Sabtu, 11 April 2015

Edelweiss yang Makin Habis


Bagi para pendaki yang telah sering menyapa puncak tertinggi gunung-gunung di Indonesia, pasti tak asing lagi dengan bunga abadi bernama anaphalis javanica, atau lebih populer dengan nama edelweiss jawa. Edelweiss jawa merupakan tumbuhan endemik zona alpina/montana pegunungan tinggi nusantara. Edelweiss ini termasuk kedalam kategori tumbuahan langka, dan kini populasinya telah semakin menipis. Bahkan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, edelweiss telah dinyatakan punah. Kini, bagi anda yang masih ingin melihat keindahan bunga edelweiss, kunjungilah tempat tempat ini : Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-alun Suryakencana (Gunung Gede), Alun-alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).


Mitos dan legenda tentang edelweiss sebagai bunga abadi dan lambang cinta kasih yang abadi, telah meyebar sejak dahulu kala, apalagi di kalangan para pendaki gunung. Karena mitos itu, tak heran, bunga ini banyak dicuri oleh tangan-tangan jahil untuk dijadikan cinderamata yang akan diberikan kepada sang kekasih setelah pulang dari pendakian. Proses mendapatkan bunga ini yang sulit (karena kebanyakan tumbuh di tebing-tebing dan bibir jurang), serta faktor kelangkaannya, membuat banyak orang yang mampu mendapatkan bunga ini merasa dirinya spesial, dan sangat bangga untuk memberikan bunga yang didapat dari hasil perjuangan kerasnya itu kepada sang kekasih. Dan hal itu bukan hanya dilakukan oleh satu dua orang saja, tapi ratusan bahkan ribuan. Akibatnya, populasi edelweiss kini semakin menyusut, dan lama kelamaan bisa saja populasinya benar-benar akan habis dan punah dari puncak-puncak gunung nusantara.


Usaha-usaha konservasi telah dilakukan berbagai pihak yang terkait, misalnya dengan memberikan larangan memetik bunga edelweiss dan melakukan razia-razia di tempat pendaki turun gunung. Namun usaha-usaha tersebut tak terlalu berpengaruh, masih banyak pendaki yang tetap ngeyel untuk memetik edelweiss dan berusaha menghindar dari razia petugas. Kurangnya kesadaran terhadap upaya pelestarian dan konservasi alam menjadi faktor pemicunya. Masih sangat banyak pendaki Indonesia yang mendaki gunung dengan tujuan hanyak untuk sekedar bersenang-senang tanpa mempedulikan kerusakan alam terjadi akibat pendakian yang dilakukannya. Semakin menipisnya populasi bunga edelweiss, banyaknya tumpukan sampah di jalur pendakian, tercemarnya sumber air bersih, serta rusaknya pepohonan di kawasan camp area, menjadi bukti nyata yang menggambarkan betapa masih kurangnya kesadaran para pendaki terhadap kelestarian alam pegunungan.
Sekeras apapun usaha pihak-pihak terkait dalam melakukan upaya konservasi, demi terjaganya kelestarian bunga edelweiss dan ekosistem alami hutan pegunungan, tetap tidak akan membuahkan hasil yang maksimal, manakala tidak dibarengi dengan perubahan pola pikir dan prilaku pendaki yang masih tidak peduli dengan kelestarian alam. Untuk itu, mari kita rubah mindset dan prilaku kita bersama, demi mendukung upaya-upaya konservasi alam yang ada, demi terjaganya kelestarian alam pegunungan tempat kita melakukan pendakian. Ketika gunung-gunung Indonesia telah kotor, rusak, dan menjadi tak indah lagi, kemana lagi kita akan mendaki? Indonesia memang sangat indah, tapi keindahan itu suatu saat bisa hilang, karena ulah kita sendiri yang gemar merusak alam. Salam Lestari..
Baca juga informasi tentang gunung tertinggi seperti 5 gunung tertinggi di Jawa Barat, 7 gunung tertinggi di Indonesia, 7 gunung tertinggi dunia, dan 7 gunung tertinggi Asia Tenggara.

0 komentar:

Posting Komentar