itu, demi segera mendapatkan rasa kantuk dan mendapat kualitas tidur yang baik, cobalah untuk tidak mengkonsumsi kopi dan rokok.

Sialnya, meski tahu efek samping yang ditimbulkan, para perokok dan pecinta kopi seperti saya sangat sulit untuk tidak ngopi dan merokok, apalagi saat berkemah di gunung yang punya udara super dingin. Karena hal ini cukup sulit dijalankan, solusi yang bisa dilakukan mungkin dengan mencoba mengurangi dan membatasi asupan kopi yang kita minum dan jumlah rokok yang kita sulut. Cobalah untuk tidak ngopi dan merokok beberapa jam sebelum waktu tidur.


Itulah 6 tips mengatasi insomnia saat berkemah yang saya dapatkan dari sebuah artikel di backpacker.com. Efektif atau tidaknya, saya juga belum tahu pasti, karena beberapa diantaranya belum pernah saya coba. Jika kawan-kawan punya problem yang sama dengan apa yang saya alami, mari sama-sama mencoba melakukan tips-tips yang ada di atas, siapa tahu tips ini berhasil mengatasi masalah insomnia yang kita derita. Semoga bermanfaat, salam lestari!

Picture credit : www.pixabay.com

0 komentar:

Posting Komentar